Balada Udin Tukang Cukur Rambut di Bawah Pohon Rindang Alun-alun Utara Yogya

16 April 2025 13:47 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Udin tukang cukur rambut di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (16/4/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Udin tukang cukur rambut di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (16/4/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Tangan Aminudin alias Udin yang sudah berusia 57 tahun itu meliuk-liuk memainkan gunting dan sisir. Matanya tajam mencermati helai demi helai rambut pelanggan.
ADVERTISEMENT
Lalu-lalang orang di trotoar tak menggoyahkan fokusnya. Pagi ini, Rabu (16/4), sudah dua pelanggan menggunakan jasa.
Udin adalah satu-satunya tukang pangkas rambut tradisional di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Lantaran mengambil tempat di bawah pohon beringin, profesinya ini kerap disebut "tukang cukur DPR—akronim dari di bawah pohon rindang".
Kisah Udin bukan sekadar cerita pendek. Ada perjalanan panjang yang dia lalui.
"Aminudin. Pak Udin panggilannya. Saya lahir 1968. 57 apa ya (usianya)," kata Udin membuka perbincangan.

Tamatan SMP

Udin tukang cukur rambut di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (16/4/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Udin muda adalah remaja tamatan SMP yang memulai pekerjaannya di program padat karya zaman Presiden Suharto. Pekerjaannya menggunakan otot.
"Memperbaiki jalan kampung. Lambat laun selesai terus diajak dekat Stasiun Lempuyangan, mencahi (memecah) pembatas jalan waktu itu, saya maculi (mencangkul) got," ceritanya.
ADVERTISEMENT
Udin muda merasa pekerjaan ini tak bisa dia lakukan dalam jangka waktu yang lama. Di saat istirahat teman-temannya hanya sibuk makan dan merokok, tapi tidak dengan Udin: Dia dengan saksama memperhatikan aksi pemangkas rambut.
"Orang semakin lama semakin tua, tenaga berkurang. Ya kalau meninggal (muda). Kalau bisa jangan merepotkan. Terus saya mau apa? Pegawai enggak mungkin cuma SMP. Pedagang? Enggak mungkin enggak punya modal," kisahnya.
Dari mengamati, Udin memberanikan diri bekerja jadi pemangkas rambut. Kariernya dimulai dengan ikut orang. Pindah dari satu tukang cukur ke tukang cukur lainnya.
"Kalau pangkas rambut bisa lama (pekerjaannya). Selama kaki kuat berdiri, penglihatan jelas, pendengaran diajak omong dengar, ngangkat alat (gunting) masih kuat. Jalan," katanya.
Udin tukang cukur rambut di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (16/4/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Udin jadi karyawan di beberapa tempat cukur. Saat itu ongkos pangkas rambut masih Rp 1.500. Udin bekerja di sekitar Polsek Gondomanan beberapa bulan, lalu timur UIN sekitar setahun, hingga ke Terminal Jombor Sleman.
ADVERTISEMENT
Udin berkisah saat itu ada bosnya yang semena-mena, ada pula yang usahanya kurang lancar berjalan. Kala itu, Udin mulai berpikir untuk bisa membuka pangkas rambut secara mandiri.
"Sebenarnya saya enggak kuat tapi saya butuh memperdalam (ilmu). Butuh uang untuk modal sendiri," katanya.

Jadi Tukang Cukur 'DPR' Sejak 2002

Udin tukang cukur rambut di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (16/4/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Setelah berhenti menjadi karyawan, Udin sempat menganggur beberapa hari. Dia kemudian berpikir untuk memulai usaha sendiri, namun uangnya tak cukup untuk menyewa kios.
Pada akhirnya Udin memutuskan untuk membuka pangkas rambut di bawah pohon beringin. Awalnya dia mengaku sedikit gengsi.
"Saya sudah capek jadi karyawan terus, capek," katanya.
Saat 2002 itu ada empat tukang pangkas rambut di Alun-alun utara. Tarif potong rambut saat itu Rp 5 ribu. Kini pangkas rambut di 2025 juga masih terjangkau yakni Rp 10 ribu.
ADVERTISEMENT
"Nilainya segitu, nilai ekonomi (masyarakat) sedang ke bawah itu mencakup," katanya.
Kini, hanya tersisa Udin sebagai pemangkas rambut bawah ringin di Alun-alun Utara. Tiga temannya telah meninggal dunia. Sementara ada satu tukang pangkas rambut yang banting setir ke pekerjaan lain.
"Tinggal satu (saya). Sendirian saat sebelum (pandemi) corona. Pas Merapi kayaknya dibilang meletus itu, 2018," katanya.

Suka dan Duka

Udin tukang cukur rambut di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (16/4/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Puluhan tahun membuka pangkas rambut di tempat terbuka tentu ada suka duka. Hal duka adalah ketika hujan. Dia harus berteduh di gedung sebelah. Di sisi lain ketika hujan, biasanya pelanggan malas pergi pangkas rambut.
"Musim hujan ya kaya gitu lah. Harus sabar. Harapannya tipis," kata Udin.
Di balik duka ada rasa syukur. Salah satunya hal adalah memiliki banyak teman. Dari pelanggannya dia bisa saling mengenal dan bertukar cerita.
ADVERTISEMENT
Pernah juga di suatu ketika dia diberi upah Rp 50 ribu. Ternyata orang itu adalah pejabat dari Jakarta.
"Tinggalnya di Jakarta. Itu waktu saya motong pakaian biasa. Tapi saya disuruh diam. Saya motong santai saja. Dia nunjukkan gambar aslinya dia. Istilahnya itu pejabat. Sampai ada pengawalnya juga," katanya.

Bisa Pangkas Model Apa pun

Udin tukang cukur rambut di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (16/4/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Udin juga mampu memangkas rambut model kekinian. Meski soal nama dia kurang memperbaharui, namun biasanya pelanggannya menunjukkan foto model potongan yang diinginkan.
"Nama-namanya (model) saya enggak paham. Tapi kebanyakan kan pegangannya hp, ditunjukkan," katanya.
Udin mengakui pelanggannya mayoritas adalah orang-orang tua. Dia pun sampai tak bisa menghitung berapa jumlah pelanggannya.
"Sampai dia belok gini (naik motor) saya sudah paham mau potongan apa," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain orang tua ada pula pelanggan berusia muda. Meski jumlahnya tak banyak. "Banyakan tua-tua. Ya muda ada tapi mungkin gengsi atau malu di tempat terbuka gini," katanya.
Di sisi lain, Udin juga santai dengan munculnya beragam pangkas rambut modern.
"Ke sana dia butuh makan, ke sini saya butuh makan. Terserah dia (pelanggan) mau belok ke mana itu hak dia," terangnya.

Tak Punya Penerus

Udin tukang cukur rambut di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (16/4/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Soal profesi ini, Udin juga bercerita tak ada yang meneruskan. "Anak saya nggak mau," katanya.
Udin enggan memaksa anak untuk meneruskan jejaknya. Menurutnya profesi ini serupa panggilan yang tak boleh dikerjakan dengan terpaksa.
"Kalau nggak mau dipaksa ya nggak mau. Kalau dipaksa paling beberapa bulan," bebernya.
Di sisi lain, Udin juga kerap mencari rekan seprofesinya yaitu pangkas rambut terbuka. Namun ternyata sudah tak ada.
ADVERTISEMENT
"Kotagede ada dulu, Malioboro juga banyak. Sekarang sudah habis karena usia. Pakualaman juga ada, sekarang nggak ada. Habis. Saya aja sampai nyari. Iseng-iseng nyari," kata Udin.

Kata Pelanggan

Satria, salah satu pemuda di Yogya sudah jadi pelanggan Udin setahun terakhir. Selain rapi, harga potong rambut yang hanya Rp 10 ribu lebih murah dibanding tempat potong lain yang mencapai Rp 20 ribu.
"Harganya murah. Jadi bisa buat yang lain uangnya," kata Satria.