Bagaimana Tinggi Banjir Diukur? Apa Bedanya Siaga I, II, III dan IV?

23 Februari 2017 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ketinggian air Ciliwung di Bendung Katulampa. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Ada beberapa laporan soal penanganan banjir menggunakan keterangan tertentu seperti Siaga I, Siaga II, Siaga III, Siaga IV. Ada juga soal ketinggian air sekian cm, tapi bagaimana sebenarnya cara pengukurannya?
ADVERTISEMENT
kumparan mengumpulkan berbagai informasi mendasar soal banjir agar Anda bisa memahami keterangan yang disampaikan pihak berwenang. Berikut daftarnya seperti dikutip dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta:
Status Siaga Pintu Air
Siaga IV : Belum ada peningkatan debit air secara mencolok. Komando di lapangan, termasuk membuka atau menutup pintu air serta akan dikemanakan arah air cukup dilakukan oleh komandan pelaksana dinas atau wakil komandan operasional wilayah.
Siaga III : Bila hujan yang terjadi menyebabkan terjadinya debit air meningkat di pintu - pintu air tetapi kondisinya masih belum kritis dan membahayakan. Meski demikian, bila status siaga III sudah ditetapkan, masyarakat sebaiknya mulai berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatunya dari berbagai kemungkinan bencana banjir.
ADVERTISEMENT
Siaga II : Bila hujan yang terjadi menyebabkan debit air mulai meluas, maka akan ditetapkan Siaga II, penanggung jawab untuk siaga II ini adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Prov. DKI Jakarta yaitu Sekretaris Daerah.
Siaga I : Bila dalam enam jam debit air tersebut tidak surut dan kritis maka ditetapkan Siaga I. Penanggung jawab penanganan status siaga I langsung di tangan Gubernur.
Kapan status siaga di pintu air diberlakukan? Di sejumlah pintu air rupanya status ini tidak sama. Berikut daftarnya:
Status Tinggi Muka Air Siaga IV Katulampa sampai dengan < 79 cm Pesanggrahan sampai dengan < 149 cm Angke Hulu sampai dengan < 149 cm Cipinang Hulu sampai dengan < 149 cm Sunter Hulu sampai dengan < 139 cm Pulo Gadung sampai dengan < 549 cm Depok sampai dengan < 199 cm Manggarai sampai dengan < 749 cm Karet sampai dengan < 449 cm Pasar Ikan sampai dengan < 169 cm Krukut Hulu sampai dengan < 149 cm
ADVERTISEMENT
Status Tinggi Muka Air Siaga III : Katulampa sampai dengan 80 – 149 cm Pesanggrahan sampai dengan 150 – 249 cm Angke Hulu sampai dengan 150 – 249 cm Cipinang Hulu sampai dengan 150 – 199 cm Sunter Hulu sampai dengan 140 – 199 cm Pulo Gadung sampai dengan 550 - 699 cm Depok sampai dengan 200 - 269 cm Manggarai sampai dengan 750 - 849 cm Karet sampai dengan 450 - 549 cm Pasar Ikan sampai dengan 170 - 199 cm Krukut Hulu sampai dengan 150 - 249 cm
Pengedara sepeda motor melintasi jalan banjir. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Status Tinggi Muka Air Siaga II : Katulampa sampai dengan 150 - 199 cm Pesanggrahan sampai dengan 250 - 349 cm Angke Hulu sampai dengan 250 - 299 cm Cipinang Hulu sampai dengan 200 - 249 cm Sunter Hulu sampai dengan 200 - 249 cm Pulo Gadung sampai dengan 700 - 769 cm Depok sampai dengan 270 - 349 cm Manggarai sampai dengan 850 - 949 cm Karet sampai dengan 550 - 599 cm Pasar Ikan sampai dengan 200 - 249 cm Krukut Hulu sampai dengan 250 - 299 cm
ADVERTISEMENT
Status Tinggi Muka Air Siaga I: Katulampa sampai dengan > 200cm Pesanggrahan sampai dengan > 350 cm Angke Hulu sampai dengan > 300 cm Cipinang Hulu sampai dengan > 250 cm Sunter Hulu sampai dengan > 250 cm Pulo Gadung sampai dengan > 770 cm Depok sampai dengan > 350 cm Manggarai sampai dengan > 950 cm Karet sampai dengan > 600 cm Pasar Ikan sampai dengan > 250 cm Krukut Hulu sampai dengan > 300 cm
Mengukur Ketinggian Air
Dalam laporan BPBD, selalu ada update tentang ketinggian genangan atau banjir. Namun, bagaimana pengukuran ketinggian itu dilakukan sebenarnya? Apakah memakai alat meteran atau penggaris? Rupanya tidak. BPBD punya sejumlah mekanisme dan alat canggih untuk melakukan hal tersebut. Berikut penjelasan Kepala BPBD DKI Husein Murad.
ADVERTISEMENT
Untuk menghitung ketinggian air, kita menggunakan delapan unit alat early warning system, berupa enam unit Automatic Weather Station dan dua unit High Tide Warning yang tersebar di lima wilayah di Jakarta.
Automatic Weather Station adalah alat pengukur curah hujan dan kecepatan angin, serta berguna untuk memantau curah hujan yang ekstrim dan berpotensi banjir. Alat ini juga mampu memantau hujan dengan intensitas tinggi, juga memberi peringatan bila ada potensi pohon tumbang.
Untuk High Tide Warning, alat ini berguna untuk mengukur tinggi gelombang laut bila sedang pasang atau rob. Sehingga, kita bisa prediksi jika banjir rob akan terjadi, misalnya di wilayah Priuk atau Pasar Angke.
Untuk tinggi muka air bisa diakses di web kita, masuk ke menu water level. Jadi, info mengenai ketinggian muka air di pintu air Jakarta, seperti di Angke Hulu, Cipinang Hulu, Waduk Pluit, Pasar Ikan Pesanggrahan, dan wilayah lain sudah bisa diakses di sana. Bila banjir sudah terdeteksi oleh unit early warning system, maka kami akan langsung menyebarkan informasi kepada warga setempat menggunakan sms blast agar warga bisa siap sedia dan tidak ketinggalan informasi.
ADVERTISEMENT
Sejumlah kendaraan melewati banjir di Grogol. (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
Kenali Tanda Awal Banjir
Curah hujan yang tinggi telah menyebabkan berbagai daerah di Indonesia dilanda banjir pada awal tahun ini. Di beberapa wilayah, banjir yang terjadi masuk ke dalam kategori berbahaya. Banjir pun akhirnya berujung kerusakan, korban luka, hingga memakan korban jiwa.
Banjir yang datang sering kali tidak bisa diprediksi lebih awal, menyebabkan masyarakat tak bisa mengambil langkah dini untuk bergegas menyelamatkan diri. Untuk mengurangi risiko yang terjadi akibat banjir, kenalilah tanda-tanda berikut sebagai langkah awal untuk menyelamatkan diri dari banjir:
Aliran sungai terlihat menyurut
Saat hujan deras, aliran sungai akan terlihat menyurut akibat tertahan materi longsoran di daerah hulu atau di sepanjang aliran sungai. Lalu, air akan meluap dengan cepat, mengalir, lalu mengantam apapun yang dilewatinya.
ADVERTISEMENT
Air sungai berubah menjadi keruh
Air sungai akan terlihat lebih keruh. Perubahan warna ini terjadi karena air telah tercampur dengan lumpur dan tanah. Aliran sungai yang semakin cepat, perubahan warna menjadi keruh, lalu disertai dengan suara gemuruh dari arah aliran sungai. Suara ini dihasilkan oleh aliran sungai yang membawa air, lumpur, batu, atau batang pohon bergerak dalam alirannya.
Waspada bila hujan deras terjadi cukup lama
Bila hujan deras terjadi cukup lama, ada baiknya anda bersiaga dan mulai menyiapkan diri untuk berpindah. Curah hujan yang tinggi membuat sungai tidak bisa membendung air, sehingga air akan meluap
Memantau dengan alat wire extensometer dan CCTV
Gejala banjir bandang bisa dideteksi dengan inovasi alat pendeteksi dini banjir seperti wire extensometer. Alat ini berguna untuk mengukur curah hujan. Pemasangan dan pemantauan kamera CCTV di daerah hulu dan sepanjang aliran sungai menjadi penting untuk memantau bila air mulai meluap ke pemukiman warga.
ADVERTISEMENT
Tanda-tanda ini dapat menjadi sistem peringatan dini bencana banjir yang bisa diterapkan oleh masyarakat, terutama yang berada di daerah rawan banjir.
Dengan mengetahui tanda awal terjadinya banjir, dampak banjir dapat diminimalisir dengan lebih dini dan baik.