Belasan Sekolah di Selandia Baru Dievakuasi Usai Menerima Ancaman Bom

28 Juli 2022 16:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ancaman bom Foto: thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ancaman bom Foto: thinkstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setidaknya belasan sekolah di penjuru Selandia Baru menerima ancaman bom pada Kamis (28/7/2022).
ADVERTISEMENT
Ancaman bom ini diyakini sebagai serangan siber dari luar negeri dan mengakibatkan munculnya kepanikan meluas di masyarakat. Sekolah-sekolah yang menerima ancaman terpaksa dievakuasi.
Gelombang ancaman ini datang 24 jam usai adanya panggilan palsu ke empat sekolah Selandia Baru sehari sebelumnya di Waikato, Thames, dan Gisborne di North Island.
“Saya telah berbicara dengan Kementerian Pendidikan, yang memahami bahwa ini sebenarnya adalah cyberbot yang datang dari luar negeri,” kata Presiden Federasi Kepala Sekolah Selandia Baru, Cherie Taylor-Patel, dikutip dari AFP.
Dalam sebuah pernyataan, pihak kepolisian Selandia Baru mengatakan mereka tidak percaya adanya risiko keamanan.
Namun pihak berwenang menegaskan, penyelidikan telah dilakukan terhadap ancaman-ancaman di Marlborough, Masterton, Kaikoura, Greymouth, Queenstown, Levin, Whanganui, Rolleston, Takaka, Geraldine, Dunstan, Ashburton, dan Palmerston North.
ADVERTISEMENT
Selain itu, komandan wilayah Tasman, Simon Feltham, mengatakan pihaknya telah meminta keterangan dari dua remaja atas ancaman yang dibuat terhadap Marlborough Girls' College. Sejauh ini tidak ada laporan tentang alat peledak yang ditemukan di salah satu sekolah yang menjadi sasaran.
Ini bukan kali pertama sekolah-sekolah di Selandia Baru menerima ancaman bom dari serangan siber (cyber attack). Insiden serupa pernah terjadi pada 2016 lalu, ketika sekolah-sekolah di Selandia Baru dan Australia menerima panggilan palsu bahwa ada bom yang bersarang di tempat-tempat itu.
Kemudian pada 2018, seorang pelaku keturunan Israel-Amerika divonis penjara selama 10 tahun oleh pengadilan di Israel karena telah menyebarkan sekitar 2.000 ancaman penipuan bom di Amerika Utara, Inggris, Australia, Selandia Baru, Norwegia, dan Denmark.
ADVERTISEMENT