Berkaca dari Kasus Titi Wati, Obesitas Bisa Berdampak Bullying

18 Januari 2019 20:41 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Evakuasi ibu Titi Wati penderita obesitas dibantu oleh Tagana Provinsi Kalimantan Tengah, dari rumahnya menuju RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya. (Foto: Dok. Tagana)
zoom-in-whitePerbesar
Evakuasi ibu Titi Wati penderita obesitas dibantu oleh Tagana Provinsi Kalimantan Tengah, dari rumahnya menuju RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya. (Foto: Dok. Tagana)
ADVERTISEMENT
Viralnya kisah Titi Wati, perempuan yang memiliki berat badan 220 Kg membekas diingatan sebagian besar publik. Titi, perempuan yang berusia 37 tahun ini mengalami obesitas karena konsumsi makan yang berlebih, juga tak ada gerakan tubuh yang aktif.
ADVERTISEMENT
dr Gede Eka Rusdi Antara, dokter yang bekerja pada Bagian Divisi Bedah Digestif RSUP Sanglah mengatakan, ada beberapa dampak dari bagi penderita obesitas. Pertama, dampak sosial seperti pembullyan. Kedua, penderita obesitas akan mengalami kesulitan untuk menggerakkan anggota tubuh karena kaki sebagai pondasi tak sanggup menopang bobot tubuh. Akibatnya terjadi nyeri sendi. Tubuh yang tak bergerak akan membuat adanya alergi pada kulit.
"Obesitas sudah dinyatakan penyakit oleh WHO sejak 2016. Karena dari dampak obesitas itu ada beberapa, seperti dampak sosial yakni pembullyan, kemudian dampak ekonomi. Dampak ekonomi itu seperti cost. Cost nasional misalnya di AS itu sudah merugikan sebanyak ratusan juta dollar," kata Eka Rusdi kepada Kumparan di Rumah Sakit Bali Royal, Denpasar, Bali, Jumat (18/1).
ADVERTISEMENT
Ke empat, pada hipertensi atau gangguan jantung. Gangguan jantung itu akan berpengaruh pada pembuluh darah. Sehingga ikut perpengaruh pada aktivitas paru-paru.
dr Eka Rusdi. (Foto: Denita BR Matondang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
dr Eka Rusdi. (Foto: Denita BR Matondang/kumparan)
"Selain itu mengganggu fertilitas atau tingkat kesuburan. Gangguan seksual, atau libido akan menurun. Jadi banyak sekali penyakit-penyakit yang bisa timbul," kata dia.
Catatan Eka Rusdi, tingkat obesitas di Indonesia tahun 2018, dari data Rakerdas (Riset Kesehatan Dasar) meningkat 7 persen dibandingkan tahun 2013. Data penderita obesitas tahun 2018 mencapai 21 persen sementara tahun 2013 mencapai 14,8.
"Dari jumlah tersebut yang paling tinggi ada di Sulawesi Utara, kemudian Jakarta, Kalimantan Timur dan Papua. Sementara kecenderungannya, penduduk di kota jauh lebih rentan terkena obesitas dibanding penduduk desa. Dan paling rentan diderita 29 persen perempuan, 11 persen laki-laki," kata Eka Rusdi.
ADVERTISEMENT
"Sebabnya kita belum tahu pasti, kita akan lakukan riset lagi untuk ketahui sebabnya," ujar Eka Rusdi.
Untuk mengetahui seseorang mengidap obesitas dapat diukur melalui massa indeks tubuh. Normalnya, massa indeks tubuh manusia berada diangka 18-24. "Standar dikatakan obesitas itu bisa dilihat dari Massa Indeks Tubuh itu dengan mengukur kilogram berat badan dibagi dua dikalikan tinggi badan dalam ukuran meter," jelas Eka Rusdi.