Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan pernyataan bombastis ketika mengumumkan kematian Abu Bakar al-Baghdadi. Dia mengatakan pemimpin ISIS itu "merengek dan menangis dan berteriak" sebelum akhirnya meledakkan diri dalam terowongan Sabtu lalu.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan Trump ini sedikit meragukan. Pasalnya walau Trump menyaksikan video penyerangan tersebut, namun detail peristiwanya sepertinya agak kabur. Ketika dikonfirmasi lagi soal hal tersebut pada konferensi pers Minggu (27/10), Trump enggan membahasnya.
"Kau mengatakan merengek. Apakah kau bisa mendengarnya dari video?" tanya seorang jurnalis.
"Saya tidak ingin membicarakannya," kata Trump.
Beberapa pejabat militer AS juga enggan membicarakannya. Mereka memang tidak membantahnya, namun juga tidak membenarkannya. Seperti Jenderal Marinir Kennet McKenzie, Komandan Komando Pusat AS yang bertanggung jawab atas operasi AS di Timur Tengah, dikutip dari Reuters.
Ketika ditanya apakah benar Baghdadi merengek dan menangis, McKenzie terdengar ragu. "Tentang momen terakhir Baghdadi, yang saya bisa katakan: Dia merangkak dalam lubang dengan dua anak kecil dan meledakkan dirinya, sementara orang-orangnya tetap di luar," kata McKenzie, Rabu (30/10).
ADVERTISEMENT
"Jadi kau bisa menilai orang seperti apa dia berdasarkan aktivitasnya itu, saya tidak bisa mengonfirmasi hal lain tentang detik-detik terakhir kehidupannya," lanjut dia.
Para petinggi militer AS juga tidak tahu dari mana Trump mendapatkan informasi soal Baghdadi yang merengek atau menangis. Senin lalu, Jenderal Angkatan Darat Mark Milley, kepala staf gabungan militer juga tidak membenarkan pernyataan Trump itu.
Milley menduga Trump mendapat informasi itu dari percakapan langsungnya dengan anggota pasukan Delta Force. Namun hingga saat ini, Milley mengaku belum berbicara dengan mereka.
Lima pejabat Pentagon yang ditanya Daily Beast juga bingung bagaimana Trump bisa mengetahui "rengekan dan tangisan" Baghdadi. Pasalnya, video serangan Baghdadi yang disaksikan secara live oleh Trump tidak ada audio-nya. Itu pun jika benar Trump melihatnya secara live.
Bekas fotografer Gedung Putih zaman Barack Obama, Pete Souza, ragu Trump benar-benar menyaksikannya secara live. Dia mengatakan, gambar itu berbeda dengan ketika Obama menyaksikan serangan ke persembunyian Osama bin Laden pada 2011 lalu.
ADVERTISEMENT
Souza menduga foto itu direkayasa. Bahkan anggota Kongres dari Partai Republik Sheila Jackson Lee mengatakan foto itu diambil 95 menit setelah Baghdadi tewas. Artinya, Trump ngarang.
Sebuah tulisan di media Vanity Fair bahkan terang-terangan menyebut Trump berbohong dalam hal ini. Trump disebut membual dan semua yang dikatakannya "kebohongan yang all-out".
Daily Beast menyebutkan bahwa Trump kerap membesar-besarkan komentarnya tentang seseorang, terutama orang yang dibencinya atau rival politik. Kata-kata "menangis" digunakan Trump berkali-kali di Twitter, padahal kenyataannya tidak seperti itu.