Bagaimana Memahami Data Mobilitas saat PPKM Darurat di Google Mobility Report?

15 Juli 2021 17:21 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Antrean kendaraan teerlihat menjelang titik penyekatan baru di Mampang, Jakarta, Kamis (15/7).  Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Antrean kendaraan teerlihat menjelang titik penyekatan baru di Mampang, Jakarta, Kamis (15/7). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
DKI Jakarta hingga kini masih memberlakukan PPKM Darurat. Sejumlah titik di perbatasan pun disekat. Tujuannya agar terjadi penurunan mobilitas dan menekan laju penularan virus corona.
ADVERTISEMENT
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, mengatakan, mobilitas sempat mengalami penurunan hingga 50 persen pada awal PPKM Darurat, . Namun di minggu kedua, mobilitas warga kembali meningkat sehingga penurunan mobilitas hanya 30 persen.
"Sempat terjadi penurunan google basic, google traffic, sudah kita lihat ada penurunan sampai 50 persen, kemudian sekarang ada 30 persen, mulai kenaikan," ujar Yusri dalam konferensi pers, Rabu (14/7).
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus memberikan keterangan saat rilis pengungkapan sejumlah kasus di Polda Metro Jaya, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Meski demikian, Yusri tak merinci periode penurunan mobilitas hingga 50 persen itu. Namun apabila data yang dimaksud adalah data mobility report yang disediakan Google, kita bisa mengaksesnya secara terbuka.
Google sendiri memang menyediakan data Google Mobility Report yang bisa diakses di laman google.com/covid19/mobility/. Data tersebut khusus dibuat oleh Google sejak pandemi virus corona melanda dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangan di situs resminya, Google menyebut data tersebut ditujukan untuk membantu menangani penyebaran virus. Khususnya untuk insight bagi para pejabat publik untuk menekan mobilitas masyarakat selama pandemi.
Meski begitu, Google tak mempublikasikan jumlah pasti berapa orang yang melakukan mobilitas. Data yang tersaji hanya dalam bentuk persentase berupa naik turunnya mobilitas secara umum. Data tersebut pun dibuat anonim dan diperoleh dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) di smarphone masyarakat.
Ilustrasi GPS Tracking. Foto: dok Istimewa
Adapun dasar pengukuran yang dilakukan Google untuk menentukan naik turunnya mobilitas adalah data nilai median periode 3 Januari - 6 Februari 2020 atau saat sebelum pandemi. Artinya, naik atau turunnya data mobilitas di suatu wilayah ditentukan oleh periode hari tertentu terhadap data di masa sebelum pandemi.
ADVERTISEMENT
Google kemudian mencatat setiap perubahan mobilitas pada enam aspek destinasi. Yakni, Retail & Rekreasi, Toko Bahan Makanan & Apotek, Taman, Pusat Transportasi Umum, Tempat Kerja, dan Area Permukiman.
Lihat tabel di bawah ini:
Berdasarkan tabel di atas, ada angka-angka negatif atau minus dan angka positif. Nah, apabila angkanya minus, artinya terdapat penurunan mobilitas terhadap data sebelum pandemi. Sementara bila angkanya positif, artinya terdapat kenaikan mobilitas di sektor tersebut.
Sebagai contoh, mobilitas masyarakat ke tempat kerja (kantor) di Jakarta pada 9 Juli 2021 atau pekan ke-7 PPKM Darurat ada di angka -50. Artinya, mobilitas ke tempat tersebut turun 50 persen sejak nilai median periode 3 Januari -6 Februari 2020 atau saat sebelum pandemi.
Suasana penyekatan PPKM Darurat di Mampang, Jakarta Selatan. Foto: Twitter/@TMCPoldaMetro
Meski begitu, mobilitas di DKI Jakarta baik sebelum atau sesudah PPKM Darurat pun sebetulnya sudah turun dibandingkan data pada awal tahun 2020. Sejumlah kebijakan mulai dari PSBB hingga PPKM Mikro sudah menurunkan angka mobilitas.
ADVERTISEMENT
Pada 25 Juni 2021 atau sebelum PPKM darurat, misalnya, mobilitas ke kantor ada di angka -37. Artinya, mobilitas ke tempat tersebut turun 37 persen sejak nilai median periode 3 Januari - 6 Februari 2020 atau saat sebelum pandemi.
Oleh sebab itu, betul apabila menyebut mobilitas masyarakat saat PPKM darurat di sektor tempat kerja turun 50 persen terhitung sejak sebelum pandemi.
Namun apabila dihitung berdasarkan data dua pekan sebelumnya (sebelum PPKM darurat), selisih penurunannya ada di angka 13 persen. Angka itu diperoleh dari data 9 Juli 2021 (-50) dikurang data 25 Juni 2021 (-37) = -13.