Berburu Perlengkapan Sekolah di Tanah Abang

13 Juli 2024 20:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toko seragam sekolah Harapan Jaya di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2024). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toko seragam sekolah Harapan Jaya di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2024). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
ADVERTISEMENT
Liburan sekolah hampir usai. Para siswa mulai berburu perlengkapan untuk mengikuti tahun ajaran baru. Ada yang statusnya naik kelas, ada juga yang kini berpindah jenjang. Baik dari TK ke SD, SD ke SMP, dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu lokasi favorit untuk berbelanja perlengkapan sekolah di Jakarta, adalah Tanah Abang. Pada Sabtu (13/7) siang, Samtari (40) tampak sibuk memilih baju di salah satu toko di sana. Lelaki asal Petojo Utara itu tengah mencari perlengkapan sekolah untuk anak bungsunya yang mau masuk sekolah dasar.
Usia anaknya ini sudah 6 tahun 7 bulan. Sempat terkendala usia yang belum genap 7 tahun untuk masuk SD, tapi kini putranya bisa bersekolah. Ia datang ditemani sang istri.
Siang itu, tampak sang anak hanya asyik menonton video-video lucu dari ponselnya, sementara Samtari dan istrinya telaten memakaikan celana panjang merah ke putranya.
Sengaja ia belikan ukuran yang agak besar. Supaya celana itu bisa awet dipakai hingga dua tiga tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Dari seragam merah putih, baju pramuka, dasi, topi, dan yang lainnya lengkap dibeli Samtari. Meskipun katanya, seragam sekolah modal awalnya dari mereka, bukan dari sekolah.
"Kalau awal sih enggak (difasilitasi sekolah) deh, kayaknya modal sendiri dulu. Nanti kalau sudah masuk baru ada tuh namanya KJP," ujar Samtari kepada kumparan sambil tangannya menggenggam plastik isi seragam putranya.
"Batiknya dari sekolah tapi beli, enggak dikasih. Paling yang seragam umum saja yang dibeli di sini," tambahnya.
Keluarga Samtari (40) asal Petojo Utara yang membeli seragam sekolah untuk putranya yang baru masuk SD di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2024). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
Tidak sulit bagi Samtari membelikan seragam putranya. Sebab di Pasar Tanah Abang ini, para penjual sudah paham kebutuhan konsumennya. Saking pahamnya, Samtari hanya perlu menyebutkan usia, sang pedagang sudah bisa menerka soal ukuran pakaian yang cocok.
Cerita lain juga datang dari sisi penjual seragam sekolah. Kiki (23) bersama sang adik Rafiq (15) menjual seragam berdua ketika dijumpai kumparan di toko miliknya, Harapan Jaya.
ADVERTISEMENT
Rafiq kebetulan sedang libur Sabtu ini, sehingga ia bisa membantu kakaknya untuk berjualan seragam di Blok A Pasar Tanah Abang. Toko mereka turun temurun, sudah ada sejak 1970-an. Namun dulu berada di Blok C, kini mereka berpindah ke Blok A.
Salah satu warisan dari kakeknya sejak sebelum Pasar Tanah Abang terkena kebakaran hebat beberapa tahun yang lalu. Setelah dari kakeknya, usaha itu diteruskan ke pamannya, lalu terus menurun ke dirinya saat ini.
Musim masuk sekolah tiba adalah waktu yang ditunggu Kiki. Sebab penjualan akan jauh meningkat ketimbang di hari biasanya. Biasanya, pelanggan Kiki lebih banyak datang pada sebelum akhir bulan Juni.
Yang datang ke tokonya didominasi oleh orang tua dengan anak yang masih usia SD. Sebab seragam sekolah SD menjadi seragam yang paling banyak dibeli.
ADVERTISEMENT
"Kalau SMP, SMA, itu orang tua-orang tua belakangan (belinya). Soalnya kan ada sekarang tuh yang sekolah punya seragamnya sendiri. Jadi orang tua 50-50 lah mau beli di pasar apa di sekolahan," ucap Kiki.
Omzet penjualannya tentu naik drastis ketika musim masuk sekolah tiba. Namun ada kalanya penjualan menurun, khususnya pada bulan September hingga akhir tahun.
Alternatifnya, ia juga mengirimkan seragam sekolah ke luar daerah Jakarta sejak sebelum libur sekolah. Ia menjadi penyuplai seragam bagi daerah di luar Jakarta berkarung-karung.
Rafiq (15) dan Kiki (23) kakak beradik penjual seragam sekolah bersama keluarganya di toko Harapan Jaya, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2024). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
Strategi marketing Kiki cukup unik. Dia kerap membulatkan harga dagangan.
Anggap si pelanggan membeli sebanyak tiga setel seragam sekolah dengan total Rp 515 ribu, Kiki rela membuatnya menjadi Rp 500 ribu dengan harapan pelanggan kembali lagi di tokonya.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku rela untung sedikit, yang penting pembeli jadi pelanggan tetapnya. Selain itu juga ia ingin nama toko dari kakeknya tidak tercoreng dengan label "toko seragam mahal".
"Jadi, ya, sedikit untung nggak apa-apa tapi orang balik lagi, dan nama toko kakek saya juga jadi makin luas orang kenalnya," pungkasnya.