Bagaimana AS di Bawah Trump Sikapi Isu LGBT hingga Politik Luar Negeri?

7 November 2024 19:11 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump menyampaikan pidato kemenangan Pemilu AS 2024 di Palm Beach County Convention Center, West Palm Beach, Florida, AS, Rabu (6/11/2024). Foto: Jim Watson/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump menyampaikan pidato kemenangan Pemilu AS 2024 di Palm Beach County Convention Center, West Palm Beach, Florida, AS, Rabu (6/11/2024). Foto: Jim Watson/AFP
ADVERTISEMENT
Donald Trump berhasil menang secara meyakinkan pada pemilu Amerika Serikat 2024. Baik suara elektoral mau pun populer Trump berhasil mengungguli pesaingnya, Kamala Harris dari Partai Demokrat.
ADVERTISEMENT
Dengan kemenangan itu Trump kembali ke kursi kepresidenan. Trump sebelumnya memerintah di AS dari 2017 sampai 2021.
Bagaimana Trump menjalankan sejumlah kebijakan terkait isu-isu utama di Amerika Serikat?

Imigrasi

Sejumlah imigran mencoba masuk ke Amerika Serikat (AS) melalui Rio Grande dari Matamoros, negara bagian Tamaulipas, Meksiko pada Rabu (10/5/2023). Foto: Alfredo Estrella/AFP
Isu menjadi salah satu hal kunci yang dibawa Trump semasa kampanye. Saat memerintah di periode pertama Trump memicu kontroversi karena kebijakan membangun tembok pembatas di perbatasan AS dan Meksiko.
Dikutip dari The Guardian, Pada periode kedua kebijakan Trump diprediksi akan lebih kontroversial. Dia menargetkan deportasi massal sampai 20 juta orang. Diperkirakan ada 11 juta imigran ilegal di AS.
Sampai sekarang belum ada detail bagaimana Trump mewujudkan kebijakannya tersebut.

LGBT

Spanduk Black Lives Matter dan bendera LGBT di kedutaan AS di Seoul, Korea Selatan. Foto: ED JONES/AFP
Menurut catatan CBS News, hak LGBT dan transgender merupakan salah satu isu utama. Mayoritas rakyat AS sepakat mengenai perlindungan terhadap kelompok LGBT. Bahkan 38 persen pemilih di AS mengakui isu LGBT menjadi bahan pertimbangan memilih antara Trump dan Kamala.
ADVERTISEMENT
Adapun Kamala dikenal membuka diri dengan kebijakan pro-LGBT. Bahkan pada 2004 lalu saat menjadi jaksa di San Francisco Kamala turut menyepakati pernikahan sejenis.
Sedangkan Trump punya pandangan cukup keras mengenai LGBT. Awal 2000-an sebenarnya Trump lebih terbuka mengenai LGBT.
Tapi, pada 2011 ketika nama Trump mulai mengemuka menjadi calon Presiden AS Trump menyatakan penolakan LGBT dan mendukung pernikahan tradisional.
Pada 2015 Trump mengambil langkah dianggap ekstrem oleh warga AS. Dia mempertimbangkan memilih hakim Mahkamah Agung dari kelompok konservatif untuk membatalkan pengesahan pernikahan sejenis.

Transgender

Rachel Levine, wanita transgender pertama yang jadi asisten menkes AS. Foto: Tom Brenner/REUTERS
Mengenai isu transgender, Trump mengatakan pada 2016, saat AS dihantam kontroversi larangan kamar mandi di North Carolina, bahwa transgender harus menggunakan kamar mandi yang mereka rasa pantas.
ADVERTISEMENT
Namun, pemerintahannya kemudian membatalkan kebijakan yang mengharuskan sekolah mengizinkan siswa transgender menggunakan kamar mandi yang sesuai dengan identitas gender mereka.
Pemerintahan Trump lalu melarang transgender bertugas di militer. Kebijakan itu lalu dibatalkan pada pemerintahan Joe Biden.
Pemerintahan Trump juga mencoba mencabut perlindungan kesehatan bagi transgender dan berusaha mengakhiri perlindungan bagi individu transgender di penjara federal, di antara kebijakan lainnya.

Politik Luar Negeri

Donald Trump dan Kim Jong Un. Foto: AFP/Brendan Smialowski
Saat kampanye pemilu 2024 Trump dengan yakin menyatakan akan mengakhiri perang Ukraina dalam 24 jam setelah dilantik. Pada kesempatan berbeda Trump menyatakan, Israel akan terhapus dari dunia jika dia tak menang pemilu.
Jika dilihat dari periode pertama Trump dikenal dengan kebijakan America First dan retorika retorika isolasionisnya, termasuk ancaman untuk menarik diri dari NATO.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, ia berusaha untuk memanfaatkan citranya sebagai pengusaha yang suka membuat kesepakatan dengan mengadakan pertemuan puncak dengan Korea Utara, hingga membantu normalisasi dengan Israel dengan negara-negara Arab.