Bakhmut Membara, Ribuan Pasukan Rusia dan Ukraina Gugur

13 Maret 2023 11:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota layanan Ukraina menembakkan sistem peluncuran roket ganda BM-21 Grad, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, dekat kota Bakhmut, wilayah Donetsk Ukraina. Foto: Gleb Garanich/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Anggota layanan Ukraina menembakkan sistem peluncuran roket ganda BM-21 Grad, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, dekat kota Bakhmut, wilayah Donetsk Ukraina. Foto: Gleb Garanich/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pertempuran sengit berdarah antara pasukan Rusia dan Ukraina berlangsung di Bakhmut selama akhir pekan lalu. Di dekat sungai yang membelah kota itu, Bakhmutka, titik tempur membara dan ratusan hingga ribuan tentara dari masing-masing pihak berguguran.
ADVERTISEMENT
Laporan ini muncul usai Rusia menggempur beberapa pertahanan pasukan Kiev dan mendesak sejumlah unit pasukan Ukraina mundur dari titik terdepan.
Dikutip dari Reuters, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (12/3) melaporkan bahwa pasukannya telah membunuh sedikitnya 1.100 tentara Rusia dalam pertempuran itu selama beberapa hari terakhir.
Zelensky pun menekankan, kerugian yang dialami Rusia dalam upayanya menguasai Bakhmut sangat besar dan tak terhitung.
“Dalam waktu kurang dari seminggu, mulai dari tanggal 6 Maret, kami berhasil menewaskan lebih dari 1.100 tentara musuh di sektor Bakhmut saja, kerugian Rusia yang tidak dapat dipulihkan, di sana, di dekat Bakhmut,” kata Zelensky.
Selain peningkatan jumlah korban jiwa, Zelensky juga mengatakan bahwa Rusia mengalami kerugian signifikan dalam jumlah pasukan yang masih mampu berperang, lantaran mereka menderita luka cukup parah sehingga diharuskan menerima perawatan medis.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan penghargaan kepada anggota militer Ukraina pada posisi di kota garis depan Bakhmut, di wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa (20/12/2022). Foto: Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS
“Pasukan Rusia juga mengalami 1.500 tentara yang cukup terluka parah sehingga membuat mereka tidak dapat bertugas,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
Secara terpisah, Kementerian Pertahanan Rusia sehari sebelumnya melaporkan bahwa pihaknya telah membunuh lebih dari 220 militer Ukraina di arah Donetsk, dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
Sementara itu sengitnya situasi di medan perang diungkap oleh pendiri organisasi tentara bayaran Rusia Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, yang turut bertempur. Dia mengatakan, situasi di Bakhmut menjadi semakin sulit dan jumlah tentara Ukraina terus bertambah.
“Namun, kami terus maju dan akan terus maju,” tegas dia.
Prigozhin menambahkan, unit tentara bayarannya dibantu oleh pasukan Rusia yang dikerahkan oleh Kementerian Pertahanan. Bantuan itu berupa amunisi tambahan — kedua pihak juga menyatukan kekuatan dalam pertempuran di Bakhmut.
“Kemarin, kami mendapat 15 truk, hari ini kami mendapat 12 truk. Dan saya pikir kami akan terus menerimanya,” kata Prigozhin. Dia menekankan, sejauh ini tidak ada konflik antara para pasukannya dan pasukan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan penghargaan kepada anggota militer Ukraina pada posisi di kota garis depan Bakhmut, di wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa (20/12/2022). Foto: Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS
Sengitnya pertempuran di Bakhmut pun mendesak pihak Rusia untuk merekrut lebih banyak pasukan. Prigozhin mengatakan, Wagner Group akan mulai merekrut anggota baru usai berhasil menguasai Bakhmut.
ADVERTISEMENT
Saat ini, pihaknya telah membuka pusat-pusat perekrutan yang tersebar di 42 kota untuk mengganti para tentara yang gugur atau tidak mampu lagi bertempur.
Bakhmut telah menjadi titik tempur utama dalam perang antara Rusia dan Ukraina selama beberapa pekan terakhir. Masing-masing pihak mengerahkan kekuatan besar-besaran di kota tambang yang berada di wilayah Donetsk itu.
Apabila Bakhmut direbut, maka Rusia akan lebih mudah menguasai wilayah Donbas yang terdiri dari Luhansk dan Donetsk — dua dari empat wilayah yang dianeksasi pada September 2022 lalu.
Dengan kata lain, jika itu terjadi maka pasukan Rusia selangkah lebih dekat dalam mencapai tujuan operasi militer khususnya sejak awal.
Hal itu pun diwanti-wanti oleh Zelensky, yang semula mengungkapkan ancang-ancang untuk mundur — tetapi memilih untuk tetap bertahan di Bakhmut dan justru mengerahkan serangan balasan.
ADVERTISEMENT