Baltik Tolak Lindungi Warga Rusia yang Kabur dari Wamil ke Ukraina

22 September 2022 7:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasukan Rusia Foto: AP/Alexander Zemlanichenko
zoom-in-whitePerbesar
Pasukan Rusia Foto: AP/Alexander Zemlanichenko
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Negara-negara Baltik—Latvia, Lithuania, dan Estonia—menegaskan sikapnya untuk tidak menawarkan suaka maupun perlindungan kepada orang Rusia yang melarikan diri dari wajib militer untuk mendukung invasi ke Ukraina pada Rabu (21/9).
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan memanggil warga sipil untuk berperang di Ukraina. Dia mengumumkan mobilisasi parsial pertama Rusia sejak Perang Dunia II. Kremlin Putin akan mengerahkan 300.000 personel dari 25 juta tentara dalam pasukan cadangan Rusia.
Ketika kabar itu disiarkan di televisi, kepanikan menjalar di seluruh negeri. Frasa 'cara untuk mematahkan lengan di rumah' bahkan menjadi tren pencarian di Google. Pasalnya, mereka menemui kebuntuan ketika ingin menyelamatkan diri ke luar negeri.
Penerbangan menuju tetangga bekas Uni Soviet terdekat terjual habis untuk 21 September. Penerbangan Turkish Airlines menuju Istanbul pun dipesan hingga 24 September, sedangkan penerbangan AirSerbia menuju Beograd tersisa untuk 26 September per Rabu (21/9).
Pasukan Rusia di lapangan tembak Kadamovskiy di wilayah Rostov di Rusia selatan. Foto: AP Photo
Dalam skenario darurat militer, puluhan ribu orang akan mengungsi ke negara-negara tetangga Rusia. Kendati demikian, Barat tidak berniat memberikan perlindungan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Latvia, Lithuania, Estonia, dan Polandia membatasi pengeluaran visa bagi orang Rusia sejak awal invasi ke Ukraina pada 24 Februari. Keempat negara bahkan sudah mulai mengusir orang-orang Rusia yang muncul di perbatasan dengan Rusia pada (19/9).
Larangan tersebut mengecualikan orang Rusia yang datang bersama pengemudi truk, pengungsi, dan penduduk tetap anggota UE. Mereka yang bepergian dengan orang yang sedang mengunjungi keluarganya juga diperbolehkan memasuki keempat negara itu.
Finlandia adalah satu-satunya negara Uni Eropa yang berbatasan dengan Rusia yang belum mengadopsi kebijakan visa serupa. Namun, pihaknya tengah mempertimbangkan langkah itu pula.
Menteri Luar Negeri Latvia, Edgars Rinkevics, mengutip kekhawatiran akan keamanan atas penolakan tersebut. Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Lithuania mengaku akan menilik kasus permohonan suaka satu per satu.
ADVERTISEMENT
"Karena alasan keamanan, Latvia tidak akan mengeluarkan visa kemanusiaan atau jenis visa lainnya kepada warga negara Rusia yang menghindari mobilisasi, juga tidak akan mengubah pembatasan penyeberangan perbatasan untuk warga negara Rusia dengan visa Schengen yang diberlakukan sejak 19 September," cuit Rinkevics di Twitter.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan para pemimpin parlemen di Moskow, Rusia. Foto: Sputnik/Aleksey Nikolskyi/Kremlin via REUTERS
Menteri Luar Negeri Estonia, Urmas Reinsalu, telah mengungkap pernyataan serupa dengan rekan-rekannya. Dia menggarisbawahi, wamil tidak membuat orang Rusia berhak mendapatkan suaka.
"Penolakan untuk memenuhi kewajiban sipil seseorang di Rusia atau keinginan untuk melakukannya bukan alasan yang cukup untuk diberikan suaka di negara lain," jelas Reinsalu, dikutip dari Reuters, Kamis (22/9).
Berdasarkan undang-undang, Rusia dapat memanggil pria dan wanita berusia 18 hingga 60 tahun untuk berperang di Ukraina. Namun, pihaknya memberlakukan sejumlah pengecualian.
ADVERTISEMENT
Pria yang menjalani masa wamil 12 bulan tidak akan mengikuti mobilisasi tersebut. Orang-orang dengan keluhan terkait usia, kondisi medis, dan hukuman penjara juga bisa menghindarinya. Pekerja industri pertahanan pun boleh menunda wamil.
Rusia mengincar keterampilan dan pengalaman spesifik untuk mobilisasi sementara. Pihaknya mengutamakan orang-orang seperti pengemudi tank, pencari ranjau, dan penembak jitu. Sebelum berangkat ke Ukraina, mereka akan berlatih kembali terlebih dahulu.
Kritikus mengatakan, dekrit mobilisasi menggunakan istilah-istilah ambigu yang memberikan pihak berwenang kebebasan dalam implementasinya. Parlemen Rusia bahkan telah menyetujui RUU untuk memperketat hukuman terkait mobilisasi sebelumnya.
"[Mobilisasi] ini berarti bahwa ribuan pria Rusia—ayah, saudara, dan suami kita—akan dilemparkan ke dalam penggiling daging perang," bunyi pernyataan koalisi anti-perang Vesna.
ADVERTISEMENT
"Sekarang perang akan benar-benar tiba di setiap rumah dan setiap keluarga," imbuhnya.