Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Bank Mandiri Ungkap Penyebab Bocornya Data Pribadi Nasabah
26 Agustus 2017 10:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB

ADVERTISEMENT
Bareskrim Polri telah berhasil membongkar adanya sindikat penjualan data nasabah. Terkuaknya kasus tersebut tentu saja telah membuat masyarakat semakin cemas lantaran penjualan data nasabah menyangkut data pribadi.
ADVERTISEMENT
Kejadian tersebut dikaitkan dengan perbankan. Di mana perbankan dituding telah menyebarkan kerahasiaan data pribadi nasabahnya. Bahkan sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah mengimbau agar nasabah berhati-hati dalam memberikan data pribadi ke petugas bank.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk, Rohan Hafas menjelaskan, selama ini justru perbankan telah menjadi korban atas kasus ini. Justru menurutnya, kebocoran data nasabah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah terlalu seringnya melakukan transaksi online.
"Iya, kita (Bank Mandiri) sama nasabah sebagai korban, orang pikir data itu pasti dari bank. Karena yang punya data bank. Di zaman elektronik sekarang magnetik card kita (bisa) dibaca tuh termasuk kita sendiri belanja online," kata Rohan dalam acara Media Gathering di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (26/8).
ADVERTISEMENT
Saat ini, kata Rohan, yang perlu ditekankan adalah tingkat keamanan mengingat penjualan e-commerce saat ini semakin marak. Sebab, saat berbelanja online tentunya nasabah dapat dengan mudah memberikan data pribadinya.
Apalagi, menurut Rohan, jika kita berbelanja online menggunakan fasilitas wifi publik data pribadi kita pun dapat dengan mudah diakses oleh hacker.
"Sekarang marak jual beli online kan pada daftarin nomor kartunya kalau bayar itu masukin 3 digit di belakang. Siapa yang ngatur keamanan di online shop nya? Belum ada. Kalau bank kan very regulated itu ada OJK nya, ada Bank Indonesia (BI) nya, ketahuan dari itu," ujarnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan faktor lainnya yaitu penggunaan kartu kredit ketika melakukan transaksi di mesin EDC. Ia menjelaskan jika selama ini masyarakat tidak sadar ketika melakukan transaksi justru data pribadi kita rawan untuk diduplikasi.
ADVERTISEMENT
Menurut Rohan, hal yang membuat data mudah dididuplikasi adalah saat masyarakat melakukan double swipe. Masyarakat, kata Rohan, sebaiknya berhati-hati ketika melakukan swipe kedua kalinya di keyboard komputer maupun mesin cash register kasir.
"Nasabah banyak yang enggak tahu konsumen termasuk kalian semua. Suka belanja di mal di toko, swipe dua kali bayar kan pake kartu EDC? Fine normal, setelah itu kan kasirnya swipe di keyboard, enggak boleh, jangan mau yang di mesin kasir itu. Kan rekam data di sini (kartu) jadi cukup di EDC. EDC kan langsung ke bank," bebernya.
Rohan mengungkapkan, adapun alasan mengapa di Indonesia departemen store banyak melakukan transaksi seperti itu, lantaran kurang sosialisasi sehingga menyebabkan banyak yang tidak mengerti. Ia menjelaskan jika di luar negeri sistem swipe di keyboard merupakan salah satu pengganti EDC jadi secara otomatis sudah terhubung dengan perbankan.
ADVERTISEMENT
"Kalau di luar negeri keyboard itu memang pengganti EDC, udah online-nya ke bank, di sini belum. Jadi mesin itu teregister zaman sekarang sudah disediakan online bank di negara udah maju. Kita masih berdiri sendiri kita ada mesin EDC di sampingnya," kata Rohan.
Rohan berharap agar regulator bisa melakukan edukasi terkait pentingnya menjaga data pribadi. Sebab data pribadi rawan untuk diperjualbelikan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Sebetulnya konsumen juga regulator sebaiknya mengedukasi lebih apa yang saya sampaikan masih awam padahal kan sudah kehidupan sehari-hari kita semua," tuturnya.