Banyak Penyintas Alami Long COVID-19, Ahli Saran Perbanyak Klinik Khusus

18 Oktober 2021 13:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah santri asal Ponpes Gontor berpose ketika mengikuti wisuda penyintas COVID-19 di halaman Rumah Sakit Lapangan Surabaya, Jawa Timur, Selasa (28/7). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah santri asal Ponpes Gontor berpose ketika mengikuti wisuda penyintas COVID-19 di halaman Rumah Sakit Lapangan Surabaya, Jawa Timur, Selasa (28/7). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kondisi tubuh seseorang yang baru sembuh dari COVID-19 banyak ditemukan tak seoptimal sebelumnya. Kondisi yang juga disebut long COVID-19 atau pasca COVID ini kerap kali dikeluhkan para penyintas corona bahkan hingga beberapa bulan.
ADVERTISEMENT
Ciri atau gejala dari long COVID ini kerap kali sulit dibedakan lantaran cukup umum. Sehingga membuatnya seringkali membuatnya sulit untuk didiagnosis sebagai penyakit tertentu. Padahal kondisi tersebut cukup mengganggu aktivitas para penyintas.
WHO telah mengeluarkan 5 pengertian mengenai long COVID pada 6 Oktober lalu.
Pertama, kondisi ini dapat terjadi pada seseorang yang statusnya probable termasuk juga pada yang telah terkonfirmasi positif.
Kedua, keluhan yang dilaporkan sebagai Long COVID ini terjadi 3 bulan dari awal gejala penyakit. Keluhan tersebut dapat berlangsung hingga 2 bulan dan tak dapat diterangkan penyebabnya.
Selanjutnya, keluhan yang paling umum dirasakan adalah kelelahan termasuk sesak napas yang sangat mengganggu. Adapula keluhan lain yang dapat dalam berbagai bentuk seperti nyeri perut, gangguan menstruasi, gangguan penciuman/pengecap,kecemasan, penglihatan kabur, nyeri dada, batuk, depresi, pusing, dan demam hilang timbul.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu saja, keluhan lain seperti gangguan memori, nyeri sendi, gangguan tidur, bahkan hingga gangguan pendengaran juga banyak dirasakan oleh para penyintas.
Kemudian gejalanya bisa bersifat baru muncul, atau langsung muncul sesudah pulih dari keadaan akut serangan COVID-19 dan bisa juga menetap saja sejak awal sakit COVID-19 sampai beberapa bulan kemudian.
Terakhir, gejala atau keluhan ini sifatnya hilang timbul dan derajat ringan maupun beratnya cukup naik turun.
Saran ahli terkait kesiapan fasilitas kesehatan dalam menghadapi long COVID
Kasus infeksi akibat COVID-19 setidaknya sudah menyerang lebih dari 4,2 juta penduduk Indonesia. Tentu itu artinya ada banyak penyintas yang membutuhkan penanganan terkait kondisi yang mungkin cukup sulit dijelaskan penyebabnya selain karena corona.
ADVERTISEMENT
Guru Besar FKUI, Prof. Tjandra Yoga Aditama, menyarankan agar saat ini pemerintah dapat membangun sejumlah fasilitas yang khusus menangani pasien Long COVID.
"Rumah sakit dan mungkin juga Puskesmas kita agar menyediakan klinik Pasca COVID-19, yang sekarang nampaknya sudah dimulai di beberapa rumah sakit. Pasien yang sudah sembuh dari COVID-19 dan masih mengalami berbagai keluhan akan dapat dilayani dengan baik di klinik Pasca COVID ini," kata Tjandra kepada wartawan, Senin (18/10).
Anggota IAVG COVAX dan Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok. Pribadi
Dirinya juga menyoroti soal ekonomi kesehatan terkait para penyintas yang mungkin membutuhkan pengobatan cukup lama. Sebab, biaya yang dikeluarkan tentu saja tidak sedikit.
"Harus ada mekanisme keuangan agar pasien pasca COVID dapat terus mendapat penanganan medis dengan baik tanpa harus terbebani biaya yang tidak dapat dia tanggung, ini sesuai dengan prinsip “Universal Health Care (UHC)” yang dianut dunia," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Ke depannya, Tjandra berharap agar penelitian terkait efek yang ditimbulkan dari COVID-19 ini dapat terus dilakukan. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk dunia medis, khususnya dalam pengobatan.
"Kita perlu melakukan berbagai penelitian tentang pasca COVID, baik yang bersifat penelitian ilmiah dasar dalam aspek biomolekuler dan juga penelitian klinik terapan, termasuk menemukan cara penanganan dan pengobatan terbaik," pungkas Tjandra.