Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Berburu Kue Keranjang di Pasar Pecinan Glodok Jelang Tahun Baru Imlek
28 Januari 2025 16:21 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mereka menjajakan lampion, ornamen Imlek, hingga kue keranjang atau yang dikenal dengan dodol Cina. Kue keranjang adalah salah satu makanan yang paling banyak diserbu selama Tahun Baru Imlek.
Berbeda dari dodol biasanya yang memiliki beragam rasa, dodol Cina hanya memiliki satu rasa, yaitu original. Kue ini terbuat dari campuran beras ketan, santan, dan gula merah.
Kue keranjang punya filosofi, yakni memperkuat tali persaudaraan dan kekeluargaan.
Esther (57), seorang pembeli, mengatakan kue keranjang menjadi buah tangan wajib yang dibawanya setiap berkunjung ke rumah mertua selama Perayaan Imlek. Bagi Esther, lengketnya kue keranjang adalah harapannya untuk mempererat hubungannya dengan mertua.
“Kue keranjang itu kan terbuat dari ketan. Ketan itu kan lengket mewujudkan, menandakan, mempererat tali persaudaraan. Baik keluarga atau tetangga,” tutur Esther kepada Kumparan, Selasa (28/1).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya membeli satu, Esther juga membeli beberapa buah kue keranjang untuk dibagikan kepada kerabat dan tetangganya. Biasanya kue keranjang ini juga diberikan bersama buah-buahan seperti jeruk, pir, dan apel.
Kue Keranjang yang Mulai Sepi Pembeli
Meskipun jadi kue khas hari raya Imlek, penjualan kue keranjang di Pasar Pecinan Glodok terus menurun. Apalagi sejak hadirnya online shop yang memudahkan pengantaran kue keranjang hingga ke rumah-rumah.
Tidak jarang para penjual memilih untuk gulung tikar. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Ida (50), yang memilih untuk terus bertahan. Meskipun terkadang pendapatannya tidak menentu.
“Ya enggak tentu. Namanya juga jualan. Kadang laku bisa sampe terjual 120 kilo atau satu karton. Ya kadang masih banyak sisa juga,” cerita Ida kepada kumparan.
Biasanya Ida akan berjualan seharian sejak pagi hari. Namun semenjak penjualan menurun, dia hanya berjualan dari siang hingga malam.
ADVERTISEMENT
Meskipun terkadang merasa sulit untuk bertahan, Ida mengatakan masih ada pembeli yang memilih datang langsung karena bisa ikut mencoba rasa kuenya.
“Kalau beli online kan nggak bisa dirasain. Manis atau enggaknya. Kalau langsung kan pasti tau rasanya,” ujarnya.
Selain sebagai bentuk memperkuat hubungan, kue keranjang juga digunakan untuk sembahyang kepada para leluhur.