Beredar Pesan WA soal Bahaya Suhu Ekstrem di Indonesia, ini Penjelasan Ahli

14 Mei 2023 18:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Suhu Ekstrem. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Suhu Ekstrem. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pesan berantai beredar masif di whatsapp soal suhu ekstrem di Indonesia. Bahkan ada paparan data soal peningkatan kenaikan suhu. Ahli meteorologi memberikan pendapat soal pesan whatsapp itu.
ADVERTISEMENT
Kata Dr. Deni Septiadi, ahli cuaca dari STMKG (Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), pesan berantai soal suhu ekstrem itu hoaks.
"Pesan berantai bahwa suhu panas ekstrem melanda Indonesia adalah hoaks," kata Deni yang juga Associate Professor Meteorology dalam keterangannya, Minggu (14/5).
Berikut penjelasan lengkap Deni:
• Tampilan peta dunia suhu udara memang benar bersumber dari GDPSEC, Kanada. Namun demikian peta tersebut tidak dibaca sebagaimana mestinya. Orang-orang akan melihat warna merah pada wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) sebagaimana Thailand (40 ℃). Padahal warna merah pada BMI apabila dilihat dengan saksama pada peta tersebut berkisar 20-30 ℃. Artinya sangat normal untuk wilayah tropis yang radiasi masuk mataharinya (incoming solar radiation) cenderung tegak lurus. Bahkan di Equator (Pontianak Kalbar) matahari berada pada titik nol (Ekinoks) sebanyak 2 kali dalam setahun, yaitu antara 20-21 Maret dan 22-23 September.
ADVERTISEMENT
• Mengapa suhu udara terasa lebih panas? Pada fase Maret-April-Mei (MAM) jika ditinjau dari perpindahan posisi matahari (Utara-Selatan), maka pola aliran fluida sat ini mulai didominasi dari Australia yang cenderung kering. Dampaknya pada Sebagian besar BMI, peluang hujan akan semakin kecil (meskipun bukan berarti bulan tanpa hujan) apabila dibandingkan dengan fase Desember-Januari_Februari (DJF).
• Pada fase MAM, pertumbuhan awan dan hujan akan lebih didominasi dari proses konvektif secara thermal. Pengangkatan udara akan dimaksimalkan dengan cara tersebut, di samping konvergensi (terutama pada daerah pesisir) dan orografi (pada daerah pegunungan. Oleh karena itu, untuk mikrofisis awan sempurna dengan aliran updraft yang mampu membawa uap air dan menghasilkan perubahan fasa (kondensasi) membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pada fase DJF. Umumnya kita akan merasakan gerah 2-3 hari sebelum awan-awan sempurna menghasilkan presipitasi atau hujan.
ADVERTISEMENT
• Berdasarkan data-data suhu udara yang didapat dari Data online BMKG, tidak terjadi anomali suhu baik itu dari wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kupang, NTB, Maluku hingga Papua. Bahkan suhu-suhu maksimum harian BMI tertinggi (dalam 3 tahun terakhir) Sebagian besar terjadi pada tahun 2021 bukan 2023.
• Bagaimana dengan Gelombang Panas yang menimpa di beberapa negara lain, apakah mungkin terjadi di Indonesia? Gelombang panas atau Heat Wave terbentuk akibat system tekanan tinggi (High Pressure) pada area yang luas yang seakan-akan membentuk penutup yang akan memerangkap udara panas keluar dari area terdampak. Sistem tersebut akan mencegah terjadinya presipitasi pada daerah terdampak. Namun demikian, BMI bukanlah area atau wilayah pembentuk tekanan tinggi, oleh karena itu secara fisis gelombang panas tidak dapat terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
• Bagaimana dengan Ultra Violet (UV) ekstrem yang akan membakar kulit? UV merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari cahaya tampak, tetapi lebih panjang daripada sinar X. Oleh karena itu, UV tidak terkait secara langsung dengan suhu udara meskipun peta sebaran paparan radiasi juga memiliki gradasi warna merah hingga ungu sebagaimana suhu udara.
• Demikian, mudah-mudahan dapat menjelaskan tentang suhu udara dan gelombang panas yang disebarkan dengan narasi hoaks untuk menakut-nakuti. Wassalam.