Barbados Jadi Republik, Ratu Elizabeth II Terguling dari Jabatan Kepala Negara

30 November 2021 11:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pangeran Charles dari Inggris berbicara dengan presiden terpilih Barbados Sandra Mason saat ia tiba di Bandara Grantley Adams. Foto: REUTERS/Toby Melville
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran Charles dari Inggris berbicara dengan presiden terpilih Barbados Sandra Mason saat ia tiba di Bandara Grantley Adams. Foto: REUTERS/Toby Melville
ADVERTISEMENT
Barbados akan segera melantik presiden pertamanya pada Selasa (30/11) tengah malam dan menjadi sebuah republik. Dengan ini, Ratu Elizabeth II tak akan lagi menjadi Kepala Negara Barbados.
ADVERTISEMENT
Presiden terpilih Barbados, Sandra Mason, akan menggantikan sang Ratu sebagai kepala negara. Pelantikan pada tengah malam ini bertepatan dengan hari kemerdekaan negara di Kepulauan Karibia tersebut.
Seperti diketahui, Barbados meraih kemerdekaannya dari Inggris pada 1966 silam. Namun, saat itu mereka masih menjadi negara monarki konstitusional dengan Elizabeth II sebagai ratunya.
Pangeran Charles, putra mahkota Inggris, tiba di Barbados pada Minggu (28/11) untuk menghadiri inagurasi Mason.
Perdana Menteri Barbados, Mia Mottley, akan memimpin berjalannya upacara yang berlangsung mulai Senin (29/11). Ia adalah pimpinan dari gerakan republik Barbados.
Pangeran Charles dari Inggris berbicara dengan Presiden terpilih Barbados Sandra Mason. Foto: REUTERS/Toby Melville
Upacara berlangsung mulai pukul 8 malam waktu setempat. Acara ini meliputi pertunjukan tarian dan musik tradisional Barbados. Sementara pelantikan Mason akan berlangsung setelah tengah malam, yakni pada Selasa (30/11).
ADVERTISEMENT
Barbados akan tetap menjadi negara republik di bawah Persemakmuran Inggris. Persemakmuran Inggris terdiri dari 54 negara yang tersebar di penjuru benua, mulai dari Afrika, Asia, Eropa, hingga Amerika.
Pangeran Charles akan menyampaikan pidato yang menekankan hubungan baik antarnegara ke depannya, meskipun ada perubahan status konstitusional.

Ragam Pandangan Publik soal Barbados Jadi Republik

Halaman depan pada surat kabar harian Barbados’ Daily Nation dihiasi dengan headline “Tonight’s the night!”
Seorang warga di Ibu Kota Bridgetown, Ras Binghi, menyatakan kebahagiaannya atas perubahan besar ini.
“Menurut saya, banyak dari itu semua yang merupakan kolonialisme yang merosot, dan itu [kolonialisme] harusnya sudah lama ditinggalkan. Saya bahagia,” ungkap Binghi, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Ilustrasi negara Barbados. Foto: Shutterstock
Seorang aktivis, David Denny, menyatakan rasa senangnya dengan pembentukan republik ini. Tetapi, dia menolak keras kedatangan Pangeran Charles. Menurutnya, keluarga Kerajaan Inggris sudah terlalu lama mengambil untung dari perbudakan.
ADVERTISEMENT
“Gerakan kami juga menuntut keluarga kerajaan untuk membayar perbaikan,” kata dia.
Penjajah dari Inggris tiba di Barbados pada 1627 silam. Mereka mengirimkan budak yang diambil dari Afrika untuk ditempatkan di Barbados dan dipekerjakan di perkebunan tebu. Saat ini, sebagian besar dari 285 ribu penduduk Barbados adalah keturunan Afrika.
Namun, sejumlah penduduk mengaku tidak yakin dengan apa maksud dari transisi ke republik, atau mengapa hal tersebut penting.
Ada juga warga yang memilih tak perlu ada perubahan.
“Mereka harusnya membiarkan saja Ratu Elizabeth jadi bos. Saya tak paham kenapa kita harus menjadi republik,” ujar seorang warga bernama Sean Williams (45).
Sebelum Barbados, negara terakhir yang “mengusir” Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara adalah Mauritius. Pada 1992, negara yang berlokasi di Samudra Hindia itu mendeklarasikan sebagai sebuah republik.
ADVERTISEMENT