Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
UNICEF mengungkapkan anak-anak di bawah umur 5 tahun, termasuk bayi, termasuk di antara korban kekerasan seksual dalam perang antara militer Sudan dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dikompilasi oleh kelompok yang berbasis di Sudan yang membantu korban kekerasan seksual, 221 kasus melibatkan anak tercatat sejak tahun lalu, di mana 16 di antaranya anak di bawah 5 tahun dan 4 anak berusia 1 tahun. Sepertiga korban merupakan anak laki-laki.
Dikutip dari Reuters, Selasa (4/3), data itu mencakup kasus yang terjadi di seluruh negeri. Namun, kelompok HAM menilai data tersebut hanya mewakili sebagian kecil kasus tersebut karena stigma, ketakutan akan pembalasan, dan kurangnya akses fasilitas medis membatasi pelaporan.
Sejumlah korban yang dikutip dari UNICEF mengatakan mereka hamil karena kekerasan seksual, yang mengakibatkan penolakan dari keluarga dan menambah kesulitan mereka.
Salah satu perempuan yang ditahan bersama perempuan dan remaja lainnya mengungkapkan kesaksiannya.
ADVERTISEMENT
"Setelah jam 9 malam, seseorang membuka pintu, membawa cambuk, memilih satu perempuan dan membawanya ke kamar lain. Saya dapat mendengar anak perempuan itu menangis dan berteriak. Mereka membebaskan anak perempuan itu saat pagi dan mereka kembali hampir tak sadarkan diri," ungkapnya.
UNICEF tidak mengungkapkan siapa yang bertanggung jawab atas pemerkosaan anak, menyebut pihak yang berperang untuk menghormati hukum internasional. Baik RSF dan militer Sudan tidak segera merespons permintaan komentar.
"Anak-anak berusia 1 tahun diperkosa oleh pria bersenjata seharusnya mengejutkan siapa pun dan mendorong tindakan segera," kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell dalam pernyataan yang dikirim ke jurnalis.
Perang yang terjadi sejak April 2023 akibat perebutan kekuasaan antara militer dan RSF menjelang rencana transisi pemerintahan sipil, memicu pengungsian besar-besaran dan krisis kelaparan.
ADVERTISEMENT
Sebuah misi pencari fakta PBB menggambarkan tingkat kekerasan seksual mengejutkan. Mayoritas kasus yang diketahui dilakukan oleh RSF dan sekutunya, dan lebih sulit untuk melaporkannya di daerah yang dikontrol oleh militer.
Perempuan yang mengatakan mereka diperkosa berkelompok dalam serangan yang ditargetkan secara etnis oleh RSF dan kelompok militan sekutu.
Kepala Badan HAM PBB, Volker Turk, mengatakan pada minggu lalu bahwa setengah dari kasus pemerkosaan yang dilaporkan di Sudan merupakan pemerkosaan berkelompok. Menjadikannya indikasi bahwa kekerasan seksual digunakan sebagai senjata perang.