Bau Menyengat dan Jalan Licin Sisa Gunungan Sampah di Pelbak Karno Jaktim

23 April 2025 13:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bekas tempat tumpukan sampah di Jalan Dr KRT Radjiman Widyodinigrat Arah Cakung, Jakarta Timur, Rabu (23/4/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bekas tempat tumpukan sampah di Jalan Dr KRT Radjiman Widyodinigrat Arah Cakung, Jakarta Timur, Rabu (23/4/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Siang ini, udara panas Jakarta Timur semakin tak nyaman dengan bau menyengat dari bekas tumpukan sampah di Pelbak Karno, Jakarta Timur, Selasa (23/4).
ADVERTISEMENT
Di Jalan Dr. KTR Radjiman Widyodiningrat, bau sampah menyeruak di antara deru kendaraan. Tepat di sebelum Gang Karno, bekas genangan berwarna kehitaman masih tampak di aspal. Baunya menusuk, sisa dari tumpukan sampah yang sempat menutupi setengah badan jalan beberapa hari sebelumnya.
Meskipun petugas sudah mengangkutnya, jejaknya belum benar-benar hilang. Bau menyengat dari air rembesan itu masih terasa sampai ke rumah-rumah warga sekitar RW 12. Di salah satu warung depan gang, seorang pria paruh baya duduk di bangku plastik putih, menghadap jalan.
Seorang warga RW 12 berinisial T, yang sudah tinggal di Gang Karno dari tahun 1991 mengatakan tumpukan sampah itu sudah ada sejak lama.
“Sebelum jalan ini dibuat (sudah ada sampah). Ini kan jalan tahun 95,” ujarnya saat wawancara, Rabu (21/4)
ADVERTISEMENT
Ia tahu betul lika-liku Pelbak Karno, tempat pembuangan sampah yang kini viral di media sosial. Bagi dia, tumpukan yang viral itu bukan baru sekali terjadi. Bahkan, menurutnya, kondisinya kian parah dalam lima tahun terakhir.
Area kosong di pinggir jalan yang sebetulnya hanya dikhususkan untuk warga RW 12 dan RW 6 kini, katanya, saat malam hari berubah jadi “zona bebas buang”.
Mobil pikap, motor, bahkan mobil pribadi kerap berhenti hanya sebentar, lalu melempar karung-karung sampah ke situ.
“Yang buang bukan warga sini aja. Dari pasar sana kadang bawa mobil malam-malam buang ke situ,” katanya.
Waktu paling rawan, katanya, adalah selepas Ashar hingga tengah malam. Sore hari mulai ada yang buang, lalu berlanjut hingga jam 11 atau 12 malam. Subuh, tumpukan itu baru diangkut. Tapi siklus berulang ini tak pernah putus.
ADVERTISEMENT
“Malam juga sudah penuh. Malam jam 11-12 pada pake pikap buang. Sore nanti abis Ahsar. Cuma permasalahannya sini yang kena imbas, baunya. Iya, terus kan mungkin kalau sampai dari pasar kan basah, makanan. Itu kan yang dari sayur-sayuran kan bau,” ucapnya sambil geleng kepala.
Yang lebih mencemaskan lagi adalah dampaknya. Genangan air sampah membuat tikungan jalan licin. Ia menyebut, sudah sering terjadi kecelakaan kecil.
"Itu kan licin air dari sampahnya. Posisinya di tikungan terus ada sampah nutupi setengah jalan,” kata dia.
Bekas tempat tumpukan sampah di Jalan Dr KRT Radjiman Widyodinigrat Arah Cakung, Jakarta Timur, Rabu (23/4/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Ia mengaku lelah melihat situasi yang tak kunjung membaik. Ia bahkan menyebut pihak kelurahan, kecamatan, hingga pemkot sudah pernah datang.
Tapi hasilnya? “Nggak ada penyelesaian,” tegasnya.
Menurutnya, jika hanya warga RW 12 dan RW 6 yang membuang sampah ke lokasi itu, tumpukannya tak akan separah sekarang. Tapi karena tak ada pengawasan, siapa pun bisa membuang di sana.
ADVERTISEMENT
“Orang naik motor, buang. Orang pakai mobil. Paling nggak sampai semenit, sudah langsung pergi,” katanya. “Setiap hari itu penuh. Malam juga penuh. Sore nanti abis Ashar, sudah mulai numpuk lagi.”
Ia menyarankan agar tempat sampah dibongkar dan diganti dengan sistem yang lebih rapi dan terorganisir.
“Harusnya tempat sampahnya dibenahin. Dijagain. Dilarang buang di luar RW 12 sama RW 6. Bagusnya sudah dibongkar aja, kasih tempat sampah per blok RT satu-satu, biar nggak numpuk di situ,” usulnya.
Ia menjelaskan mereka sudah terbiasa dengan bau menyengat itu, tapi bukan berarti mereka tidak terganggu.
“Kalau malam, ya baunya nggak ketahan. Apalagi pas Lebaran, itu kayak gunung sampah sebelahnya. Setengah jalan penuh.”
Sampai berita ini ditulis, belum ada langkah berkelanjutan dari pemerintah setempat untuk menanggapi keluhan warga. Sementara itu, Pelbak Karno masih menyimpan bau, jejak licin, dan kecemasan warganya, menunggu apakah lima tahun penuh sampah ini akan terus berlanjut ke tahun-tahun mendatang.
ADVERTISEMENT