Belajar dari Cianjur, Ini Karakteristik Rumah Tahan Gempa Menurut Ahli dan BMKG

23 November 2022 12:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menyelamatkan barang-barang dari rumah yang rusak akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Foto: Aditya Aji/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga menyelamatkan barang-barang dari rumah yang rusak akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Foto: Aditya Aji/AFP
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data BPBD per Rabu (23/11) pukul 09.00 WIB, tercatat ada 28.078 rumah rusak akibat gempa Cianjur. Dengan rincian 8.634 rusak ringan, 3.724 rusak sedang, dan 14.811 rusak berat.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini menyadarkan kita pentingnya membangun rumah tahan gempa. Lantas seperti apa karakteristiknya?
Muhammad Ikhsan, ahli teknik sipil dari Universitas Riau (UR) dan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan ada beberapa ciri-ciri yang harus dimiliki rumah tahan gempa.
Dosen Teknik Sipil Universitas Riau, Dr. Muhammad Ikhsan, ST, M.Sc. Foto: Dok. Istimewa
1. Tiang Pondasi Bangunan Menempel Kuat
Akademisi dari UR ini menyebut untuk membangun rumah tahan gempa yang harus dipertimbangkan bukan hanya bangunan dapat berdiri dan gaya berat bangunan saja, tetapi juga gaya ke samping yang di hadapi bangunan saat gempa terjadi.
"Jadi kalau orang nyusun atap atau membuat dinding itu asal berdiri saja itu sudah kuat, asal menempel sudah kuat. Tapi kalau gempa itu yang kita pikirkan adalah goyangan ke samping karena gempa itu umumnya menggoyangnya ke arah samping," ujar Ikhsan kepada kumparan melalui saluran telepon, Rabu (23/11) pagi.
ADVERTISEMENT
Ikhsan menyebut ciri pertama yang harus dimiliki rumah tahan gempa adalah tiang pondasi rumah yang menempel kuat dengan pondasi bawah. Kondisi ini membuat rumah tidak gampang tumpang.
"Bagaimana tiang-tiang (bangunan)nya itu menempel ke pondasinya lebih baik, jadi besinya itu menyangkut ke pondasi yang di bawah. Jadi tiangnya tidak gampang tumbang," jelas Ikhsan.
2. Menyelipkan Besi Angker pada Dinding
Karakteristik bangunan tahan gempa yang kedua menurut Ikhsan adalah dengan membangun dinding yang lebih kuat. Caranya dengan menyelipkan besi angker setiap 6 batu bata yang disusun untuk menempelkan dinding ke tiang.
"Misalnya salah satu desain rumah tahan gempa itu setiap 6 lapis batu bata, 6 susunan batu bata itu itu dikasih satu besi angker yang menempel ke tiang," ujar Ikhsan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian setiap ketinggian 6 bata, akan ada satu besi angker yang menahan agar dinding tidak gampang roboh saat diguncang gempa. Pada bangunan rumah biasa, dinding hanya ditempelkan tanpa menggunakan besi angker.
"Demikian juga dengan dinding-dindingnya. Kalau bangunan yang biasa kan dindingnya hanya ditaruh di atas pondasi kalau kita bilang di atas Loop. Nah itu dindingnya kan hanya diletakkan saja artinya ketika dia sudah berdiri nempel di tiang sudah cukup kita tidak memikirkan (kalau terjadi gempa dampaknya bagaimana)," jelasnya.
3. Rangka Atap Diikat ke Balok Keliling atau Tiang Rumah
Bukan hanya dinding dan pondasi yang perlu diperhatikan. Tampaknya pembuatan rangka atap juga harus dilihat bila hendak membangun rumah tahan gempa.
ADVERTISEMENT
Menurut Ikhsan untuk membuat rumah yang tahan guncangan gempa, rangka atap perlu diikat ke tiang rumah. Ia bahkan menyebut bila hal ini tidak dilakukan, saat gempa terjadi atap dapat meluncur ke bawah dan melukai orang.
"Coba bayangkan seandainya bangunan ini digerakkan ke arah samping atau digetarkan seperti getaran gempa itu tentu yang tadinya atapnya hanya ditempelkan saja di atas dinding atau atap yang hanya ditempelkan di atas tiang, atapnya akan meluncur karena tidak diikat ke balok keliling/tiang rumah," jelasnya.
Cara mengikatnya pun tidak sembarangan. Ikhsan menjelaskan bila kuda-kuda atap atau rangka atap mulanya diikatkan ke tiang, kemudian diikatkan ke balok kelilingnya dengan ring balok dalam dan bagian atas. Dengan demikian atap akan menempel sempurdan dan saat gempa tidak langsung roboh.
ADVERTISEMENT
"Jadi sekeliling atas dinding itu itu dikasih ring balok, nanti di rangka atapnya itu kuda-kuda atapnya itu diikatkan ke tiang atau kering baloknya, sehingga semuanya mengikat. Ketika ada gempa dia tidak langsung roboh," tegas Ikhsan.
4. Memperhatikan kekuatan dinding, tiang, dan material
Tidak cukup dari struktur bangunan, bahan materil pun juga harus diperhatikan. Daryono menegaskan bahwa semua bahan campuran untuk membangun bangunan termasuk semen dan batu sekalipun harus sesuai dengan aturan Kementerian PUPR.
"Kemudian juga campuran semennya juga harus bagus ya tidak boleh diiris-irit sehingga bangunannya itu mudah runtuh gitu ya," terang Daryono kepada kumparan melalui video conference, Rabu (23/11).
"Jadi standarnya itu mengacu building code yang sudah dipetakan oleh Kementerian PUPR," tambahnya.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono Foto: Utomo Priyambodo/kumparan
5. Kesinambungan Kerangka Bangunan
ADVERTISEMENT
Daryono juga menyebutkan selain struktur bangunan dan bahan yang digunakan kesinambungan keseluruhan aspek juga jadi karakteristik rumah tahan gempa.
"Nah bangunan tahan gempa itu memiliki kesinambungan kerangka yang kuat ya ada ikatan antara kolom-kolom," ucapnya.
Pada kesempatan ini Daryono juga menyebut pentingnya membuat rumah tahan gempa. Pasalnya gempa tidak membunuh akan tetapi bangunan yang roboh lah yang membuat munculnya korban jiwa.
"Ya jadi memang gempa bumi itu tidak membunuh dan melukai tapi bangunan yang roboh itu yang menjadi penyebab jatuhnya korban jiwa dan luka sehingga mitigasi gempa itu utamanya ya harus membangun rumah terkait dengan bangunan tahan gempa itu," tutup Daryono.
Idealnya menurut anggota BMKG ini seluruh daerah di Indonesia memiliki rumah tahan gempa, pasalnya Indonesia sebagai daerah yang rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
ADVERTISEMENT
Daryono menyebutkan bahwa meskipun di daerah yang tidak memiliki sumber gempa, dampak gempa juga bisa di rasakan terlebih saat kondisi tanah di daerah tersebut lunak. Ia mencontohkan negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Bangkok yang juga terdampak gempa dari Indonesia.
"Jadi itu memang sudah jadi program pemerintah ke depannya rumah-rumah yang akan dibangun itu harus bersandar bangunan tahan gempa," tutupnya.
Sementara itu Presiden Jokowi telah meninjau langsung lokasi gempa Cianjur pada Selasa (22/11). Dalam kunjungannya, menyebut akan memberi bantuan sebesar Rp 50 juta untuk korban terdampak.
Jokowi juga memastikan rumah terdampak yang diberi bantuan akan direnovasi sesuai standar Kementerian PUPR. Utamanya, rumah harus dapat menahan gempa yang diprediksi dapat terjadi setiap beberapa tahun.
ADVERTISEMENT
"Yang paling penting pembangunan rumah-rumah yang terkena gempa bumi ini diwajibkan untuk memakai standar-standar bangunan yang anti gempa oleh Menteri PUPR," kata Jokowi di lokasi, Selasa (22/11).