Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bagaimana Kondisi di UGM saat Dua Paslon Pilpres Alumni Mereka Bertarung?
27 Oktober 2023 16:05 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Dua pasangan bacapres dan bacawapres berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
ADVERTISEMENT
Capres Anies Baswedan adalah lulusan Fakultas Ekonomi; cawapres Muhaimin Iskandar, lulusan Fisipol. Sementara, Ganjar Pranowo lulusan Fakultas Hukum, sedang Mahfud MD lulusan Sastra Arab (S1), Ilmu Politik (S2), dan Ilmu Hukum Tata Negara (S3).
Di berbagai kesempatan, para kontestan juga kerap menunjukkan sisi UGM dari diri mereka. Lalu apakah kemunculan dua paslon dari UGM ini bikin konflik di internal UGM?
"Saya kira di UGM juga (konflik) tidak akan terlalu besar," kata dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Dr Abdul Gaffar Karim di acara bertajuk 'Antisipasi Konflik Pemilu' di Selasar Tengah, Gedung Pusat UGM, Sleman, DIY, Jumat (27/10).
Gaffar bisa mengatakan begitu karena berkaca dari Pilpres 2014 silam. Menurutnya, dahulu di masa-masa seperti ini atau 100-200 hari sebelum pilpres konflik sudah kuat.
ADVERTISEMENT
"Prabowo vs Jokowi itu sangat kuat (2014). Dosen-dosen di UGM itu jelas mana memihak yang mana, memihak yang ini. Bisa-bisanya ada dosen yang percaya voluntarisme dengan nyumbang Rp 50 ribu ke calon," kata Gaffar.
Di masa itu, kata Gaffar, gejala polarisasinya sudah terlihat.
"Tapi seperti apa sebenarnya nanti kita perlu tunggu, nih, bulan-bulan Januari. Perasaan saya kok nggak akan semeriah dulu, nggak asyik, nggak banyak orang berantem," ujarnya setengah bercanda.
Pilpres 2024 Minim Konflik
Di kesempatan yang sama, dosen Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM Dr Riza Noer Arfani mengatakan, gambaran Pilpres 2024 akan jauh lebih minim konflik.
"Mungkin catatan saya kalau kita lihat potensi konflik itu dalam konteks yang tidak manifes masih ada. Soal-soal yang berkaitan dengan yang 10 tahun terakhir cukup dominan politik identitas itu masih akan bisa meletup kalau ada pemicunya. Kami berharap tidak, ya," kata Riza.
ADVERTISEMENT