Belajar dari Charlie Hebdo, Mari Rawat Kerukunan Umat Beragama

3 November 2020 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendagri Tito Karnavian di Kemendagri. Foto: Kemendagri
zoom-in-whitePerbesar
Mendagri Tito Karnavian di Kemendagri. Foto: Kemendagri
ADVERTISEMENT
Media satir Prancis, Charlie Hebdo, memang bukan sekali-dua kali menyinggung soal Islam. Paling baru, Charlie Hebdo menyulut amarah umat muslim di seluruh dunia dengan karikatur Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Belajar dari konflik tersebut, Mendagri Tito Karnavian mengingatkan seluruh umat beragama di Indonesia untuk senantiasa menjaga kerukunan. Apalagi, saat ini, banyak orang yang tak segan melakukan kekerasan atas nama menjaga agamanya.
"Kita lihat sekarang, bagaimana kekerasan spiral yang terjadi pasca-karikatur Charlie Hebdo misalnya. Orang rela melakukan kekerasan in the name of religion. Oleh karena itu, saya ingatkan bahwa kerukunan beragama harus kita rawat, jangan anggap itu sesuatu yang take it for granted," kata Tito di Rakornas Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Selasa (3/11).
Ilustrasi tabloid asal Prancis, Charlie Hebdo. Foto: Eric Feferberg/AFP
Menurut Tito, hal ini selaras dengan satu pemikiran yang dikemukakan Harold Ellens dalam buku The Destructive Power of Religion. Meski agama diciptakan untuk membangun dunia dan kehidupan yang damai, namun agama justru kerap dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.
ADVERTISEMENT
"Sering kali agama dipakai untuk kepentingan tertentu atau di-miss-orientasikan untuk kepentingan tertentu dan bisa jadi kekuatan menghancurkan. Bahkan lebih menghancurkan dibandingkan isu lain," tutur Tito.
"Isu suku, isu ras, dan lain-lain kalah dengan isu keagamaan karena ada keyakinan bahwa itu mandat dari Tuhan," imbuhnya.
Tak hanya itu, Tito juga mengingatkan agar masyarakat memanfaatkan teknologi dan kebebasan berpendapat dengan baik. Sebab, perkembangan teknologi memungkinkan penyebaran berita hoaks dan ujaran kebencian menjadi lebih masif.
"Ada demokrasi yang membuat ruang kebebasan lebih luas. Orang bebas menangkap derasnya arus ideologi yang mungkin tidak paralel dengan Pancasila. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah perkuat upaya preventif untuk deteksi. Cegah sedini mungkin, selesaikan potensi konflik yang berasal dari (isu) agama," tutupnya.
ADVERTISEMENT