Berdiri Selama 3 Dekade, Aliansi Patriot Demokratik Hong Kong Membubarkan Diri

26 September 2021 1:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demonstran yang memprotes RUU ekstradisi yang diusulkan mengarahkan senter mereka ke arah polisi anti huru hara di jalan-jalan Hong Kong, Cina, (25/8/2019). Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Demonstran yang memprotes RUU ekstradisi yang diusulkan mengarahkan senter mereka ke arah polisi anti huru hara di jalan-jalan Hong Kong, Cina, (25/8/2019). Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
Kelompok pro-demokrasi Hong Kong yang selama 3 dekade mengorganisir peringatan Tragedi Tiananmen memutuskan untuk membubarkan diri.
ADVERTISEMENT
Aliansi Hong Kong merupakan salah satu simbol yang paling menonjol dalam pluralitas politik di kota itu, dan bubarnya aliansi ini merupakan ilustrasi baru bagaimana China dengan cepat membentuk kembali pusat bisnis dalam citra otoriternya sendiri.
Setelah mengumumkan keputusannya untuk bubar, perwakilan aliansi membacakan surat yang ditulis pemimpin mereka, Lee Cheuk-yan, yang saat ini berada dalam penjara.
"Sebuah rezim tidak bisa mengambil ingatan dan hati nurani rakyat," demikian isi surat itu, dikutip dari AFP, Sabtu (25/9).
"Keyakinan Aliansi Hong Kong akan diteruskan di hati warga Hong Kong," lanjutnya.
Warga menghadiri pameran pada sebuah aksi mendukung Yuli Riswati, buruh imigran Indonesia yang dideportasi, di Hong Kong, 7 Desember 2019. Foto: REUTERS/Laurel Chor
Sebagaimana diketahui, banyak pimpinan aliansi yang ditahan karena ambil bagian dalam gerakan demokrasi kota. Pada awal bulan ini, polisi mendakwa tiga tokoh senior, termasuk Lee, dengan subversi -- kejahatan keamanan nasional.
ADVERTISEMENT
Pada minggu yang sama, petugas menggerebek sebuah museum yang dijalankan aliansi untuk memperingati Tragedi Lapangan Tiananmen. Petugas mengangkut barang-barang pameran hingga foto-foto dari peristiwa bersejarah itu.
Polisi juga memerintahkan aliansi untuk menghapus situs dan platform media sosial, dan pihak berwenang menegaskan akan mencabut pendaftaran aliansi sebagai perusahaan.
Pimpinan aliansi pun terpecah apakah akan bubar atau tidak.
"Saya tetap berharap untuk menunjukkan apa yang dipercayai Aliansi Hong Kong kepada dunia dan akan melanjutkan gerakan yang telah berjalan selama 32 tahun," kata Chow Hang Tung, seorang pengacara dan salah satu dari tiga pimpinan yang didakwa melakukan subversi, dalam tulisannya dari penjara awal minggu ini.
Namun tokoh kunci lainnya, termasuk Lee dan Albert Ho, telah mengisyaratkan mendukung pembubaran aliansi.
Masyarakat mengikuti peringatan 31 tahun penumpasan protes pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen Beijing pada tahun 1989, di Hong Kong. Foto: Reuters/TYRONE SIU
Sementara Kantor Penghubung yang mewakili pemerintahan Beijing di Hong Kong, dikutip dari kantor berita Xinhua, menyebut pembubaran aliansi sebagai "nasib yang tak terelakan dari kelompok anti China di Hong Kong".
ADVERTISEMENT
Mereka juga mengatakan "kegiatan destabilisasi" aliansi "tidak akan dihapuskan" dan mereka yang "mengacaukan Hong Kong tidak dapat melarikan diri dari hukum".
Aliansi bernama resmi Aliansi Patriot Demokratik Hong Kong ini didirikan pada Mei 1989 untuk mendukung mahasiswa menggelar demonstrasi demokrasi dan anti korupsi di Beijing. Sebulan kemudian, pemimpin China mengirim tank dan tentara untuk menghancurkan gerakan di Lapangan Tiananmen, sebuah keputusan yang kini sangat disensor dan dihapus dari catatan publik di China daratan.
Selama beberapa dekade, aliansi menjaga kenangan Tragedi Tiananmen dan menyerukan kepada para pemimpin komunis China untuk merangkul reformasi dengan slogan seperti "Akhiri pemerintahan satu partai" dan "Bangun China yang demokratis".
Setiap 4 Juni, aliansi menggelar aksi penyalaan lilin di Taman Victoria yang secara rutin dihadiri puluhan ribu penduduk. Jumlah kerumunan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir akibat kemarahan atas bagaimana Beijing menjalankan kota.
ADVERTISEMENT
Kemarahan itu kemudian memuncak dan memicu demonstrasi demokrasi selama 7 bulan pada 2019.
Sejak saat itu, Beijing menegaskan tidak akan mentoleransi peringatan Tragedi Tiananmen di Hong Kong atau Makau, dua tempat di China yang dapat menggelar peringatan.
Pejabat tinggi China di Hong Kong baru-baru ini menyebut mereka yang menyerukan "akhiri kediktatoran satu partai" sebagai "musuh nyata". Tindakan polisi terhadap aktivitas aliansi kemudian ditingkatkan.
Dua kegiatan peringatan Tragedi Tiananmen terakhir dilarang. Petugas menyebut pandemi virus corona dan kekhawatiran keamanan sebagai alasan.