Beri Sinyal Gencatan Senjata dengan Hizbullah, Israel Masih Bom Lebanon

15 November 2024 15:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asap mengepul di pinggiran selatan Beirut setelah serangan Israel, di tengah permusuhan yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, seperti yang terlihat dari Baabda, Lebanon, Kamis (14/11/2024). Foto: Thaier Al-Sudani/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Asap mengepul di pinggiran selatan Beirut setelah serangan Israel, di tengah permusuhan yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, seperti yang terlihat dari Baabda, Lebanon, Kamis (14/11/2024). Foto: Thaier Al-Sudani/REUTERS
ADVERTISEMENT
Upaya diplomasi untuk mencapai gencatan senjata di Lebanon menunjukkan tanda kemajuan meski Israel terus melakukan serangan udara besar terhadap Hizbullah di Beirut.
ADVERTISEMENT
Pada 6 November lalu, kepala staf militer Israel, Herzi Halevi, menyebut tentaranya sedang menyusun rencana untuk memperluas operasinya melawan Hizbullah.
Namun, di saat yang sama, Herzi mengeklaim Israel sedang meningkatkan upaya diplomatik untuk mengamankan gencatan senjata.
Kepala staf militer baru Israel Herzi Halevi berbicara dalam upacara pengangkatan resminya di Yerusalem (16/1) Foto: Maya Alleruzzo / POOL / AFP
Dalam sinyal yang lebih menjanjikan, Duta Besar AS untuk Lebanon mengajukan rancangan usulan gencatan senjata kepada Juru Bicara Parlemen Lebanon Nabih Berri. Sikap itu mengindikasikan upaya diplomatik terus berlangsung.
Pada 30 Oktober lalu, penyiar publik Israel menerbitkan proposal gencatan senjata yang bocor oleh pemerintah AS.
Berdasarkan laporan, usulan tersebut mencakup gencatan senjata sementara selama 60 hari, dengan Israel diharapkan menarik pasukannya dari Lebanon sejak minggu pertama.
Namun, dalam proposal tersebut, Israel menuntut kebebasan untuk bertindak jika Hizbullah kembali ke wilayah perbatasan.
ADVERTISEMENT
"Apakah Israel akan dapat menerima kesepakatan di bawah [syarat-syaratnya]? Saya ragu. Tidak ada indikasi mereka akan melakukannya," kata peneliti senior di Carnegie Middle East Center di Beirut, Mohanad Hage Ali, kepada Al Jazeera.
Asap mengepul dari bangunan yang rusak usai serangan drone Israel, di Beirut Dahiyeh, Lebanon, Selasa (2/1/2024). Foto: Mohamed Azakir/Reuters
Yang terbaru, jet tempur Israel menyerang Dahiyeh, wilayah kekuasaan Hizbullah di selatan Beirut pada Kamis (14/11). Serangan menghancurkan lima bangunan dan menewaskan puluhan orang.
“Kami berdoa, Tuhan tolong kami,” kata seorang wanita Lebanon bernama Ayat (33 tahun), seperti dikutip dari Reuters.
Militer Israel mengaku telah menargetkan gudang senjata dan markas Hizbullah.
Dikutip dari Al Jazeera, empat paramedis Lebanon termasuk di antara enam orang yang tewas dalam serangan Israel ke pusat pertahanan sipil di wilayah Nabatieh. Sementara 12 pekerja penyelamat dilaporkan tewas dalam serangan kedua terhadap pusat pertahanan sipil dekat kota Baalbek.
ADVERTISEMENT
Ledakan akibat serangan udara Israel yang menargetkan pinggiran selatan Beirut pada 7 November 2024. Foto: AFP
Di Israel, Menteri Energi Eli Cohen mengungkap prospek gencatan senjata kini lebih menjanjikan dibandingkan saat konflik bermula, sementara AS mendorong perdamaian di tengah transisi kepemimpinan di Gedung Putih.
Seorang pejabat Lebanon, Ali Hassan Khalil, menyatakan negosiasi gencatan senjata mengacu pada penerapan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengharuskan Hizbullah menarik pejuang dari wilayah perbatasan.
Meski ada sinyal positif, analis memperingatkan bahwa Israel mungkin tetap menuntut syarat maksimalis yang sulit diterima Lebanon, seperti penarikan total pasukan Hizbullah.
Pengamat menganggap syarat ini tak realistis dan berpotensi memperparah ketegangan di wilayah tersebut.