Bayi 2 Bulan di Tangsel Alami Sesak Napas Diduga karena Asap Pembakaran Sampah

12 April 2025 15:39 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana sekitar rumah bayi yang terkena ISPA karena diduga aktivitas pembakaran sampah di Tangerang Selatan. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana sekitar rumah bayi yang terkena ISPA karena diduga aktivitas pembakaran sampah di Tangerang Selatan. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Bayi laki-laki berusia 2 bulan di Cipayung, Tangerang Selatan, yakni Muhammad Albi Alfarizki, mengalami sesak napas, diduga karena menghirup asap yang ditimbulkan pembakaran sampah.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, Albi harus mendapat perawatan secara intensif di rumah sakit selama tiga hari.
Berdasarkan pantauan kumparan, lokasi rumah keluarga Albi memang tak begitu jauh dari lapangan yang kerap digunakan warga sebagai tempat membakar sampah. Jaraknya hanya sekitar beberapa meter saja.
"Dia (Albi) terkena asap setiap hari, saya juga gak tau penyebabnya tapi katanya dari asap polusi," kata Nenek dari Albi, Yusroh atau akrab disapa Yus (59), ketika ditemui di kediamannya pada Sabtu (12/4).
Mulanya, Yus menjelaskan cucunya sempat batuk-batuk dan hanya diberi obat. Lalu, tiba-tiba pada 21 Maret 2025, cucunya kesulitan untuk bernapas sehingga langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan di ruangan ICU.
"Sesak. Batuk juga terus dia sesak sampai begitu (susah napas)" ujar dia.
Nenek dari bayi yang terkena ISPA, Yusroh, saat ditemui di kediamannya di Cipayung, Tangerang Selatan. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Yus menduga cucunya mengalami sesak napas karena asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah. Dia mengaku sudah berulang kali menegur agar tak ada lagi pembakaran sampah di sekitar rumahnya. Namun, teguran itu tak digubris.
ADVERTISEMENT
"Lapor RT, RT juga udah negur kali ya, ya tapi masih aja bakar," jelas dia.
Pembakaran sampah baru berhenti usai kasus itu viral di media sosial dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkot Tangerang Selatan hingga Lurah Cipayung datang. Kini, sudah tiga hari, warga setempat tak lagi membakar sampah di lapangan dekat kediamannya.
Yus meyakini cucunya mengalami sesak napas bukan karena asap rokok. Meski di kediamannya ada perokok aktif, mereka tak pernah merokok di dekat cucunya. Jika ingin dekat dengan cucunya, mereka rutin membersihkan diri terlebih dahulu.
Suasana sekitar rumah bayi yang terkena ISPA karena diduga aktivitas pembakaran sampah di Tangerang Selatan. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
"Bapaknya (Albi) ngerokok juga tapi gak pernah di kamar. Kalau pulang kerja dibuka, diganti. Jadi cuci tangan, cuci muka apa segala macem baru ketemu anak," papar dia.
ADVERTISEMENT
Kini, kondisi cucunya sudah berangsur membaik meski masih harus menjalani kontrol rutin satu kali tiap dua pekan. Ke depan, dia mengharapkan warga setempat dapat menjaga kebersihan lingkungan agar tak ada lagi yang terkena penyakit.
"Penginnya lingkungan ini sehat lah, polusi gak ada, pembakaran sampah gak ada," ujar dia.

Ketua RT Bantah: Kena Asap Rokok

Ketua RT 4 RW 3 Kelurahan Cipasung, Aji Saka, saat memberi keterangan terkait bayi terkena ISPA. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Sementara itu, Ketua RT 4 RW 4 Kelurahan Cipayung, Aji Saka, memiliki pendapat berbeda. Menurut dia, Albi mengalami sesak napas bukan karena asap dari pembakaran sampah melainkan asap rokok. Dia juga menyebut bayi yang masih berusia 2 bulan memang rentan mengalami gangguan pernapasan.
"Terkait berita yang beredar ya di media sosial itu, sebenarnya itu bukan karena ISPA karena asap pembakaran sampah ya, bukan, tadi saya dapat info itu karena kena asap rokok, rokok pasif," kata dia.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan sampah, Aji menjelaskan, sampah yang sering kali dibakar di lapang adalah sampah dari warga yang enggan ikut iuran. Warga itu membakar sampah secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui olehnya. Jika membayar iuran, sampah biasanya akan diangkut petugas kebersihan.
Suasana sekitar rumah bayi yang terkena ISPA karena diduga aktivitas pembakaran sampah di Tangerang Selatan. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
"Kalau yang ikut (iuran) sampah bulanan setiap hari diambil ke rumahnya. Itu diambil, diangkut tapi yang gak mau ikut urunan ya buang aja, biasanya malam, gak ketahuan siapa orangnya, kadang ada yang langsung bakar," ujar dia.
Aji mengaku belum pernah menerima laporan dari warga yang sesak napas karena pembakaran sampah. Dia mengaku hanya menerima laporan dari warga yang menderita asma. Meskipun begitu, ke depannya, dia mengaku bakal lebih menggiatkan pengawasan agar tak ada lagi warga yang membakar sampah.
ADVERTISEMENT
"Anak saya sempat sesak juga terus ke dokter di BSD itu, di situ ada spesialis paru anak, Alhamdulilah sembuh ternyata dia asma, bukan ISPA," ujar dia.