Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Belajar dan Berkarya Ala Kampung Sains Yogyakarta
24 November 2018 12:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Kampung Sains yang terletak di Desa Krangkajen, Yogyakarta, menawarkan wisata alternatif pendidikan. Di kampung ini, puluhan warga yang terdiri dari anak-anak hingga kalangan dewasa terlibat dalam proses belajar yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Kampung ini awalnya diinisiasi oleh sekelompok warga yang tergerak untuk menghadirkan metode pembelajaran sains dengan cara yang berbeda, tidak harus formal dan serius.
"Awal mula kampung sains ini ide bersama setahun yang lalu ketika ada kegiatan gerakan Indonesia membaca, kemudian di sana berkumpul beberapa komponen dinas, perguruan tinggi, dan pegiat literasi. Di sana muncul ada ide untuk bentuk suatu sarana bermain tapi yang ada di kampung," kata Kordinator Kampung Sains, Indra Suryanto di lokasi, Sabtu (24/11).
Dari percakapan tersebut tercetuslah Kampung Sains pada tahun 2017 lalu. Menurut Indra, tempat belajar ini sengaja di buat di kampung agar proses belajar menjadi sangat nyaman dan menyenangkan.
"Intinya bermain berkegiatan sains dengan suasana yang enjoy. Dari sana dikembangkan konsepnya, ada cita-cita bersama keinginan untuk wisata edukasi," ujar Indra.
Pada mulanya, ada tiga kegiatan yang dirintis di Kampung Sains ini, yakni robotik, simple sains, dan roket air. Kata Indra, kegiatan roket air ini yang paling diminati oleh anak-anak.
ADVERTISEMENT
Dari situ, jenis kegiatan di Kampung Sains terus berkembang. Hingga saat ini, sudah ada beberapa kegiatan baru, mulai dari taman bacaan, cara membuat puding sedot (pudot), hingga belajar membuat karya ecoprint yakni mencetak kain dengan menggunakan bahan-bahan alami bunga dan daun-daunan yang sudah direndam.
Selain anak-anak, orang dewasa di Kampung Sains ini juga ikut diberdayakan. Salah satunya melalui kegiatan ecoprint, yang selain bisa mengisi waktu luang warga, juga bisa menghasilkan pemasukan tambahan yang meningkatkan taraf ekonomi masyarkat.
"Tiap minggu kita produksi, sehari kita bisa buat 25 lembar kain. Hasil karyanya dijual, orang-orang mencari ke sini untuk beli, bahkan kemarin dari Singapura sengaja ke sini untuk ikut workshop," ujar koordinator ecoprint di Kampung Sains, Reni.
ADVERTISEMENT
Hasil karya ini dijual dengan kisaran harga dari Rp 65 ribu hingga Rp 600 ribu. Hasil penjualan produk ini dapat langsung dinikmati oleh pengrajin dan sebagian di antaranya digunakan untuk kas warga, dan pemberdayaan masyarakat di Kampung Sains.
"Inginnya ya kita bisa berkembang, bisa merekrut orang lebih banyak untuk perekonomian warga desa yang lebih baik," imbuh Reni.
Di kesempatan yang sama, perwakilan dari Semua Murid Semua Guru (SMSG) Farli, mengatakan bahwa dengan adanya komunitas pendidikan seperti ini dapat memunculkan inovasi-inovasi baru di bidang pendidikan.
"Bagaimana masyarakat bisa berdaya, terhadap pendidikan. Kita pakai metode piramida terbalik, jadi konsepnya dari bawah ke atas. Jadi Inisiatif-inisiatif ini nantinya harapannya difasilitasi oleh Pemerintah. Bukan melulu Dinas pendidikan yang repot, tapi dilempar ke tengah masyarkat, mencari ide dan inovasi dari masyarakat," kata Farli
ADVERTISEMENT
Kampung Sains ini merupakan salah satu jaringan SMSG dari total 473 komunitas dan organisasi pendidikan yang melibatkan sebanyak 357.329 relawan di 252 kabupaten/kota yang tergabung. Selain dari sektor masyarakat, ada 15 kementerian, dan 28 media massa, telah bergabung melakukan program pendidikan bersama SMSG bersama di seluruh Indonesia.