Bambang Haryadi Jelaskan soal 'Jangan Maling Teriak Maling' saat Usir Dirut KS

15 Februari 2022 12:35 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bambang Haryadi, politisi Partai Gerindra, yang juga Anggota/Wakil Ketua Komisi VII DPR. Foto: Andri/Man/dpr.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Bambang Haryadi, politisi Partai Gerindra, yang juga Anggota/Wakil Ketua Komisi VII DPR. Foto: Andri/Man/dpr.go.id
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi menjelaskan pernyataan 'jangan maling teriak maling' yang ia lontarkan saat mengusir Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim, pada rapat Senin (14/2) kemarin.
ADVERTISEMENT
Bambang mengatakan hal itu dilontarkan karena tidak kesesuaian antara pernyataan Silmy soal perkuat industri baja nasional dengan fakta proyek pabrik Blast Furnace yang mangkrak dan mau dihentikan.
"Itu maknanya sebuah kesesuaian antara yang disampaikan dan fakta. Kita ingin ada keselarasan dengan semangat yang kita ingin bangun ke depan. Ini terkesan hanya pura-pura," kata Haryadi, Selasa (15/2).
Haryadi menjelaskan konteks dari pernyataan jangan maling teriak maling terkait realisasi penguatan industri baja dalam negeri. Dia mengatakan Presiden Jokowi memiliki komitmen untuk menguatkan industri baja namun belum mendapatkan dukungan maksimal.
"Konteksnya ketika kita ingin mendukung dan merealisasikan komitmen Presiden Jokowi untuk menguatkan industri baja dalam negeri, karena Presiden tahu Indonesia memiliki bahan baku besi dan baja yang sangat berlimpah," ucapnya.
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Tapi ini tidak didukung peningkatan dunia industri di baja itu sendiri. Ini terbalik, malah terjadi peningkatan yang luar biasa impor baja dari luar negeri beberapa bulan terakhir. Entah ini ada korelasi dengan rencana pembangunan ibu kota saya tidak tahu. Tapi kita semua tahu bahwa beberapa bulan terakhir impor baja sangat luar biasa membanjiri Indonesia," jelas Haryadi.
ADVERTISEMENT
Politikus Gerindra ini menuturkan ia ingin agar apa yang dijalankan dalam industri baja sesuai dengan semangat Jokowi.
"Kita ini kan ingin yang dikomitmenkan Presiden menjadi nyata. Yang sudah jadi komitmen harus direalisasikan. Penghentian blast furnace milik milik Krakatau Steel itu tidak sejalan dengan tujuan kita untuk menguatkan industri baja dalam negeri" tuturnya.
Dia mencontohkan keputusan keputusan menghentikan Blast Furnace yang dinilai tak sesuai dengan semangat Jokowi.
"Alasannya pemberhentian produksi Blast Furnace karena tidak efisien, itu hanya berpikir jangka pendek, seharusnya kita cari solusi agar lebih efektif dan efisien," tutup dia.
Sebelumnya dalam rapat kemarin, Bambang menyebut keuangan Krakatau Steel sudah mulai membaik bahkan untung, tapi keberadaan pabrik Blast Furnace yang beroperasi 2019 lalu justru akan disetop karena dianggap merugikan. Dengan kebingungan ini, Bambang menuding Silmy Karim dengan sebutan 'maling teriak maling'.
ADVERTISEMENT
"Bagaimana ini? Pabrik blast furnace ini dihentikan, tapi satu sisi (Krakatau Steel) ingin perkuat produksi dalam negeri. Ini jangan seperti maling teriak maling. Jangan kita ikut bermain, tapi pura-pura enggak ikut bermain," kata Bambang dalam rapat di Gedung DPR RI, Jakarta, yang ditayangkan secara virtual, Senin (14/2).
Belum selesai Bambang menyelesaikan pertanyaannya, Silmy langsung menjawab. Dia mempertanyakan maksud maling teriak maling yang dilontarkan Bambang.
"Maksudnya maling bagaimana, Pak?" tanya Silmy.
Silmy akhirnya diusir karena dianggap tidak menghormati persidangan karena menyela. Dalam tata tertib DPR, setiap anggota rapat harus mengajukan izin untuk berbicara.