Bamsoet ke Airlangga: Jika Didukung Mayoritas, Kenapa Takut Voting?
ADVERTISEMENT
Pemilihan Ketua Umum Golkar pada saat Munas pada 4-6 Desember mendatang didorong secara aklamasi. Dorongan itu disampaikan kubu Ketum Golkar saat ini Airlangga Hartarto dan Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie.
ADVERTISEMENT
Menanggapi itu, Wakorbid Pratama Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) --yang jadi rival Airlangga-- menuturkan, apabila ada calon yang merasa sudah mendapat dukungan mayoritas kader, seharusnya tak perlu takut dengan proses voting. Bamsoet sejak awal memang mendorong proses pemilihan ketum melalui voting.
Ketua MPR itu tak ingin demokrasi tak berkembang karena adanya proses pemilihan secara aklamasi.
"Kalau yakin didukung mayoritas pemilik suara, kenapa mesti takut kemudian merancang untuk aklamasi. Pasti demokrasi dan menang itu akan tercapai melalui pertarungan di Munas," kata Bamsoet di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Kamis (14/11).
"Pelajaran pahit ini harus jadi renungan bagi kita semua bahwa demokrasi yang ada di Golkar jangan dibunuh biarkan dia berkembang," tambah Bamsoet.
Bamsoet khawatir aklamasi hanya akan menimbulkan perpecahan di tubuh partai, seperti kasus dualisme kepengurusan Golkar akibat hasil Munas di Ancol dan Bali pada 2014 silam.
ADVERTISEMENT
"Kita punya pengalaman pahit, pemaksaan aklamasi itu membuat kita pecah dan kita pernah pecah ada Ancol dan Bali. Bali itu kan pemaksaan aklamasi yang melahirkan Ancol," ungkapnya.
Terlebih, Bamsoet mengatakan, terdapat sejumlah calon ketua yang akan maju termasuk dirinya. Untuk itu, ia ingin pemilihan Ketum Golkar berlangsung secara demokratis.
"Banyak ada empat calon jadi jangan juga mengelola partai ini seperti mengelola perusahaan cukup keputusan di komisaris karena banyak suara hampir 600 (suara). Hari ini rapim yang dihadiri ketua provinsi hanya wakili 34 suara. Masih ada 500 lebih yang harus didengar suaranya," ucap dia.
Bamsoet menegaskan, ia selama ini telah berupaya membangun komunikasi dengan seluruh pemilih suara.
"Jadi sebetulnya Golkar partai mandiri yang memutuskan adalah pemilik suara yaitu DPD 1, DPD 2, dan organ yang ada di Golkar DPP sendiri cuma punya 1 suara. Yang terpenting adalah saya bangun komunikasi politik dengan pemilih suara bukan dengan yang lain," tutupnya.
ADVERTISEMENT