Belajar dari Kasus Arteria, Pimpinan DPR Ingatkan Anggota Hargai Kearifan Lokal

21 Januari 2022 16:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekjen Partai Golkar Lodewijk Friedrich Paulus (kiri), dan Ketua FPG DPR RI, Melchias Markus (kanan) di halal bi halal partai golkar, Kamis (13/6). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen Partai Golkar Lodewijk Friedrich Paulus (kiri), dan Ketua FPG DPR RI, Melchias Markus (kanan) di halal bi halal partai golkar, Kamis (13/6). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi III Arteria Dahlan telah meminta maaf atas pernyataannya yang meminta Kajati diberhentikan karena berbahasa Sunda saat rapat. Terkait hal itu, Wakil Ketua DPR Lodewijk F Paulus mengingatkan setiap anggota membawa kearifan lokal dari dapil masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Tentunya kita sebagai wakil rakyat masing-masing punya kearifan lokal. Kebetulan saya dari dapil Lampung, kemudian Pak Arteria katakan dari Sumbar, ada Pak Dedi dari Jabar, masing-masing, kan, membawa kearifan lokal dari wilayah masing-masing," kata Lodewijk di Gedung DPR, Senayan, Jumat (21/1).
Karena itu, ia mengajak seluruh anggota dewan saling menghormati dan menjaga kearifan lokal yang ada. Sehingga ia berharap tak terjadi kegaduhan.
"Ini juga kita menjaga, saya katakan tadi, kearifan lokal saling menghargai, masing-masing wilayah punya kearifan lokal, mari kita saling menghormati, saling menjaga, saling mengetahui, sehingga tidak terjadi kegaduhan-kegaduhan," kata dia.
Arteria Dahlan, anggota DPR RI Fraksi PDIP saat menjadi pembicara dalam diskusi mengukur sepak terjang KPK, Jumat (11/10/2019). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Sekjen Golkar ini mencontohkan politikus Golkar Dedi Mulyadi yang sering berpenampilan memakai adat Jawa Barat. Menurutnya, gaya bahasa hingga penggunaan tradisi daerah tertentu merupakan bentuk penghormatan kearifan lokal yang ada.
ADVERTISEMENT
"Tentunya ini pertama terkait bagaimana penampilan, cara berpakaian, contoh yang sedikit spesifik, ya, bagaimana dia menjaga kearifan lokal, ya. Pak Dedi, kan, tetap dia berpakaian adat seperti itu. Bahwa style orang lihat Pak Dedi oh ini orang Jabar, atau mungkin teman-teman kita kita juga dari Papua yang membawa tas, itu sebagai simbol," tutur Lodewijk.
"Yang paling penting dalam konteks dialek atau bertutur kata, ada bahasa-bahasa, apalagi bahasa-bahasa yang menjadi ciri khas sebagai penghormatan," tandasnya.
Sebelumnya, Arteria telah meminta maaf atas pernyataannya terkait Kajati berbahasa Sunda. Permintaan maaf disampaikan setelah Arteria memberikan klarifikasi kepada DPP PDIP.
"Saya dengan sungguh-sungguh menyatakan permohonan maaf kepada masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat Sunda atas pernyataan saya beberapa waktu lalu," kata Arteria, Kamis (20/1).
ADVERTISEMENT
DPP PDIP juga telah memberikan sanksi peringatan kepada Arteria.