Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Bareskrim Polri memburu pengendali di balik kasus penipuan dengan metode SMS blasting yang dikendalikan dari jarak jauh. Dua tersangka warga negara (WN) China telah diamankan, namun polisi masih menelusuri bos mereka yang diduga berada di luar negeri.
ADVERTISEMENT
“Tentu untuk yang menjadi bos di atasnya ini akan kita cari, sementara kita tetapkan sebagai DPO terus kita lakukan pencarian terhadap yang bersangkutan, bekerja sama juga dengan teman-teman kita di Imigrasi untuk melihat perlintasan yang bersangkutan, karena mereka ini juga orang China,” ujar Kabareskrim Polri, Komjen Pol Wahyu Widada dalam konferensi pers, Senin (24/3).
Menurut Wahyu, para tersangka yang ditangkap bukanlah aktor utama dalam kejahatan ini, melainkan hanya operator yang dikendalikan untuk menjalankan tugas tertentu.
“Mereka sebenarnya orang-orang biasa saja, karena tugas mereka kan cuma dikendalikan, hanya disuruh nyupir muter-muter saja. Ini kalau yang operator di bawah ini tidak membutuhkan satu keahlian khusus, karena semua sudah disetting,” jelas Wahyu.
Para pelaku memilih lokasi yang ramai untuk menyebarkan SMS penipuan agar lebih banyak korban yang terjebak.
ADVERTISEMENT
“Yang diincar memang daerah-daerah yang crowded, yang banyak orang berkumpul di situ, sehingga pasti di titik keramaian. Ibarat orang nabur ikan, kalau kita nebar jaring di tempat ramai, banyak ikannya akan lebih mudah tertangkap,” lanjutnya.
Kendalikan Jaringan dari Telegram, Incar Korban Lewat BTS Fake
Dirtipidsiber Bareskrim Polri menambahkan bahwa kasus ini telah menerima enam laporan polisi, dua di Bareskrim dan empat di Polda Metro Jaya.
Dalam operasinya, pelaku memanfaatkan grup Telegram untuk menerima perintah dari pengendali yang tidak berada di Indonesia. Tersangka hanya bertugas mengendarai kendaraan dengan rute yang sudah ditentukan menggunakan Google Maps.
“Perintahnya menggunakan grup Telegram yang tidak ada di sini. Jadi diremote dari jauh. Kemudian, melakukan kegiatan ‘mobile’ untuk mem-blasting beberapa narasi SMS kepada calon korban yang terdeteksi dari BTS yang sudah diaktifkan,” jelas Dirtipidsiber Brigjen Himawan Bayu Aji.
ADVERTISEMENT
Setelah SMS terkirim ke banyak nomor, calon korban yang menerima pesan tersebut akan diberikan instruksi untuk mengklik tautan tertentu.
“Korban yang mengikuti perintah akan mengikuti instruksi dan mengklik link yang diberikan, sehingga terjadi pencurian uang nasabah,” tambahnya.
Kerugian Capai Rp 473 Juta, Polisi Kembangkan Jaringan
Dari laporan yang diterima, polisi mencatat 12 korban dengan total kerugian Rp 473.767.388.
“Kerugian yang dialami oleh orang yang sudah melaporkan ada 8 orang ini ada Rp 289 juta. Ada tambahan lagi, ternyata ada Rp 473.767.388. Ini kerugian yang dialami oleh 12 orang korban,” ungkap Wahyu.
Namun, menurutnya, aspek yang lebih penting dari kasus ini bukan hanya jumlah kerugian, tetapi bagaimana mencegah agar tidak ada korban lain.
ADVERTISEMENT
“Kalau tidak dicegah, nanti akan tambah lagi. Kalau tidak kita tangkap, ya mungkin di antara kita bisa jadi korban juga kalau kita tidak waspada,” ujarnya.
Bareskrim Polri kini terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap jaringan lebih besar di balik kejahatan ini. Wahyu menegaskan bahwa pihaknya akan membongkar jaringan ini secara menyeluruh.
“Kita bukan hanya sekadar mengungkap yang ada di sini, kita akan berusaha membongkar yang lebih besar lagi. Kalau ada jaringannya, kita bongkar supaya kita bisa tahu ke mana saja mereka menyebarkan orang-orangnya,” tegasnya.