news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Basarnas Tak Terima Sinyal Tanda Bahaya dari Sriwijaya Air SJ 182 Sebelum Jatuh

9 Januari 2021 20:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Basarnas. Foto: Muhammad Bagus Khoirunas/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Basarnas. Foto: Muhammad Bagus Khoirunas/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Basarnas mendapati pesawat Sriwijaya Air PK CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 yang jatuh di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu, tidak memancarkan sinyal emergency locator transmitter (ELT). Basarnas sendiri menerima laporan hilang kontak sekitar pukul 14.55 WIB.
ADVERTISEMENT
Pesawat rute Jakarta-Pontianak itu hilang kontak sesaat setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
"Basarnas akan cari apa penyebab tidak memancarnya ELT tersebut, akan diinformasikan setelah dapatkan data ELT tak memancar. Kalau alat itu memancarkan kita cepat tahu (kalau lost contact)," jelas Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Bambang Suryo Aji, dalam konferensi persnya, Sabtu (9/1).
Suryo menuturkan, Basarnas dan AirNav juga tidak menerima informasi radio terakhir sesaat sebelum sinyal terakhir dipancarkan. Termasuk apakah pilot meminta pendaratan darurat.
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air yang tengah mengudara Foto: Shutterstock
"Kami tidak menerima info tersebut dari Airnav. Ketika terima lost contact, yang kita lihat adalah Puskodal (Pusat Komando TNI AL) di atas, ada sinyal bahaya enggak, ternyata enggak ada," ungkap Suryo.
Terkait kemungkinan sinyal-sinyal radio terakhir dari pesawat Sriwijaya Air, Basarnas akan terus mendalami informasi yang diberikan oleh unit-unitnya di lapangan.
ADVERTISEMENT
"Terus kita dalami cari informasi sambil beri info ke potensi-potensi yang ada di wilayah tersebut. Jadi potensi bisa disampaikan ke TNI, Polair, nelayan-nelayan di sana," tutup Suryo.
Basarnas saat ini sedang mencari titik koordinat lokasi pasti jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, yang diduga jatuh di Pulau Laki. Pencarian pesawat terus dilakukan hingga malam hari, meski terjadi kendala karena jarak pandang yang minim.