Barapen, Memaknai Keramahtamahan Papua Lewat Tradisi Bakar Batu

3 Desember 2021 13:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti, melihat langsung barapen saat di Sausapor, Tambrauw, Papua Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti, melihat langsung barapen saat di Sausapor, Tambrauw, Papua Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat Papua hingga saat ini masih memegang tradisi para leluhurnya. Tradisi-tradisi yang sarat nilai-nilai kemoralan yang harus terus dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Salah satu tradisi yang masih dijalankan hingga kini adalah barapen atau yang biasa dikenal sebagai 'bakar batu'.
Tradisi ini sudah sejak lama dilakukan suku-suku di Tanah Papua, seperti mereka yang menghuni Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, Yahukimo, dan daerah lainnya.
Tradisi bakar batu Distrik Beoga sebagai ucapan rasa syukur selamat dari teror KKB. Foto: Dok. Istimewa
Bakar batu di tiap daerah memiliki nama yang berbeda. Misalnya di Paniai, ritual itu dinamakan gapila, di Wamena dinamakan kit oba isogoa, dan di Jayawijaya dikenal sebagai barapen. Namun secara umum disebut barapen.
Ada nilai-nilai kemoralan yang dibawa dalam tradisi barapen. Masyarakat Papua menggelar tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur dan perdamaian antarmasyarakat setelah terjadi perang suku. Tak hanya soal kemenangan perang, bakar batu memiliki makna yang luas.
Barapen atau pesta bakar batu di Papua. Foto: Kemdikbud
Mengutip dari lama sdm.data.kemdikbud.go.id, bakar batu adalah pesta syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara kematian.
ADVERTISEMENT
Dalam ritual bakar batu, terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Memperlihatkan keramahtamahan masyarakat Papua.
Warga menggelar pesta adat bakar batu di Kabupaten Merauke, Papua, Rabu (13/10/2021). Foto: Galih Pradipta/Antara Foto
Batu yang telah dibakar hingga membara digunakan untuk memasak daging babi hasil buruan. Dulu barapen bagi masyarakat pegunungan tengah Papua adalah pesta daging babi.
Namun, sekarang di sejumlah tempat, menu pesta bakar batu tak hanya daging babi, tapi juga menyediakan daging ayam yang akan disuguhkan untuk mereka yang tidak bisa makan babi, kemudian sayur-sayuran, ubi, dan umbi-umbian lainnya. Semua bahan makanan yang diolah dalam bakar batu adalah hasil alam dan hutan Papua.
Warga menggelar pesta adat bakar batu di Kabupaten Merauke, Papua, Rabu (13/10/2021). Foto: Galih Pradipta/Antara Foto
Proses bakar batu cukup mudah. Batu-batu berukuran besar yang dikumpulkan warga dibakar dalam perapian dengan kayu. Kayu akan habis terbakar hingga batu menjadi panas membara. Kemudian, batu akan dipindahkan ke dalam lubang dalam tanah yang telah dibuat.
ADVERTISEMENT
Batu diletakkan di dasar lubang, lalu di atasnya ditumpuk daging dan berbagai bahan makanan yang akan dimasak. Lubang kemudian ditutup dengan daun-daun pisang. Tunggu hingga daging matang dan dapat dinikmati bersama-sama.
Makanan yang matang lantas disajikan dan dimakan secara bersama-sama. Memperlihatkan rasa kebersamaan dan simbol kesederhanaan masyarakat Papua. Muaranya ialah persamaan hak, keadilan, kebersamaan, kekompakan, kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan yang membawa pada perdamaian.
Dalam perkembangannya sekarang, upacara adat bakar batu ini sering dilakukan ketika ada kunjungan pemimpin daerah dan para pemangku kepentingan. Barapen sebagai ajang silaturahmi dan pembinaan lingkungan kemasyarakatan dengan tetap menyangga kearifan lokal dan tradisi setempat yang perlu dilestarikan.