Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Aku ingin menjadi dokter, aku ingin menjadi polisi, aku ingin menjadi guru
ADVERTISEMENT
Walaupun aku anak desa, aku bangga.
Aku juga tetap memiliki cita-cita
Untuk membangun bangsa, dan negara.
Itulah sebagian impian yang diteriakkan oleh siswa-siswi SDN 12 Teupah Barat Kabupaten Simeulue, Aceh. Mereka menggantungkan cita-cita setinggi langit. Keadaan apapun tidak menyurutkan niat mereka untuk bersekolah demi meraih impian tersebut. Meski harus berjalan kaki selama 30 menit untuk menuju sekolah.
Umri Ramadhani salah satu siswa sekolah tersebut bercerita kepada kumparan (kumparan.com) tentang pengalamannya bersekolah di tempat seadanya. Dia mengaku harus menempuh perjalanan sepanjang 5 km untuk menuju sekolah. Ia membutuhkan waktu sekitar 30 menit agar tiba di sekolah. Akses menuju sekolah terbilang baik. Tidak semua siswa menempuh perjalanan sejauh itu, karena sebagian besar siswa tinggal di sekitar sekolah.
ADVERTISEMENT
“Rumah saya jauh, 5 Km dari sekolah. Saya jalan kaki kalau dari rumah sekitar 30 menit, kalau lari-lari bisa 15 menitan. Sampai di sekolah ngos-ngosan,” kata Umri di SDN 12 Teupah Barat, Simeulue, Aceh, Rabu (3/5).
Di sekolah tersebut, sebagian seragam para siswa ini terlihat lusuh. Warnanya sudah menguning. Tak lagi putih seperti dipakai pelajar di kota-kota besar. Sebagian celana mereka tidak bisa dikancing. Kaki mereka sebagian terlihat dekil, karena menggunakan sandal sebagai alas.
Selain itu, peralatan sekolah mereka pun cukup memprihatinkan. Buku pelajaran dan buku tulis yang mereka gunakan terlihat lusuh dan sobek. Bahkan para siswa mengaku, selain kekurangan buku penunjang belajar, salah satu alat tulis yang mereka butuhkan adalah suatu benda yang sangat sederhana sekali, yaitu penggaris.
ADVERTISEMENT
“Banyak yang kurang. Selain buku paket (pembelajaran), kami juga kurang alat tulis, mistar (penggaris),” kata Umri.
Para siswa tidak mengeluh dengan keadaan sekolah mereka yang tidak layak. Yang terpenting bagi mereka adalah belajar dan terus belajar demi meraih cita-citanya.
“Kami menikmati sekolah. Walau atapnya bocor. Karena sekolah itu penting dari segalanya, sekolah itu spesial. Saya ingin meraih cita-cita saya untuk menjadi tentara nanti,” ujar Diski siswa sekolah tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan peralatan siswa tersebut, Bank BRI memberikan bantuan berupa berbagai peralatan sekolah seperti buku, pensil, pulpen, dan tas untuk menunjang kegiatan belajar para siswa. Para guru dan siswa berharap akan ada lagi datang bantuan untuk mendukung sarana dan prasana sekolah mereka, sehingga proses belajar dapat dilakukan dengan baik untuk mencerdaskan generasi bangsa.
ADVERTISEMENT
Selain itu BRI memberikan bantuan untuk renovasi sekolah sebesar Rp 100.000.000. Tak hanya itu, BRI dengan tagline 'Melayani dengan Setulus Hati' juga memberikan beasiswa kepada anak-anak berprestasi.
Executive Vice President BRI, Nurullah Akhsan mengatakan, pihaknya sangat peduli pada bidang pendidikan, sehingga bagi sekolah yang berada di pulau tertinggal, terluar dan terdepan yang membutuhkan dukungan, pihaknya mengaku siap untuk membantu.
"Melalui BRI peduli itu, kami memberi perhatian apa yang bisa kami bantu untuk meningkatkan kualitas anak di pendidikan. Kami memberi perhatian lebih kepada sekolah ini, sehingga sekolah itu mendapat tambahan dari yang didapat dari pemerintah. BRI memberikan perhatian di sana," ujar Nurullah di SDN 7 Simeulue Timur, Aceh, Rabu (3/4).
ADVERTISEMENT