Belajar 'Nakal' Bersama Pidi Baiq

28 Februari 2018 19:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pidi Baiq di kumparan (Foto: Muhammad Rizal/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pidi Baiq di kumparan (Foto: Muhammad Rizal/kumparan)
ADVERTISEMENT
Aku imigran dari sorga, diselundupkan ke bumi oleh ayahku yang tegang di kamar pengantin - Imam Besar The Panasdalam
ADVERTISEMENT
Pidi Baiq, siapa yang tak kenal dengannya? pria yang mengaku sebagai Imam Besar The Panasdalam sekaligus imigran gelap ini, sepertinya paham betul cara memperlakukan dunia. Lewat tokoh sederhana nan sempurna--Dilan, Pidi Baiq berhasil menyihir semua orang.
Dengan gayanya yang santai, Pidi Baiq membagikan kisahnya lewat acara The Expert: Lebih Dekat dengan Pidi Baiq yang diselenggarakan di kantor kumparan (kumparan.com), Jalan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (28/2).
Pria yang kerap disapa Ayah ini menceritakan pengalaman soal perkenalannya dengan dunia sastra. Ia bercerita saat pertama kali menulis yakni saat dirinya masih duduk dibangku taman kanak-kanak. Menurutnya, saat itu berbagai media tulis tidak luput dari coretannya.
“Saya menulis sudah lama, kira-kira sejak TK,” kata Ayah kepada puluhan peserta yang hadir.
Pidi Baiq di Kumparan (Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pidi Baiq di Kumparan (Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan)
Menurut pria kelahiran 8 Agustus 1972 ini, menulis merupakan bagian dari dirinya. Meski begitu, ia tetap tidak ingin disebut sebagai penulis, karena menurutnya sebutan itu hanya akan membuatnya terbebani.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak siap mental untuk disebut penulis, saya lebih nyaman disebut anak nakal. Karena kalau saya berbuat nakal akan dimaklumi,” ujarnya disambut gelak tawa para peserta.
Dengan gayanya yang santai, ia mampu menghipnotis para peserta The Expert. Para peserta, sesekali tertawa oleh guyonan-guyonan khas yang sering dilontarkan Ayah. Disinggung soal gayanya yang terlampau santai, ia mengatakan bahwa dirinya hanya ingin tampil apa adanya, dan jangan melulu serius.
“Saya hidup di dunia ini, saya hanya ingin bersenang-senang, bersenda gurau,” ucap Ayah.
Predikat santai sudah melekat dalam seorang Pidi Baiq. Meski begitu, bukan berarti ia tidak bisa serius. Contohnya, ketika ia dimintai pendapat soal tips menulis untuk pemula.
Menurutnya, penulis pemula harus bisa memisahkan antara dunia kreatif dan dunia eksakta.
ADVERTISEMENT
“Orang mau kreatif, tapi mentalnya masih eksakta, ya sulit. (soal berkarya) Jangan takut salah dan benar,” bebernya.
Ayah menambahkan, seorang penulis harus berani dan berbeda dari yang lainnya. Selain itu, untuk para penulis pemula, ia menyarankan untuk jangan dulu memikirkan pesan moral yang ingin disampaikan lewat tulisannya, karena itu bukan tugas utama para penulis.
“Saya nulis enggak mikir apa yang pesan moral saya akan sampaikan, saya mah (penulis) bukan ulama,” tutupnya.