Badai Besar Hantam Selandia Baru, Tiga Orang Tewas

15 Februari 2023 10:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan kerusakan akibat banjir akibat topan Gabrielle di Teluk Hawke, Selandia Baru, Rabu (15/2/2023). Foto: Angkatan Pertahanan Selandia Baru/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan kerusakan akibat banjir akibat topan Gabrielle di Teluk Hawke, Selandia Baru, Rabu (15/2/2023). Foto: Angkatan Pertahanan Selandia Baru/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Selandia Baru dihantam badai siklon tropis Gabrielle yang dahsyat. Sedikitnya tiga orang tewas akibat bencana alam tersebut, bahkan seusai pemerintah Wellington memberlakukan status darurat nasional.
ADVERTISEMENT
BBC melansir, sekitar sepertiga dari total keseluruhan lima juta populasi di Selandia Baru tinggal di daerah yang paling terkena dampak badai yaitu wilayah bagian utara.
Pada Rabu (15/2), otoritas setempat melaporkan terdapat dua orang meninggal di daerah Hawke’s Bay.
Mereka juga menemukan mayat seorang petugas pemadam kebakaran yang sempat hilang kontak dan terjebak akibat tanah longsor di daerah pesisir pantai Muriwai, tak jauh dari kota pelabuhan Auckland.
“Petugas pemadam kebakaran kedua yang terlibat [tanah longsor] mengalami luka kritis,” terang tim penyelamat.
Sehari sebelumnya, pemerintahan PM Chris Hipkins pada Selasa (14/2) telah mengumumkan status darurat nasional sebagai respons atas bencana alam itu. Ini merupakan ketiga kalinya dalam sejarah Negeri Kiwi memberlakukan status darurat nasional.
Perdana Menteri baru Selandia Baru Chris Hipkins berbicara kepada media di luar Parlemen di Wellington pada Sabtu (21/1/2023). Foto: Marty Melville/AFP
Pengumuman status darurat nasional ini disampaikan oleh Menteri Manajemen Darurat, Kieran McAnulty yang menggambarkan bahwa badai serupa belum pernah terjadi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Status darurat tersebut diterapkan di berbagai wilayah paling terdampak, khususnya di bagian utara seperti Northland, Auckland, Tairawhiti, Tararua, Bay of Plenty, Waikato, dan Hawke’s Bay.
Kerusakan yang diakibatkan badai paling parah terjadi di wilayah pesisir di ujung utara dan timur North Island — dengan wilayah seperti Hawke’s Bay, Coromandel, dan Northland termasuk menjadi daerah yang mengalami kerusakan terparah.
Skala kerusakan sangat besar, termasuk pohon-pohon bertumbangan, lampu jalan dan tiang-tiang listrik bengkok, serta rumah-rumah penduduk terendam banjir.
Foto udara dari daerah yang terendam banjir memperlihatkan terdapat warga terdampar di atap rumah sambil menunggu bantuan SAR.
Pemandangan kerusakan akibat banjir akibat topan Gabrielle di Teluk Hawke, Selandia Baru, Rabu (15/2/2023). Foto: Angkatan Pertahanan Selandia Baru/Handout via REUTERS
Menimpali pernyataan McAnulty, Hipkins pun turut menggambarkan badai sedahsyat ini belum pernah terjadi sebelumnya. “Tingkat keparahan dan kerusakan yang kita lihat belum pernah kita alami dalam satu generasi,” ungkap Hipkins.
ADVERTISEMENT
“Kami masih membangun gambaran tentang dampak badai yang terus berkembang. Namun yang kami tahu adalah dampaknya signifikan dan meluas,” imbuhnya.
Secara terpisah, Menteri Perubahan Iklim James Shaw pun mengaitkan besarnya skala kerusakan dari bencana alam itu dengan perubahan iklim. “Tingkat keparahannya, tentu saja, [diperparah] oleh fakta bahwa suhu global kita telah meningkat 1,1 derajat,” ujar Shaw.
“Kita harus berhenti mencari-cari alasan untuk tidak bertindak. Kita tidak bisa hanya berdiam diri ketika pantai banjir. Kita harus bertindak sekarang,” tegas dia.
Lebih lanjut, sekitar seperempat juta penduduk Selandia Baru hingga saat ini tidak mendapatkan aliran listrik. Pohon-pohon yang tumbang menghancurkan rumah mereka serta tanah longsor telah merusak dan menutup akses jalan.
Pemandangan kerusakan akibat banjir akibat topan Gabrielle di Teluk Hawke, Selandia Baru, Rabu (15/2/2023). Foto: Angkatan Pertahanan Selandia Baru/Handout via REUTERS
Alhasil, saluran komunikasi juga terputus sejak sungai meluap dan banjir merendam hampir seluruh wilayah di bagian utara Selandia Baru. Warga diperingatkan bahwa kemungkinan mereka tidak mendapatkan aliran listrik selama berminggu-minggu, imbas dari badai ini.
ADVERTISEMENT
Otoritas pertahanan sipil di Selandia Baru mengaku tidak dapat mengatasi skala kerusakan parah yang ditimbulkan oleh badai tropisGabrielle tersebut. Namun, Hipkins telah menjanjikan dana bantuan sebesar USD 7,3 juta (Rp 110 miliar) bagi warga yang terkena dampak bencana.
Sementara itu, negara mitra dekatnya seperti Australia dan Inggris juga telah berjanji untuk memberikan bantuan kepada Selandia Baru.
Selama ini, negara kepulauan itu hanya pernah mengumumkan status darurat nasional sebanyak dua kali — pada awal pandemi COVID-19 menerpa dan setelah gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah Christchurch pada 2011.