Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Terapi Stem Cell atau sel punca untuk pasien COVID-19 sedang dikembangkan RSUP Dr Sardjito bersama Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.
ADVERTISEMENT
Terapi ini diyakini bisa memperbaiki peradangan yang ditimbulkan karena COVID-19. Dengan begitu, pasien dapat lebih cepat sembuh.
Penelitian berbasis pelayanan ini memang baru dimulai Februari lalu. Melibatkan 9 pasien corona hasil penelitian akan diketahui pada September mendatang.
Namun, berapa biaya terapi ini?
Sekretaris Tim Pokja Stem Cell RSUP Dr Sardjito dr Rusdy Ghazali Malueka menjelaskan 1 juta sel per kilogram berat badan harus diinjeksikan. Biaya untuk 1 sendiri Rp 1. Maka jika berat badan pasien 60 kilogram maka biayanya sekitar Rp 60 juta.
"Itu salah satu tantangan kita, kalau biaya kan sebenarnya minimal berarti 60 juta per pasien itu bisa lebih tergantung berat badan semakin berat semakin mahal bisa sampai ratusan juta," ujar Rusdy di RSUP Dr Sardjito, Jumat (16/4).
ADVERTISEMENT
Namun, menurutnya harga tersebut jauh lebih murah dibanding obat-obatan untuk COVID-19 lainnya.
"Cuma kalau kita bandingkan dengan obat-obatan lain misalnya yang sekarang sedang berjalan lebih murah dia Stem Cell. Itu bisa ratusan juta setiap pembelian. Ini kan Rp 60 juta," kata Rusdy.
"Jadi mahal dibanding obat lain tapi dibanding obat COVID-19 lain yang sekarang berjalan ya jauh lebih murah," tegas dia.
Nantinya jika penelitian ini selesai dan Stem Cell untuk COVID-19 bisa digunakan secara luas, Rusdy berharap terapi ini bisa masuk skema BPJS. Sehingga bisa jauh lebih terjangkau.
"Selama ini kemudian obat-obat mahal seperti kemoterapi itu kan mahal itu harapan kita semestinya juga bisa masuk ke skema BPJS atau yang lain," tutup dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, penelitian Stem Cell telah mendapat izin dari BPOM dan masuk dalam standar terapi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan.
Kemudian sudah ada 9 pasien corona terlibat dalam penelitian ini dan tidak dibebankan biaya kerena penelitian ini mendapat bantuan pendanaan dari Kemenristek/BRIN dan LPDP melalu Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19, serta dari PT Bifarma Adiluhung.
****
Saksikan video menarik di bawah ini: