Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bareskrim: 80% Narkoba Fredy Pratama Diselundupkan dari Malaysia via Jalur Laut
25 September 2023 11:32 WIB
·
waktu baca 7 menitBareskrim Polri membongkar sindikat narkoba Fredy Pratama yang telah beroperasi sejak 2009. Namanya terkuak setelah Polri bersama Polis Diraja Malaysia (PDRM), Royal Malaysian Customs Department, Royal Thai Police, Badan Narkotika Amerika Serikat (US-DEA) dan beberapa instansi terkait menggelar operasi gabungan dengan sandi Escobar. Sebelumnya, Fredy hanya dikenal melalui beberapa nama samarannya seperti Cassanova, The Secret, dan Mojopahit.
Fredy mengendalikan peredaran narkoba di Indonesia dari tempat persembunyiannya di Thailand. Di sana, Fredy juga memperistri WN Thailand dan memiliki mertua yang diduga kartel narkoba di Negeri Gajah Putih.
Langkah Bareskrim mengungkap sindikat Fredy turut menyeret nama dua selebgram, Adelia Putri Salma asal Palembang dan Nur Utami dari Makassar. Keduanya diduga menjadi tempat pencucian uang dari hasil perdagangan barang haram jaringan Fredy.
Bagaimana awal mula Polri membongkar jaringan Fredy melalui operasi Escobar? siapa saja jejaringnya? dan apa peran dua selebgram di pusaran kasus tersebut? simak wawancara kumparan dengan Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Kombes Pol Jayadi, di Bareskrim Polri, Jakarta, pada Rabu (20/9).
Bagaimana awal mula kasus perdagangan narkoba jaringan Fredy Pratama terungkap?
Kasus ini berawal dari pengungkapan di beberapa Polda, seperti Polda Lampung, Polda Banten, Polda Jatim, Polda Metro, Polda Kalsel, Polrestabes Makassar, termasuk Bareskrim. [Namun] pengungkapan-pengungkapan tersebut sifatnya parsial dari kasus-kasus sebelum Mei 2023.
Kenapa saat itu masih parsial? karena ketika mereka mengembangkan penyidikan ke atasnya, misalnya ditangkap 50 kg [narkoba] dapat tersangkanya, dapat pengendalinya. Dari pengendali kemudian ditelusuri ke atas siapa yang perintahkan, di situ putus karena enggak ada jejak yang bisa ditelusuri
Jejak komunikasinya?
Iya dari komunikasinya dsb. Begitu juga di Polda-Polda lain, terputus sehingga enggak ketemu.
Lalu bagaimana caranya Polri bisa mengetahui sindikat ini?
Di Mei 2023 itu coba kami analisa kasus-kasus ini, kemudian ketemu kata kunci di modus operandinya. Modus operandi yang dilakukan di Lampung, Jatim, Banten, Kalsel, termasuk di Sulsel modusnya sama, polanya sama dengan menggunakan aplikasi Blackberry Messenger (BBM).
Ini bukan BBM seperti HP yang dulu kita pegang, tapi aplikasi BBM di android, IoS. Ibaratnya kita pakai WA, Telegram, mereka pakai BBM sehingga menjadi ciri khas dan modus operandi dalam menjalankan operasinya.
Dari kesamaan modus itu kami baru membuka jaringan itu. Ternyata di [jaringan] Lampung ketemu namanya The Secret, kemudian di Kalsel dia [Fredy Pratama] menggunakan [nama] Cassanova, kemudian di Sulsel pakai nama Aming atau Miming.
Di setiap Polda atau setiap wilayah operasinya, Fredy Pratama menggunakan aplikasi BBM dengan nama yang berbeda-beda, tapi bisa kami identifikasi berdasarkan nomor PIN dari BBM-nya. Ternyata PIN-nya sama, hanya namanya yang berbeda.
Jadi tiap wilayah misalnya Lampung dia [Fredy] membentuk grup. Kemudian di Kalsel juga bikin grup, ada anak buahnya, pengendalinya, ada grup masing-masing [di tiap wilayah]. Dia ada di masing-masing grup, di masing-masing provinsi, tetapi namanya beda-beda di setiap provinsi.
Dari mana nama Fredy muncul?
Fredy Pratama itu tidak pernah muncul awalnya, kami hanya mengenal Cassanova, Miming, The Secret, Mojopahit, gitu aja. Nah, belakangan baru terungkap setelah kita menangkap para tersangka yang ada di jejaring bawahnya [Fredy]. Ternyata nama-nama itu samaran, nama aslinya Fredy Pratama.
Fredy berperan sebagai pengendali. Dia memang enggak pegang barang, dia hanya kontak ‘Siapkan barang ini, siapkan barang ini. Kemudian kirim ke sini’. Nanti ada operator di lapangan yang jemput barangnya. Dia tidak membawa barang, hanya mengendalikan, menghubungkan antara sumber barang dengan distributor/pengendali di Indonesia untuk disebarkan masuk ke wilayah Indonesia.
Siapa yang pertama kali menyebut nama Fredy?
Kif (nama asli: Muhammad Rivaldo Miliandri G Silondae) nyebut, kemudian Kusnadi nyebut, Wahyu [Wijaya] juga nyebut itu Fredy Pratama dengan menggunakan inisial yang berbeda-beda. Semua jaringan yang sudah kami dapat, di bawahnya dapat, kemudian ketemu pengendali di Malaysia, pengendali di Thailand.
Di Malaysia ada dua [pengendali] yang ditangkap Pak Dirnarkoba [Brigjen Mukti Juharsa] bergabung dengan kepolisian Malaysia. Di Bangkok juga begitu, saya ditugaskan untuk menangkap bersama kepolisian di sana, dapat.
Dalam jaringan Fredy, Kif berperan sebagai pengendali operasional pengiriman barang di sejumlah daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Sedangkan Kusnadi merupakan koordinator pengumpul uang tunai dan Wahyu Wijaya merupakan pengendali keuangan.
Adapun dua pelaku yang ditangkap di Malaysia adalah Kif dan Wempi Wijaya selaku pengendali narkoba di kawasan Indonesia timur. Sementara pelaku yang ditangkap di Thailand sebanyak 2 orang yakni Wahyu Wijaya dan Steven Antony selaku kurir uang tunai ke luar negeri.
Bareskrim menyebut jaringan Fredy cukup rapi dan terorganisir. Setiap jejaring di bawahnya memiliki tugas masing-masing mulai dari pengendali operasional, pengendali keuangan, koordinator rekening palsu, koordinator pengumpul uang tunai, kurir uang tunai ke luar negeri, koordinator tarik tunai, pembuat KTP dan rekening palsu, hingga kurir.
Seperti apa Fredy sebelum menjadi gembong narkoba?
Hasil investigasi kami dia lahir besar di Banjarmasin, kemudian sekolah di Kalsel dan Malang, kemudian dalam perjalanan waktunya dia bisnis narkoba. Di Thailand mungkin 5-7 tahun terakhir. Dia enggak punya pekerjaan tetap [sebelum jadi gembong narkoba].
Apakah Fredy Pratama pernah bergabung dengan jaringan narkoba lainnya?
Hasil investigasi berdasarkan saksi-saksi yang sudah diperiksa, mereka tidak tahu siapa counterpart-nya (rekanan -red) atau [sebelumnya] masuk grup mana Fredy Pratama. Yang mereka tahu ujungnya Fredy Pratama. Tetapi Fredy bekerja dengan siapa sebelumnya mereka enggak tahu karena sistemnya terputus.
Siapa yang mengusulkan nama Operasi Escobar dan inisiasi tim gabungan dengan beberapa negara datang dari mana?
Tim gabungan. Nama Escobar kami pakai karena nama gembong narkoba terbesar di Kolombia, legendaris, Kami mencoba operasi dengan sandi itu dengan harapan bisa mengungkap jaringan yang kami anggap cukup besar di Indonesia, Fredy Pratama.
[Inisiasi dari] kami, di April-Mei [2023] itu kami inisiasi, kemudian dirapatkan di Bareskrim, kemudian para direktur narkoba [masing-masing wilayah] dikumpulkan di sini, kemudian kami minta informasi dari yang ada di Jakarta, Imigrasi, kemudian baru kita komunikasi dengan kepolisian Malaysia dan Thailand.
Ada polisi yang terlibat dalam sindikat Fredy Pratama, AKP Andri Gustami, yang disebut sebagai kurir spesial, seperti apa perannya?
Dia hanya membantu [menyelundupkan narkoba] ketika berada di Lampung, di situ kan daerah penyeberangan [Pelabuhan Bakauheni ke Pelabuhan Merak, Banten]. Kalau proses hukumnya berjalan, sidang kode etiknya berjalan, kemudian proses tindak pidana umumnya juga jalan, disamakan dengan jejaring yang lain.
(Andri merupakan bekas Kepala Satuan Narkoba Polres Lampung Selatan. Polisi menyebut Andri baru dua bulan bergabung dengan jaringan Fredy Pratama pada Mei dan Juni 2023).
Apakah ada kerja sama jaringan internasional dengan Fredy Pratama, khususnya sebagai pemasok narkoba?
Saya belum bisa pastikan bagaimana cara kerja Fredy Pratama di Thailand, kemudian bekerja sama dengan jaringan yang mana, kami belum dapat informasi yang cukup.
Karena berdasarkan hasil yang kami dapatkan dari tersangka-tersangka yang berada di bawahnya Fredy, mereka menyampaikan tidak tahu bagaimana jejaring di atas Fredy, apakah kolaborasi dengan jaringan di Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, itu kami belum tahu. Tapi kalau jejaring itu kerja sama dengan Malaysia bisa kami buktikan.
Bagaimana narkoba sindikat Fredy masuk ke Indonesia?
Lebih banyak lewat Malaysia masuk ke wilayah Sumatera. Sekitar 80% lewat laut, pelabuhan tikus. Baru di bawa ke bawah lewat darat [melalui] Sumatera [Selatan], Lampung, kemudian ke Jawa.
(Pelabuhan tikus merupakan pelabuhan yang tidak dikelola dengan baik dan tidak memenuhi standar nasional dan internasional. Pelabuhan-pelabuhan ini sering digunakan untuk kegiatan ilegal, seperti penyelundupan barang, perdagangan manusia, dan perdagangan narkoba).
Masuknya narkoba berupa apa?
Kemasan teh China (warna hijau).
Pengungkapan sindikat jaringan Fredy ikut menyeret dua selebgram, apakah mereka ikut mendistribusikan atau hanya menikmati hasil jual beli narkoba?
Hasil penyidikan yang kami lakukan, baik di Sumsel sama Makassar, ini kan keduanya [Adelia Putri Salma dan Nur Utami] sebagai istri yang suaminya bandar. Kalau yang di Makassar istrinya tahu kalau suaminya bandar. Sehingga dia tahu persis uang yang dikasih untuk beli mobil, beli ini, beli itu, berasal dari hasil bisnis peredaran gelap narkoba.
Nah yang di Palembang juga demikian, jadi tahu, wong enggak kerja tapi hasilnya [besar], terus hasil penyidikan mereka [kedua selebgram] menyatakan tahu kalau uang yang diberikan [suami] untuk beli mobil, properti, itu berasal dari bisnis narkoba.
Adelia Putri merupakan istri Khadafi alias David, kaki tangan Kif selaku pengendali operasional jaringan Fredy Pratama. David yang telah divonis 20 tahun penjara pada 2017 mengendalikan peredaran narkoba dari lapas.
Sedangkan suami Nur Utami adalah Nasrul Nasir alias Saru. Ia merupakan operator peredaran narkoba jaringan Fredy di kawasan Indonesia timur. Hingga kini S masih buron.
Seperti apa bentuk pencucian uang oleh dua selebgram ini?
Dalam konteks kasus yang sedang kami tangani, hasil kejahatan peredaran gelap narkoba itu dalam bentuk uang kemudian disimpan, diserahkan kepada istrinya, istri kemudian membelanjakan dalam bentuk properti maka hasil kejahatan berupa bisnis narkoba disebut dengan pencucian uang.
Misalnya saya jual narkoba 100 kg, laku misalnya Rp 1 miliar, uang Rp 1 miliar saya kasihkan ke istri saya untuk dibelikan mobil, rumah, dan sebagainya. Saya dan istri saya itu menyembunyikan hasil kejahatan yang kemudian diinvestasikan dalam bentuk barang-barang itu disebut pencucian uang.
Apakah hasil penjualan narkoba ada yang digunakan untuk membuat bisnis baru?
Yang bisa kami identifikasi yang di Kalimantan Selatan, bapaknya Fredy Pratama [Lian Silas] itu [hasil penjualan narkoba] diinvestasikan dalam bentuk hotel, restoran, dan tempat hiburan.
Lian Silas telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka pencucian uang. Terdapat sejumlah aset Lian dari hasil narkoba Fredy yang disita di antaranya Hotel Mentaya Inn, Shanghai Palace, dan Beluga Cafe di Banjarmasin. Ada pula Hotel Armani di Barito Utara, Kalteng, yang turut disita. Bareskrim menyebut total nilai seluruh aset yang disita di berbagai daerah terkait Fredy Pratama mencapai Rp 273 miliar.
Berapa orang yang masih diburu dalam kasus ini?
Ada 4 orang: Fredy, inisial S [Nasrul Nasir alias Saru], sama di Thailand masih ada 2 orang selaku penghubung antara Fredy Pratama ke bawahnya.