Begini Cara Bedakan Daging Sapi dan Celeng

22 Juni 2017 11:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
2 Ton Daging Celeng di Pelabuhan Panjang. (Foto: Dok. Barantan)
zoom-in-whitePerbesar
2 Ton Daging Celeng di Pelabuhan Panjang. (Foto: Dok. Barantan)
ADVERTISEMENT
Peredaran daging celeng atau babi hutan liar kembali terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tak tanggung-tanggung, sekitar 2 ton daging celeng yang digagalkan Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Barantan) di Pelabuhan Panjang, Lampung, Rabu (21/6).
ADVERTISEMENT
Daging celeng tersebut akan dikirim ke Tangerang, Banten, untuk diedarkan di pasaran. Peredarannya cukup rapih, banyak masyarakat tertipu menganggap daging celeng adalah daging sapi. Apalagi, daging itu dijual dengan harga miring saat menjelang lebaran seperti ini.
Badan Karantina Pertanian meminta kepada masyarakat untuk ekstra waspada. Selain tidak membeli daging dengan harga yang tidak wajar, juga harus mengetahui ciri-ciri daging celeng yang bisa dilihat dari fisik dan baunya.
"Yang paling membedakan itu tekstur dagingnya, daging celeng cenderung memiliki lemak yang cukup tebal dan lembek, karena biasanya lemak menempel di daging," kata Kepala Sub Humas Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Barantan) Arief Cahyono, kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (22/6).
Sedangkan daging sapi, bisa dilihat dari seratnya yang lebih besar, juga bentuknya yang lebih padat dan kaku. Berbeda dengan daging celeng yang seratnya tampak samar dan lembek.
ADVERTISEMENT
Selain dari tekstur serat dagingnya, masyarakat juga bisa membedakan mana itu daging celeng ataupun sapi melalui baunya. Biasanya daging sapi lebih berbau anyir. Sedangkan bau daging babi hutan itu khas tidak sedap.
"Cuma ya butuh latihan biar tahu, apalagi kalau sudah di oplos akan susah ya," jelas Arief.
Sebagai informasi dari Badan Karantina, harga daging celeng dijual hanya Rp 10.000/kilogram (kg) hingga Rp 15.000/ kg. Bahkan harganya bisa lebih murah di tingkat pengepul. Jadi, masyarakat harus waspada jangan sampai tergiur dengan harga daging yang tidak wajar.