Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Banda Aceh Daerah Tertinggi Terjangkit Difteri di Aceh
26 Juli 2018 14:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Kota Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh menjadi daerah tertinggi terjangkit Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri . Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat selama kurun waktu 7 bulan terdapat sebanyak 24 kasus.Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi di selaput lendir hidung dan tenggorokan.
ADVERTISEMENT
Pada 2018 jumlah daerah yang terjangkit difteri di Aceh bertambah menjadi 18 daerah dari 23 kabupaten /kota. Padahal pada 2017 hanya 13 daerah yang terdapat pasien terinfeksi difteri.
Semester pertama 2018, Banda Aceh dan Aceh Besar menduduki peringkat pertama angka tertinggi kasus difteri sebanyak 24 kasus, Kabupaten Pidie 20 kasus, Aceh Utara 16 kasus, Aceh Jaya, Bireuen dan Aceh Barat ditemukan 7 kasus. Aceh Tengah dan Lhokseumawe 6 kasus, Aceh Timur 5 kasus, Sabang, Nagan Raya dan Pidie Jaya 4 kasus.
“Daerah paling rendah terjangkit difteri Kabupaten Aceh Tamiang 3 kasus, Kota Langsa dan Bener Meriah 2 kasus, Aceh Singkil dan Kota Subulussalam 1 kasus. Alhamdulillah sejauh ini belum ada kita temukan meninggal dunia,” kata dr Abdul Fatah, Kepala Bidang Penanganan Penyakit Menular Dinkes Aceh, Kamis (26/7).
Meningkatnya kasus difteri di Aceh, kata Fatah, disebabkan minimnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya imunisasi anak. Berdasarkan data 2017, sebanyak 94 persen penderita difteri tidak pernah mendapatkan imunisasi secara lengkap.
ADVERTISEMENT
Sementara pada 2018 kasus difteri di Aceh masih disebabkan hal yang sama. Minimnya kesadaran orang tua tentang imunisasi menjadi faktor utama.
“Yang membuat terhindar dari penyakit berbahaya ini adalah dengan cara melakukan imunisasi lengkap sejak kecil. Siapa pun bisa terjangkit jika tidak memberikan imunisasi pada anak,” katanya.
Berdasarkan dari kelompok umur, rata-rata usia penderita adalah 14 tahun ke atas. Alasan para orang tua dari 8,7 persen yang tidak mendapatkan imunisasi adalah 2,8 persen takut panas, 26,3 persen keluarga tidak mengizinkan, 21,9 persen tempat imunisasi jauh, 16,3 persen karena sibuk atau repot, 6,8 persen alasan sering sakit setelah diberikan imunisasi, dan 6,7 persen tidak tahu tempat imunisasi.
ADVERTISEMENT
“Dari hasil data terbaru 2018 kita menemukan sebanyak 77 persen penderita difteri akibat tidak ada imunisasi. Sisanya ada 21 persen hanya 3 kali imunisasi, 1 persen 2 kali dan 1 persen 1 kali,” terang Fatah.