Bayi Gajah Inong di Aceh Mati, Sempat Diselamatkan Warga dari Dalam Lumpur

5 Maret 2021 11:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi gajah bernama Inong menghembuskan nafas terakhirnya saat tengah menjalani perawatan intensif di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Saree, Aceh Besar. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bayi gajah bernama Inong menghembuskan nafas terakhirnya saat tengah menjalani perawatan intensif di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Saree, Aceh Besar. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seekor bayi gajah bernama Inong mengembuskan napas terakhirnya saat tengah menjalani perawatan intensif di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Saree, Aceh Besar. Inong ditemukan mati pada Rabu (3/3) sekitar pukul 06.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Sebelum mendapatkan perawatan, Inong yang masih berusia sekitar 3 minggu itu berhasil diselamatkan oleh warga karena terjebak di dalam lumpur di Desa Panton Bunot, Kecamatan Tiro, Pidie, pada 9 Februari 2021 lalu.
Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto, mengatakan, Inong berhasil diselamatkan setelah terjebak hampir satu minggu di dalam kubangan lumpur kawasan Desa Panton Bunot. Saat pertama kali dievakuasi ke PKG Saree, Inong dalam kondisi sangat lemah.
“Malnutrisi, luka pada kedua bola mata, kaki depan kiri dislokasi, kaki belakang lumpuh serta prolapsus pada pusar dan kelaminnya. Sehingga saat urinasi satwa meronta kesakitan dan urine berwarna kemerahan,” kata Agus, Jumat (5/3).
Agus menyebutkan, di PKG Saree dilakukan perawatan khusus untuk membantu mengurangi rasa sakit. Seperti pengobatan luka, infeksi, dan melatih atau merangsang otot-otot serta persyarafan bayi gajah dengan menggunakan alat bantu topang.
Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto. Foto: Dok. Istimewa
Selanjutnya, pemberian asupan nutrisi berupa susu formula sebagai pengganti ASI (air susu ibu gajah) yang diberikan dengan menggunakan selang infus. Selang itu dimodifikasi agar susu terhisap perlahan sehingga satwa tidak tersedak bila minum dengan posisi terbaring. Selain itu menggunakan botol kompeng saat posisi satwa berdiri dan menggunakan alat bantu topang.
ADVERTISEMENT
“Setelah dilakukan perawatan secara intensif selama beberapa hari, kondisi luka pada mata dan prolapsus mulai membaik. Kecuali, mata kiri masih belum berfungsi, warna urine mulai normal, dan telinga kiri satwa mulai bergerak dari yang sebelumnya tidak bergerak sama sekali. Satwa juga mulai lebih aktif bergerak baik saat terbaring maupun saat satwa diberdirikan dengan alat bantu topang,” tutur Agus.
Namun demikian, sebut Agus, kondisi gajah Inong kembali menurun sejak tanggal 1 hingga 2 Maret 2021. Tim medis terus berupaya melakukan treatment sampai saat kematian gajah Inong.
Dari hasil nekropsi (bedah bangkai) yang dilakukan oleh tim medis BKSDA Aceh, organ jantung dalam kondisi konsistensi otot jantung mengeras dan dinding atrium kiri mengalami penebalan. Sehingga, mengakibatkan penyempitan ruang atrium kiri dan jantung kesulitan memompa darah.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada gangguan pada sistem pencernaan yakni ditemukan hemoragi pada penggantung usus (mesenterium), dan abnormalitas pada tulang kaki dan persendian kaki depan kiri karena dislokasi.
“BKSDA Aceh mengucapkan terima kasih kepada tim medis BKSDA dan PKSL Unsyiah, yang telah melakukan upaya maksimal dalam perawatan bayi gajah Inong ini,” ungkap Agus.

Imbauan untuk Masyarakat

BKSDA Aceh mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar Gajah Sumatera. Dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa, serta tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati.
Kemudian tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi yang dapat dikenakan sanksi pidana, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, beberapa aktivitas tersebut dapat menyebabkan konflik satwa liar khususnya Gajah Sumatera dengan manusia, yang dapat berakibat kerugian secara ekonomi hingga korban jiwa baik bagi manusia ataupun keberlangsungan hidup satwa liar tersebut.