BEM UI Mulai Tahap Tak Percaya pada Pemerintahan Jokowi

2 Februari 2024 15:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua BEM UI 2024, Verrel Uziel, saat dijumpai usia Deklarasi Kebangsaan oleh Dewan Guru Besar, Jumat (2/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua BEM UI 2024, Verrel Uziel, saat dijumpai usia Deklarasi Kebangsaan oleh Dewan Guru Besar, Jumat (2/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
BEM Universitas Indonesia menyatakan posisi mereka terkait pemerintahan Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan usai acara deklarasi kebangsaan di halaman Gedung Rektorat UI, Depok, Jumat (2/2).
"Dikatakan percaya atau tidak, mulai pada tahap tidak percaya. Tetapi kita sebagai kalangan intelektual penting untuk melihat dari segala sisi," ujar Ketua BEM UI 2024 Verrel Uziel kepada wartawan, Jumat (2/2).
Kata dia, organisasi yang dinakhodainya saat ini tengah mengkaji hingga terus memantau situasi pemerintahan Jokowi saat ini.
Apabila dirasa telah perlu untuk turun ke jalan, Verrel memastikan mahasiswa UI tidak akan ragu melakukannya.
"Turun ke jalan tentu tetap menjadi opsi, tetapi bukan yang utama, seperti itu," kata Verrel.
Verrel sendiri mengaku menyambut baik deklarasi yang dilakukan oleh para dosen-dosennya itu. Dia mengatakan dari sisi mahasiswa akan ikut bergerak bersama guna memantik gerakan-gerakan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Kita penting untuk bergerak bersama, menyuarakan aspirasi kita, menyuarakan hal yang tentunya sangat tegas dan riil, dan itu kita menuntut pemerintah juga untuk merespons apa yang kita minta dengan konkret juga. Seperti itu," tutupnya.
Berikut isi deklarasi yang disampaikan oleh Dewan Guru Besar UI:
Pesan Kebangsaan Sivitas Akademika UI
Genderang Universitas Indonesia bertalu kembali
Kampus kami adalah kampus perjuangan, yang telah melahirkan para petarung yang berdiri paling depan dalam menghadapi berbagai peristiwa berat bangsa ini.
Para pendahulu kami, bahkan telah menumpahkan darahnya, sebut saja Arif Rahman tahun 1965, Yun Hap di tahun 1998, dan tak terbilang pula mereka yang dipenjara tanpa pengadilan tahun 1974 dan 1978 karena menolak penguasa otoriter.
ADVERTISEMENT
Sungguh pun tampak diam, seakan kami tenggelam dalam kerja-kerja akademik di ruang kelas, di ruang seminar, laboratorium, berdiam diri dalam tumpukan buku, atau menulis gagasan di ujung pena, kami tetap mewaspadai hidupnya demokrasi dan mewaspadai pula kedaulatan agar tetap di tangan rakyat.
Lima tahun terakhir, utamanya menjelang pemilu 2024 ini, kami kembali terpanggil untuk menabuh genderang, membangkitkan asa, dan memulihkan demokrasi negeri yang terkoyak.
Negeri kami tampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa, nihil etika, menggerus keluhuran budaya serta kesejatian bangsa.
Kami, warga dan alumni Universitas Indonesia prihatin atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi. Hilangnya etika bernegara dan bermasyarakat, terutama korupsi, kolusi, dan nepotisme yang telah menghancurkan kemanusiaan, dan merampas akses keadilan kepada kelompok-kelompok miskin terhadap berbagai hak yang berkaitan dengan kelayakan hidup.
ADVERTISEMENT
Keserakahan atas nama pembangunan tanpa naskah akademik berbasis data, tanpa kewarasan akal budi dan kendali nafsu keserakahan, telah menyebabkan semakin punahnya sumberdaya alam hutan, air, kekayaan di bawah tanah dan laut, memusnahkan keanekaragaman hayati, dan hampir semua kekayaan bangsa kita.
Mereka lupa bahwa di dalam hutan, di pinggir sungai, danau dan pantai, ada orang ada manusia, ada flora dan fauna, dan keberlangsungan kebudayaan masyarakat adat, bangsa kita. Bangsa Indonesia.
Kami resah dan sekaligus geram atas sikap dan tindak para pejabat, elite politik dan hukum yang mengingkari sumpah jabatan mereka untuk menumpuk harta pribadi, menumpuk kekuasaan, membiarkan negara tanpa tata kelola dan digerus korupsi yang memuncak menjelang Pemilu.
Kami cemas kegentingan saat ini akan bisa menghancurkan masa depan bangsa dan ke-Indonesiaan kita.
ADVERTISEMENT
Mr Soepomo, salah seorang perumus Konstitusi, UUD 45, Rektor UI tahun 1951-1954, pernah berpesan agar sivitas akademika Universiteit van Indonesia dengan otonomi atau kebebasan akademik yang melekat, dapat merebut kembali zaman keemasan Sriwijaya yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.
Maka, berdasarkan ruh kebebasan akademik yang kami punya, kami berdiri di sini mengajak sivitas akademika perguruan tinggi di seluruh tanah air, untuk segera merapatkan barisan guna mengawal pelaksanaan Pemilu yang adil, jujur dan bermartabat dengan:
1. Mengutuk segala bentuk tindakan yang. menindas kebebasan berekspresi
2. Menuntut hak pilih rakyat dalam pemilu dapat dijalankan tanpa intimidasi dan ketakutan
3. Menuntut agar semua ASN, Pejabat Pemerintah, ABRI dan Polri dibebaskan dari paksaan untuk memenangkan salah satu paslon.
ADVERTISEMENT
4. Menyerukan agar semua perguruan tinggi di seluruh tanah air mengawasi dan mengawal secara ketat pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di wilayah masing-masing.
Mari kita jaga bersama demokrasi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai dan banggakan
Depok, 2 Februari 2024
Sivitas akademika Universitas Indonesia