Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Indonesia kini tengah berjuang melawan pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung hampir 1,5 tahun lamanya. Namun, pada 2004 lalu, Indonesia juga pernah menghadapi virus H5N1 yang menjadi penyebab wabah flu burung .
ADVERTISEMENT
Pada tahun itu, jutaan ayam petelur di beberapa daerah mati. Bahkan, flu burung juga menyebar hampir di seluruh provinsi, dan menyebabkan lebih dari 100 korban meninggal dunia. Wabah ini kemudian dijadikan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Pengalaman mengatasi wabah flu burung sampai dituliskan Siti dalam sebuah buku berjudul 'Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung'. Buku inin berisikan mengenai konspirasi Amerika Serikat dan WHO, yang disebut ingin mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung.
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan Siti Fadilah kala menjadi Menkes dalam mengatasi flu burung? Berikut kumparan rangkum dari berbagai sumber.
Setop Kirim Sampel Flu Burung ke WHO
Siti Fadilah mengambil keputusan menyetop pengiriman sampel virus H5N1 ke WHO. Langkah ini diambil sebagai langkah protes atas apa yang dinilainya sebagai komersialisasi vaksin dari spesimen virus yang dikirim ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Siti, penghentian pengiriman sampel juga didasari kekhawatiran Indonesia tidak mendapatkan manfaat dari vaksin yang dibuat berdasarkan sampel-sampel yang dikirim. Ia tidak ingin sampel digunakan seenaknya dan dibuat vaksin oleh Amerika Serikat lalu dipatenkan.
Pengiriman dapat dilakukan kembali, dengan perjanjian yang melarang untuk dikomersilkan. Sayangnya, usulan tersebut ditolak WHO karena tidak memungkinkan atas alasan keamanan kesehatan dunia.
Hingga akhirnya, pada 2007 Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke WHO untuk bisa mempercepat penanganan wabah flu burung secara lebih tepat. Pada tahun itu, Indonesia mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memberikan akses vaksin ke negara berkembang.
Kecam WHO Terkait Pengembangan Vaksin Flu Burung
Masih berkaitan pengiriman sampel flu burung, pemerintah Indonesia lewat Siti Fadilah mengecam WHO atas peraturan penggunaan sampel untuk pembuatan vaksin. Ia melihat ada maksud lain untuk mencapai tujuan politik tertentu di balik WHO meminta pengiriman sampel dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Muncul kekhawatiran Siti ada keprihatinan penetapan harga yang tidak adil untuk negara-negara miskin. Sehingga, ia meminta negara-negara miskin harus dilibatkan dalam pengembangan vaksin flu burung.
Sebab, sistem yang ada saat itu menyebabkan negara berkembang berada dalam posisi tidak menguntungkan, baik dari segi harga dan aksesnya.
Kerja Sama dengan Negara Lain
Pemerintah Indonesia juga bekerja sama dengan beberapa negara lain dalam mengatasi flu burung. Pada tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat bertemu dengan Menkes AS saat itu, Mike Leavitt, untuk membicarakan penanganan wabah tersebut.
Siti Fadilah yang ikut mendampingi mengungkapkan bantuan yang diberikan AS berupa tambahan alat-alat laboratorium hingga tim ahli.
Indonesia juga bekerja sama dengan Vietnam dengan bertukar pengalaman dan metodologi dalam mengatasi flu burung.
ADVERTISEMENT
Sebut Flu Burung Bukan Pandemi
Dalam wawancara di kanal YouTube Deddy Corbuzier, ia mengungkapkan kala itu Indonesia sebenarnya belum siap menghadapi wabah flu burung.
Namun, Siti berkukuh bahwa flu burung bukan pandemi karena tak ada transmisi antarmanusia. Sehingga, tidak diperlukan vaksin untuk mengatasinya.
"Tidak ada vaksin untuk flu burung, karena saya membuktikan tidak perlu vaksin. Saya buktikan flu burung tidak menular. Waktu itu, WHO berkoar flu burung menular," sebut Siti.
Hingga akhirnya, Siti menyampaikan WHO akhirnya membatalkan status pandemi untuk flu burung.
"Saya menyetop flu burung tidak pakai vaksin, tapi pakai politik," tutup dia.
Di tengah pandemi COVID-19 saat ini, beberapa pihak menilai pemerintah bisa melibatkan Siti Fadilah untuk ikut mengatasi corona. Berbekal pengalaman menghadapi wabah flu burung, apakah ia akan benar-benar dilibatkan?
ADVERTISEMENT