Bagas Farm, Bukan Peternakan Kambing Biasa

16 Agustus 2017 18:06 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Setelah menandatangani nota kesepahaman pada Jumat (11/8), tim kumparan bersama Lazismu berkunjung ke lokasi peternakan yang menjadi mitra penyuplai hewan kurban, Bagas Farm. Di tempat ini, Lazismu mempercayakan suplai hewan ternak, dan juga mimpi besar mereka untuk memberdayakan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sabtu pagi, kami tancap gas menuju kawasan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berhenti di depan Mekar Sari, seorang pria berjanggut sembari memegang tongkat menemui kami. “Masih satu setengah jam lagi,” tutur Durrokhim Syamsoeri, salah seorang pengurus Bagas Farm, menjelaskan lama perjalanan yang masih harus ditempuh.
Ternak yang dibudidayakan oleh Bagas Farm nantinya menyuplai program Nusantara Berkurban untuk Indonesia Berkemajuan (NBIB).
Perjalanan dilanjutkan menuju lokasi peternakan di sebuah desa bernama Selawangi, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor. Dari jalanan antar kota, rombongan mulai masuk jalan sempit dengan suasana pedesaan.
Ketika menikmati terombang-ambing di jalanan berliku dan menanjak, Durrokhim mulai bercerita soal seluk beluk peternakannya. Ia sebenarnya baru bergabung dengan kawannya bernama Heryando yang telah lima tahun memulai peternakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski baru, Durrokhim memiliki aspirasi tersendiri dalam mengembangkan peternakannya. “Saya lihat peternak sering dirugikan. Yang kerja mereka tapi yang untung banyak pedagang,” ucapnya lantang.
Kambing milik peternakan mitra Lazismu (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Jalan beraspal berubah menjadi jalan sempit berbatuan. Lebarnya hanya kurang dari dua meter. Durrokhim lalu menunjuk sebuah komplek rumah panggung. Kami tiba di Bagas Farm.
Suasana peternakan siang itu cukup sibuk. Deru mesin giling memekikkan telinga. Sekitar tujuh orang bahu membahu memasukkan rumout ke dalam mesin. Tidak jauh dari mesin giling, beberapa orang mengaduk serutan rumput dengan bahan berwarna coklat.
Indra, kawan Durrokhim menyambut kami dengan ramah. “Itu lagi mengaduk rumput dan konsentrat dengan pakan.”
Keseharian Badrudin sebagai peternak kambing (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Peternakan Bagas Farm memiliki empat area. Di dalamnya berisi lebih dari 2.000 ekor kambing dan domba. Setiap hari, tujuh orang peternak mengelola setiap proses untuk merawat hewan ternak.
ADVERTISEMENT
Namun Bagas Farm bukan semata-mata didirikan untuk kepentingan komersil. Durrokhim kembali mengulang kata-katanya soal kondisi peternak. “Saya masuk ke sini pengen melihat nasib peternak itu terangkat. Tapi di satu sisi, mereka tidak menikmati hasil yang cukup kecil. Justru yang menikmati hasil yang cukup besar itu belantik dan pedagang.”
Bangunan peternakan Bagas Farm (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Menggarap peternakan untuk memberdayakan masyarakat menjadi jalan paling rasional untuk ditempuh. Kambing dan domba, menurut analisa Durrokhim, belum terlalu diisi oleh korporasi besar. “Di domba ini banyak peternak lokal. Masih level petani atau peternak biasa,” ucapnya.
Durrokhim kemudian melanjutkan; “Peternakan bisa dijadikan sampai skala industri tanpa menghilangkan peternak yang level kecil.”
Koordinator peternak di Bagas Farm adalah Min Sunardi. Saat kami berkunjung, ia sedang berada di rumahnya di Bekasi.
ADVERTISEMENT
Min yang kemudian kami telepon bercerita bahwa dirinya menjalani naik turun sejak kandang ini dibuka empat tahun lalu.
Bersama Heryando selaku pemilik peternakan, Min mengawali ternak kambing tanpa mimpi muluk-muluk. “Kami cuma pengen memberdayakan masyarakat sekitar,” ucap Min. Saat itu, Heryando dan Min mengelola 50 ekor kambing.
Jumlah itu semakin banyak seiring dengan perluasan kandang kambing. Namun semakin besar diikuti oleh tantangan yang semakin runyam. Beberapa oknum preman setempat sering jadi batu ganjalan.
Kenyataannya Bagas Farm mampu melewati itu semua dan kini kandang bertambah besar disertai kenaikan jumlah penghuninya. Kambing dan domba Bagas Farm kini mencapai lebih dari 2000 ekor.
Min memegang kendali operasional dari hulu sampai hilir. Mulai dari cara beternak yang sesuai standar hingga mengantarkan hewan ke tujuan pesanan, bapak paruh baya ini seakan menjada penyangga
ADVERTISEMENT
“Semuanya saya tangani. Tapi saya nggak pilah-pilah kerjaan dan menjadi perhitungan, karena saya ingin biar perusahaan maju. Kalau perusahaan maju, anak-anak di kandang pasti maju,” ujar Min.
Peternakan ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Zaenudin misalnya, yang ikut bekerja bahkan sejak membangun kandang empat tahun lalu. Saat ini, Zaenudin menjadi peternak yang bekerja Bagas Farm.
Zaenudin mengungkapkan bahwa pemuda desa kebanyaka menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Masyarakat desa setempat banyak mengandalkan pertanian dan peternakan untuk menyambung hidup. Namun mereka menghadapi kendala ketersediaan lapangan pekerjaan. “Ya awalnya karena diajak aja. Dulu nyangkul ikut orang. Tapi terus ke sana-sini nggak dapat kerja kemudian kerja di peternakan,” ucap Zaenuddin. Ia berbincang sambil mengaduk pakan ternak.
Zaenudin mengangkat pakan ternak (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Meski saat ini bekerja dengan gaji tidak terlalu besar, Zaenudin percaya bahwa dirinya bisa menggantungkan masa depannya pada peternakan. “Saya suka lihat domba. Ingin punya ternak sendiri. Kayak teman-teman yang sudah sukses,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Pemiliki Bagas Farm bukan tuan tanah yang takut kehilangan pekerjanya. Justru, keinginan peternaknya untuk mandiri sejalan dengan cita-cita mereka.
“Kita tengah mengupayakan peternak di sekitar sini untuk menjadi peternak mitra kami,” ucap Durrokhim. Ia bercita-cita bisa membantu modal hingga sarana dan prasarana. Ia membayangkan bahwa peternak tinggal menyediakan tenaga serta etos kerja. Modal, pakan, hingga akses pasar diharapkan dapat ditawarkan oleh Bagas Farm.
Peternak sedang mengolah pakan kambing (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Untuk jangka pendek, memperbaiki rantai pasokan adalah agenda mendesak. Bagas Farm kemudian bekerja sama dengan Lazismu untuk ikut dalam program Nusantara Berkurban untuk Indonesia Berkeadilan (NBIB).
Kerja sama antara Lazismu dan Bagas Farm terjalin karena kesamaan visi akan peningkatan derajat ekonomi masyarakat. Cita-cita ini dimulai dengan penjualan domba sebagai produk yang sumbernya dikelola dengan berkeadilan.
ADVERTISEMENT
“Domba yang kita hasilkan itu juga hasil dari mitra-mitra peternak, yang dalam hal ini bukan domba biasa, domba yang ada harganya dalam rupiah. Tapi di dalam domba itu, domba yang dibesarkan oleh peternak ada hasil keringat peternak.”
---
Anda bisa jadi bagian dari program NBIB bersama LazisMU dan membantu peternakan Durrokhim serta para peternak lokal dengan cara berdonasi di laman berikut: