Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.0
Beda dengan Indonesia, Proses Belajar di Jepang Utamakan Proses Dibanding Hasil
24 Februari 2025 15:05 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ilmuwan Indonesia yang berkiprah di Jepang, Sastia Prama Putri , mengungkapkan perbedaan proses belajar di Indonesia dengan di Jepang. Jika Indonesia menitikberatkan pada hasil, di Jepang lebih menitikberatkan pada proses.
ADVERTISEMENT
Sastia merupakan associate professor di kampus riset nomor satu di Jepang Universitas Osaka. Dia meniti karier sebagai akademisi dan ilmuwan di Jepang selama dua dekade lebih.
"Yang perbedaan paling fundamental tapi paling simpel itu apa? Di Indonesia itu mengedepankan hasilnya. Di Jepang , mengedepankan proses. Jadi tadi, baca buku, berlatih, melakukan repetisi, membangun disiplin, konsistensi, itu bagian dari proses. Proses belajarnya penting. Lalu pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik," kata Sastia saat membagikan ceritanya di podcast DipTalk yang tayang di Youtube kumparan.
Sementara di Indonesia, Sastia mengatakan hasil selalu lebih didahulukan dibandingkan proses. Hal ini terlihat dari level pemerintah, kantor, bahkan sejak anak-anak masih kecil.
"Dinilai kalau bisa calistung bagus gitu, kan. Bagaimana proses dia mengerti apa enggak, misalnya bisa baca tapi dia mengerti nggak apa yang dia baca? Apa hanya bisa baca aja? Atau misalnya kita menghafal terus akhirnya bisa dapet nilai yang bagus, tapi dia paham nggak yang dihafal? Jadi, prosesnya itu banyak di shortcut demi hasil instan," ungkapnya.
Sastia mengatakan, pandangan seperti yang diucapkannya masih terjadi di Indonesia, selama pondasi belajar tidak dibenahi maka Indonesia tak akan maju.
ADVERTISEMENT
"Karena proses (belajar di Indonesia) tidak dilakukan dengan proses lewat yang baik dan benar. Kita akan selalu mencari jalan pintas, kita selalu pengennya instan, tapi sebenarnya pondasinya itu hampir tidak ada, sangat-sangat rapuh makanya collapse," tuturnya.
Menurut Sastia, harus kembali dipikirkan seperti apa konsep pendidikan yang ingin dijalani di Indonesia. Ia berpendapat, pendidikan bukan hanya sekadar menghasilkan orang yang nilai matematikanya tinggi atau sekadar jago menghafal.
"Tapi ketika in the real world, in the real setting, apalagi dengan sekarang sudah ada AI, itu sudah menjadi hal yang relevan lagi, kan. Yang relevan itu adalah soft skill, logika berpikir, hal-hal yang enggak bisa dilakukan sama robot. Hal-hal yang enggak bisa dilakukan sama AI," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, manusia memiliki adab, etika, proses, dan budi pekerti untuk melakukan sesuatu dengan benar sesuai prosedur.
"Hal-hal seperti itu saking udah segitu lamanya itu diindahkan, sampai sekarang kami sangat-sangat terbiasa untuk melakukan hal yang salah itu sudah jadi satu hal yang normal. Jadi, kembalikan lagi marwah pendidikan kita untuk menghasilkan generasi kita yang selanjutnya, yang berkualitas, ya, SDM unggul itu," jelasnya.
"Bukan yang tadi saya sampaikan hanya sekadar mengejar ilmu, tapi juga mengejar adab. Dan itu, menurut saya, keduanya yang bikin bangsa seperti Jepang itu jadi bangsa yang besar," pungkasnya.