BEM UI Posting Meme Puan Berbadan Tikus Terkait Ciptaker, PDIP Meradang

23 Maret 2023 12:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
Puan Maharani diangkat jadi warga kehormatan Marinir. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani diangkat jadi warga kehormatan Marinir. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BEM UI mengunggah reels kritikan terhadap DPR dengan meme Ketua DPR Puan Maharani berbadan tikus di akun Twitter dan Instagram mereka. Konten itu dibuat untuk mengkritik Perppu Cipta Kerja yang sudah disahkan DPR, Selasa (21/3) lalu.
ADVERTISEMENT
BEM UI menampilkan sebuah video berjudul Dewan Perampok Rakyat. Dengan background gedung kura-kura DPR dan ada bagian kepala Puan berbadan tikus.
"Kami tidak butuh Dewan Perampok Rakyat," tulis BEM UI.
Menurut BEM UI, dalam pernyataan resminya, DPR lagi-lagi memperlihatkan kebobrokannya melalui pengesahan Perppu Cipta Kerja.
"Jelas-jelas dinilai inkonstitusional oleh Mahkamah Konstitusi karena terdapat kecacatan, baik secara formal maupun materil."
Selain tidak dihadirkannya partisipasi publik yang bermakna, penerbitan Perppu ini pun mengancam hak-hak rakyat dan para pekerja. Kata BEM UI, Dewan yang berada di kursi sana bukan lagi sebuah "perwakilan" melainkan para “penindas”, yaitu penindas buruh, penindas rakyat, bahkan penentang konstitusi.
"Bagaikan tikus dengan watak licik yang melancarkan berbagai upaya oligarki, semakin terlihat bahwa DPR benar-benar tidak memihak pada rakyat. Sudah tidak ada alasan lagi untuk kita percaya kepada wakil kita. Saatnya untuk melawan!" kata BEM UI.
ADVERTISEMENT
Tanggapan PDIP
Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno menyampaikan protes keras terhadap kritik tersebut. Ia menyebut kurang patut apabila mahasiswa menyampaikan umpatan yang kurang terdidik.
"Rasanya kurang patut apabila mahasiswa menyampaikan umpatan-umpatan yang kurang terdidik, asal bunyi, merendahkan akal budi. Ajak wakil-wakil rakyat berdiskusi, berdebat, secara terbuka dan mendasar," kata Hendrawan kepada wartawan, Kamis (23/3).
"Dalam bahasa Jawa ada istilah "waton suloyo", asal-aslaan, yang penting beda dan menarik perhatian," lanjutnya.
Hendrawan menuturkan selama ini DPR sangat memperhatikan kritik dari kampus. Ia menyebut kunjungan kerja DPR juga sering ke kampus untuk menampung masukan.