Belajar dari Kasus Ayah Simpan Jasad Bayi di Freezer soal Hidup Bertetangga

6 Juli 2023 9:56 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan kontrakan orang tua yang tinggal di Jalan Tanah Seratus, Kelurahan Sudimara, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, yang menyimpan jasad bayinya di di kulkas.  Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan kontrakan orang tua yang tinggal di Jalan Tanah Seratus, Kelurahan Sudimara, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, yang menyimpan jasad bayinya di di kulkas. Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang ayah berinisial S yang tinggal di Jalan Tanah Seratus, Kelurahan Sudimara, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, menyimpan jasad sang anak di dalam freezer kulkas. Anaknya tak segera dimakamkan karena alasan biaya dan S cukup tertutup dengan tetangga karena pendatang.
ADVERTISEMENT
Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, mengingatkan warga jangan sungkan lapor ke RT dan tetangga saat mengalami kesulitan. Khususnya bagi pendatang baru seperti S.
"Jangan sungkan. Harus lapor, kan Anda orang baru. Anda harusnya sadar Anda butuh kompas sosial. Ini harus ke siapa, tetangganya siapa. Ini demi kepentingan Anda sendiri. Tinggal masalah waktu kita jadi yang bantu atau dibantu. Aturan lapor 1x24 jam harusnya jangan dimaknai beban," kata Devie saat dihubungi, Kamis (6/7).
Menurutnya melaporkan diri penting untuk dilakukan. Sebagai tetangga kita juga perlu berperan aktif mengenal pendatang baru di lingkungan untuk menghindari adanya tindak pidana.
"Itu cara kita mastikan ada bantalan sosial di sekitarnya. Justru kita perlu curiga kalau ada orang nggak mau lapor. Kan ada yang bikin pabrik narkoba lah. Setiap pribadi, kita perlu peduli dengan 4 penjuru kita. Tetangga depan, belakang, samping kiri, kanan, dengan itu kita bisa bangun sosial spider kuat. Sehingga gak perlu ada yang meninggal sendirian, kelaparan," imbuh dia.
Pengamat Sosial dan Kajian Budaya dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati. Foto: Vokasi UI
Camat Ciledug, Marwan, mengatakan tindakan S diketahui oleh warga setempat setelah dua hari anaknya meninggal. Warga lalu melapor ke pemerintah desa hingga ke kelurahan-kecamatan, polisi pun mendapatkan laporannya.
ADVERTISEMENT
Sang ayah disebut bingung tidak tahu bagaimana mau memakamkan jasad bayi karena ia benar-benar tidak punya uang.
Warga dan pejabat setempat pun membantu pemakaman hingga pengurusan KTP dan BPJS.
Devie mengatakan, sikap warga, RT, RW, hingga camat tersebut patut diapresiasi. Ia mengingatkan, tugas RT dan RW bukan hanya mengurus catatan administrasi, namun juga membangun kebersamaan warga sekitar.
"Para RT perlu kita apresiasi yang berhasil bangun kebersamaan, keharmonisan, karena hanya itu yang buat masyarakat bisa bertahan dari krisis ekonomi, pandemi," ungkapnya.
Untuk menjalin komunikasi antar warga, pengurus RT dan RW juga bisa menggunakan grup WhatsApp. Melalui itu berbagai informasi soal lingkungan bisa dibagikan sehingga warga saling mengetahui kondisi sekitarnya.
"Memang tanda kutip aturan tidak tertulis di kota semacam urusan kamu urusan kamu, saya, saya. Ini bertentangan dengan kearifan lokal kita. Oleh karenanya perlu alat bantu, di antaranya RT/RW lewat WA grup. Warga baru dikenalkan, dan info imunisasi atau kejahatan," kata Devie.
ADVERTISEMENT