news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Belajar dari Guinea, Ubah Masa Jabatan Presiden yang Berujung Kudeta

7 September 2021 13:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
Presiden Guinea Alpha Conde berbicara kepada para pendukungnya selama kampanye di Conakry, pada 16 Oktober 2020. Foto: JOHN WESSELS / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Guinea Alpha Conde berbicara kepada para pendukungnya selama kampanye di Conakry, pada 16 Oktober 2020. Foto: JOHN WESSELS / AFP
ADVERTISEMENT
Gejolak politik di sebuah negara Afrika barat, Guinea, mulai mencekam usai Presiden Alpha Conde memutuskan untuk mengamandemen konstitusi pada tahun 2019 silam.
ADVERTISEMENT
Salah satu perubahan yang “menakutkan” bagi pihak oposisi dan rakyat Guinea adalah poin soal masa jabatan presiden.
Konstitusi baru ini mengubah waktu satu periode jabatan presiden menjadi 6 tahun, dari sebelumnya 5 tahun. Namun, jabatan seorang presiden tetap dibatasi hingga maksimal 2 periode saja.
Jika periodenya tetap dibatasi, bagaimana bisa Alpha Conde kembali memegang jabatan hingga tiga periode?
Disahkannya konstitusi ini menyebabkan adanya reset atau pengulangan kembali jumlah periode presiden inkumben.
Dalam kata lain, dua periode jabatan yang sebelumnya tidak dihitung, karena jumlahnya sudah diulang kembali menjadi 0.
Inilah yang membuat Conde mampu melenggang dan menerima pencalonan dirinya sebagai presiden pada Pilpres 2020.
BBC melaporkan, Conde menegaskan amandemen konstitusi ini merupakan upaya yang sejak lama ingin ia lakukan, namun tidak bisa ia prioritaskan pada tahun-tahun awal kepemimpinannya.
ADVERTISEMENT
Conde merupakan satu dari sejumlah pemimpin negara-negara Afrika lain yang juga mengubah konstitusi untuk bisa bertahan di kursi kekuasannya.
Presiden Guinea Alpha Conde berbicara kepada para pendukungnya selama rapat umum kampanye di Kissidougou pada 12 Oktober 2020. Foto: AFP
Seperti diketahui, Alpha Conde merupakan presiden pertama Guinea yang terpilih secara demokratis. Guinea selama berpuluh-puluh tahun dikuasai oleh pemerintahan otoriter sebelum Conde hadir ke panggung perpolitikan.

Amandemen Konstitusi Lainnya

Amandemen konstitusi ini tak hanya terpusat pada poin soal masa jabatan presiden. Banyak poin yang memang menuntut perbaikan dari hak-hak asasi manusia, terutama hak perempuan.
Menurut AFP, salah satu perubahan yang tercantum adalah melarang praktik sunat perempuan dan pernikahan usia dini. Selain itu, konstitusi baru ini juga memberikan hak setara bagi suami istri dalam perceraian.
Hasil pemungutan suara dari referendum 22 Maret 2020 itu menunjukkan 89,76 persen setuju dengan amandemen konstitusi dan 10,24 persen menolak konstitusi. Jumlah pemilih tercatat sebanyak 5.179.600 orang atau 58,24 persen.
ADVERTISEMENT
Poin perubahan soal masa jabatan presiden ini sebelumnya telah memicu reaksi keras dari oposisi dan kritikus. Saat itu mereka khawatir, dengan adanya perubahan ini, Conde akan mencoba untuk mengejar periode ketiga.
Dan kekhawatiran mereka pun terbukti. Pada September 2020, Conde kembali dicalonkan oleh partainya, Perserikatan Rakyat Guinea (Rally of the Guinean People, RPG), sebagai presiden untuk periode ketiga.

Perubahan Konstitusi Berujung Kudeta

Kemenangan Conde pada Pilpres Oktober 2020 silam memicu protes dari oposisi. Kemarahan oposisi dan rakyat semakin memuncak ketika pemerintahan Conde menaikkan tarif pajak serta harga bahan bakar minyak (BBM) hingga 20 persen.
Amarah itu akhirnya berujung pada kudeta pemerintahan Conde oleh pasukan elite Guinea pimpinan Mamady Doumbouya. Kudeta bermula Minggu (5/9) pagi. Saat itu, pasukan khusus mengepung istana kepresidenan Guinea.
Warga bersorak pada tentara saat mereka merayakan pemberontakan di Conakry, Guinea 5 September 2021. Foto: REUTERS/Souleyman
Sesudahnya, Kepala Unit Tentara Elite Guinea Mamady Doumbouya muncul di siaran televisi lokal. Doumbouya mengumumkan pemerintahan di bawah Conde sudah runtuh.
ADVERTISEMENT
"Kemiskinan, endemik korupsi telah mendorong pasukan saya untuk menyingkirkan Presiden Alpha Conde dari jabatannya," kata Doumbouya seperti dikutip dari Reuters.
"Kami membubarkan pemerintah dan institusi terkait. Kita akan menyusun kembali konstitusi bersama-sama," sambung dia.
Conde saat ini disebut berada di lokasi rahasia setelah dibawa oleh pasukan elite tersebut. Selain Conde, Doumbouya akan menangkap beberapa pejabat senior lainnya.
Pasukan Elite tersebut memastikan, Conde baik-baik saja. Kondisi Conde dijamin aman dan diizinkan bertemu dokter pribadi.