Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Belajar dari Tragedi Itaewon, Jepang Imbau Warga Jauhi Shibuya saat Halloween
5 Oktober 2023 15:54 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pemerintah Jepang mengimbau warga menghindari jalanan di sekitar Distrik Shibuya saat perayaan Halloween, yang biasanya diperingati setiap akhir Oktober dengan pesta kostum.
ADVERTISEMENT
Imbauan ini dikeluarkan, menyusul kekhawatiran akibat tragedi desak-desakan (stampede) saat Halloween di Distrik Itaewon , Korea Selatan, yang menewaskan 150 orang pada tahun lalu.
Dikutip dari The Star, Wali Kota Distrik Shibuya, Ken Hasabe, mengaku khawatir tragedi Itaewon terjadi di Jepang — sehubungan dengan kembalinya turis asing pasca-pandemi dan Shibuya sebagai destinasi favorit anak muda lokal merayakan pesta Halloween.
"Tahun ini kami menegaskan kepada dunia bahwa Shibuya bukanlah tempat untuk merayakan Halloween," kata Hasebe dalam konferensi pers pada Kamis (5/10).
"Orang-orang harus menghindari berkumpul di area tersebut untuk perayaan sekitar tanggal 31 Oktober dan minum alkohol di dekat stasiun akan dilarang selama beberapa hari di sekitar tanggal itu," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Hasabe juga telah memerintahkan toko-toko di Distrik Shibuya dan sekitarnya untuk membatasi penjualan alkohol.
Sejak perayaan Halloween menjadi tren di Jepang lebih dari satu dekade lalu, gemerlapnya jalanan Shibuya — termasuk perempatan penyebarangannya yang populer, telah menjadi lokasi pesta kostum 'tidak resmi' bagi kaum muda.
Kekhawatiran soal terjadinya kerumunan hingga stampede menjadi sangat tinggi tahun ini, lantaran bakal menjadi perayaan Halloween pertama sejak pembatasan COVID-19 dicabut di Jepang.
Pemerintah juga mempertimbangkan sisi kembali melonjaknya angka turis yang tiba di Negeri Bunga Sakura sejak saat itu.
Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, sekitar 2,2 juta turis asing telah mengunjungi Jepang pada Agustus lalu — mendekati ke angka yang terjadi sebelum pandemi.
ADVERTISEMENT
Hasabe mengatakan, dia khawatir akan ada kerumunan besar mulai dari 50 ribu hingga 60 ribu orang atau lebih, jika tidak ada tindakan pencegahan yang diambil.
"Jika tidak ada tindakan yang diambil, kerumunan orang akan jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu. Dan kami khawatir hal ini dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam kecelakaan dan insiden yang berhubungan dengan kemacetan," jelas Hasabe.
Tak Yakin Akan Berhasil
Menyadari bahwa imbauan itu tidak akan ditanggapi secara serius oleh kaum muda dan turis asing, Hasabe telah memerintahkan 300 aparat keamanan selama Halloween nanti.
Selain itu, bakal ada sekitar 150 petugas dikerahkan ke jalanan guna mengawasi orang-orang agar tidak minum alkohol hingga mabuk atau merokok.
Meski demikian, kata Hasabe, pada akhirnya berdasarkan hukum seseorang tidak dapat ditangkap hanya gara-gara dia minum atau merokok di jalan. Namun, mereka masih bisa ditangkap apabila menganggu ketertiban seperti memulai perkelahian.
ADVERTISEMENT
Seorang imigran asal Jamaika yang sejak 2015 telah tinggal di Jepang, Kerona Slater, adalah salah satu dari segelintir pihak tidak 'tunduk' atas imbauan dari otoritas Shibuya.
Slater bersama teman-temannya berencana tetap berpesta di Shibuya, bahkan sudah merencanakan kostum apa yang ingin dipakai. "Saya pikir banyak dari kita akan sedikit lebih berhati-hati, tapi saya pikir banyak orang yang akan tetap pergi," kata Slater.
"Terutama anak-anak muda, mereka akan tetap pergi. Dan orang asing, kami cenderung tidak pasif atau tunduk seperti orang Jepang, jadi saya rasa banyak orang asing yang akan pergi juga," imbuhnya.
Hasabe mengakui persentasi keberhasilan dari langkah-langkah pencegahan itu masih 50:50 (fifty-fifty).
Namun, dia berharap melalui imbauan yang disampaikan lebih awal ini bisa dapat membujuk warga asing untuk tidak mengunjungi Shibuya saat Halloween.
ADVERTISEMENT
Live Update