Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bachtiar Nasir: Jangan Anggap Penyerangan Pemuka Agama Kriminal Biasa
13 Februari 2018 22:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Penyerangan kepada pemuka agama belakangan mulai bermunculan. Bahkan penyerangan menyebabkan meninggalnya seorang pemuka agama.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Bachtiar Nasir, mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap kejadian itu. Ia meminta aparat segera mengusut tuntas kasus tersebut.
"Saya berharap khususnya kepada aparat kepolisian untuk secepat mungkin menyelesaikan kasus ini dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan yang pada akhirnya melukai rasa keadilan umat," kata Bachtiar di AQL Islamic Centre, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (13/2).
Bachtiar mengatakan, dirinya melihat polisi tidak adil dalam menangani kasus ini. Misalnya, saat kasus penyerangan di Gereja Bedog, Yogyakarta, Densus 88 sampai turun tangan menangani masalah ini.
"Kelihatannya kesigapan aparat khususnya Densus 88 dalam menyikapi yang jelas-jelas pembunuhan ini, dibanding gereja kelihatannya ada ketidakadilan," tutur Bachtiar.
Menurut Alumni Universitas Islam Madinah Arab Saudi itu, fenomena saat ini sudah bisa disebut aksi terorisme. Mengingat, penyerangan terhadap pemuka agama bisa saja terjadi di mana saja.
ADVERTISEMENT
"Ini sudah suatu teror sebetulnya yang harus disikapi secara cepat oleh badan anti teror, jangan menganggap ini sebagai kriminal biasa," ujar Bachtiar.
Sebelumnya, penyerangan terjadi pada KH Umar Basri (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah) di Cicalengka Bandung, Jawa Barat. Kemudian komandan komando Persis, Prawoto meninggal dunia akibat diserang pria yang diduga mengidap gangguan jiwa.
Setelah itu, penyerangan terhadap seorang Romo terjadi di Gereja Bedog, Yogyakarta.