Beda Keterangan Polda Papua Barat dan Keluarga Soal Hilangnya Iptu Tomi

17 Maret 2025 20:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jajaran Polda Papua Barat dan Polres Teluk Bintuni memberikan klarifikasi terkait hilangnya Mantan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, Iptu Tomi Samuel Marbun saat rapat bersama Komisi III DPR RI via Zoom. Foto: YouTube/ TVR Parlemen
zoom-in-whitePerbesar
Jajaran Polda Papua Barat dan Polres Teluk Bintuni memberikan klarifikasi terkait hilangnya Mantan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, Iptu Tomi Samuel Marbun saat rapat bersama Komisi III DPR RI via Zoom. Foto: YouTube/ TVR Parlemen
ADVERTISEMENT
Mantan Kasat Reskrim Polda Papua Barat, Iptu Tomi Samuel Marbun, hilang saat operasi senyap mengejar KKB. Ia dikabarkan hilang saat menyusuri sungai di tengah hutan belantara pada 18 Desember 2024.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana ia bisa hilang hingga informasi proses pencariannya masih simpang siur. Masalah ini pun dibawa ke Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR RI, di gedung Parlemen, Jakarta pada Senin (17/3).
Ada istri Tomi, Ria Tarigan dan Kapolda Papua Barat, Johnny Eddizon Isir, yang memberikan keterangan. Berikut adalah versi masing-masing:

Versi Kapolda Papua Barat

Menurut Johnny, sesaat setelah hilang, tim yang bersama Tomi langsung mencari keberadaannya.
“Dari proses pencarian, Pak, itu sudah dimulai ketika di tanggal 18 Desember oleh personel yang berada di titik berangkat, memang ada tantangan terkait kondisi geografis di mana kemudian peralatan komunikasi ini sangat terbatas melalui HT satelit,” jelasnya.
Pencarian kemudian dilanjutkan di hari-hari selanjutnya. Mereka dibantu oleh tim gabungan. “Personel yang bergerak dari Polres, kemudian Kompi III Teluk Bintuni, demikian Yonif yang ada di Bintuni dan Papua,” ujar Johnny.
ADVERTISEMENT
“Namun, upaya pencarian dari tanggal 18 sampai dengan tanggal 30 (Desember 2024) memang belum membuahkan hasil yaitu ditemukannya Iptu Tomi,” tambahnya.
Mereka pun segera melakukan evaluasi pada tanggal 5 Januari 2025. Pencarian kemudian dilanjutkan pada tahap kedua pada 28 Januari hingga 3 Februari 2025.
“Memang sampai dengan terakhir pencarian dilakukan masih belum kita temukan,” tutur Johnny.
Dalam kesempatan ini, Johnny juga menepis isu bahwa Polres Teluk Bintuni dan Polda Papua Barat melakukan sabotase selama proses pencarian.
“Yang pertama terkait dengan informasi yang kurang akurat, berbeda-beda, atau pengalihan isu. Dalam hal ini kami menepis ada yang bilang sabotase,” jelas dia.
“Ini kami tepis dengan keras bahwa tidak ada terjadi sabotase Iptu Tomi Marbun, Kasat Reskrim Bintuni. Personel yang bergerak dari Polres, kemudian Kompi III Teluk Bintuni, demikian Yonif yang ada di Bintuni dan Papua,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengklarifikasi mengapa bisa ada versi berbeda-beda terkait cara Tomi menghilang.
“Perlu kita ketahui bersama bahwa kondisi geografis di titik penindakan, menjalin komunikasi dan alat komunikasi ini sangat terbatas sama seperti penindakan-penindakan atau operasi yang kita lakukan di tanah Papua,” ujarnya.
“Di mana geografis membatasi komunikasi pasti informasi yang kami dapat adalah informasi yang belum utuh, informasi yang perlu kita verifikasi kembali, informasi yang perlu kita validasi kembali,” sambungnya.

Versi Sang Istri

Ria Tarigan, istri Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, Iptu Tomi Samuel Marbun yang hilang saat bertugas di Papua. Foto: YouTube/ TVR Parlemen
Ria beberapa kali menangis saat menyampaikan keterangannya kepada Komisi III DPR RI. Ia lah yang menyebut ada versi cerita yang berbeda terkait hilangnya Tomi.
Versi pertama, menurut Wakapolres Teluk Bintuni, Kompol Ade Luther Far-Far, sebuah longboat yang ditumpangi Tomi saat bertugas itu terbalik di sungai.
ADVERTISEMENT
“Bapak Wakapolres dan Ibu Wakapolres datang ke rumah saya sekitar jam 01.30 siang menginfo kalau suami saya longboat-nya terbalik. Terus saya tanya siapa yang lihat?” cerita Ria.
“Terus dia bilang, Bapak Waka bilang, ‘Dek informasinya belum jelas tapi katanya tim yang sudah, di longboat yang satunya mereka lihat perahu, perahunya Tomi terbalik tapi orangnya nggak ada. Itu informasi yang saya dapat,” sambungnya.
Versi kedua dari cerita hilangnya Tomi adalah ia jatuh dari longboat namun tak ada yang sadar. Cerita ini diberikan oleh mantan Kapolres Teluk Bintuni, AKBP Choiruddin Wachid ke Ria.
“Si Tomi ini duduk di belakang longboat, duduk di paling belakang, terus mungkin dia salah pijak atau bagaimana akhirnya dia tergelincir, dan tidak ada yang melihat,” ucap Ria menirukan ucapan kapolres.
ADVERTISEMENT
“Tanggal 18 itu sampai malam tidak ada pencarian,” tuturnya.
Versi terakhir disampaikan oleh Kanit Resmob Polres Teluk Bintuni, Brigpol Roland Manggaprouw, yang ikut dalam operasi tersebut. Katanya, Tomi hanyut terbawa arus sungai dan tidak dapat ditolong.
Awalnya, para personel ingin mencoba menyeberangi sungai. Roland berenang untuk mengecek keadaan arus. Namun, ternyata tidak aman dan mereka pun berjalan lagi ke dalam hutan.
Baru beberapa meter, tiba-tiba tim mendengar sebuah suara dari arah sungai kembali.
“Di situ dia dengar bahwa ada suara dari arah sungai teriakan dua kali. Akhirnya mereka lari kembali ke arah sungai pas mereka kembali ke arah sungai. Ternyata, Pak Roland bilang, dia melihat suami saya berdiri di satu tandusan yang airnya setinggi lutut,” ujar Ria.
ADVERTISEMENT
“Penjelasan Pak Roland dia mau menolong, dia mau berenang ke arah sana, tapi mukanya tertumbuk kayu yang membuat dia pusing sehingga tidak sampai ke titik suami saya,” sambung Ria.
Selain ceritanya simpang siur, Ria mengatakan proses pencarian Tomi penuh kejanggalan. Mulai dari helikopter SAR disewa keluarga menggunakan uang pribadi, para anggota dilarang menceritakan kronologi kejadian ke keluarga Tomi, hingga para istri anggota yang mengunggah ucapan semangat ke Ria di media sosial akan mendapatkan ancaman suaminya dimutasi.
Lalu, ada satu kejanggalan yang ia temukan dari kisah Roland.
“Terus saya lihat karena penyampaian dia kan dia mau menolong suami saya tapi mukanya tertumbuk kayu. Kalau begitu kan minimal pasti ada bekasnya. Harus kayu besar dong yang buat kita pusing sampai tidak bisa melakukan pertolongan?” ujar Ria.
ADVERTISEMENT
“Saya lihat mukanya, saya perhatikan. Di situ saya tidak dapat tanda lecet atau memar sedikit pun,” sambungnya.

Minta Kapolri Bentuk Tim Pencari Fakta

Melihat kondisi ini, Komisi III DPR RI meminta Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo Segera, membentuk tim pencari fakta dalam kasus ini.
Berikut kesimpulan lengkap rapat tersebut:
ADVERTISEMENT