Berkaca Kasus Mahasiswi Unisa, PPNI DIY Minta Nakes Bijak dalam Bermedsos

2 Juni 2022 14:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Facebook dan Twitter. Foto: Thomas White/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook dan Twitter. Foto: Thomas White/Reuters
ADVERTISEMENT
Seorang mahasiswi pendidikan profesi ners Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta dihujat warganet setelah bercerita soal pengalaman memasang kateter urin pasien laki-laki di medsos. Banyak netizen yang menganggap tingkah mahasiswi ini tidak hanya menyalahi etika tapi juga menjurus ke pelecehan.
ADVERTISEMENT
Ketua PPNI DIY Tri Prabowo menjelaskan bahwa kasus mahasiswi itu tidak hanya menjadi pelajaran bagi yang bersangkutan tetapi juga kepada para nakes. Dia meminta, para nakes dan calon agar bijak dalam bermedia sosial.
"Betul kita selalu itu selalu (imbauan), makanya institusi pendidikan itu bekerja sama dengan organisasi profesi dalam berbagai kesempatan baik itu di awal kegiatan pembelajaran maupun di dalam proses pembelajaran maupun di akhir itu ada pembekalan. Itu selaku kita ingatkan," katanya.
Dia meminta rekan sejawat untuk saling mengingatkan satu sama lain. Prinsip tersebut haruslah selalu dipegang.
"Kan kita selalu saling mengingatkan sesuatu baik dari aspek etiknya maupun tadi aspek legal dan sebagainya. Itu prinsipnya seperti itu," katanya.
Ilustrasi anak main TikTok. Foto: Shutter Stock
Sementara, soal kasus mahasiswi Unisa tersebut, Tri Prabowo mengatakan bahwa konten yang dibuat mahasiswi tersebut termasuk melanggar etika. Meski masih mahasiswi, tetapi yang bersangkutan ini sedang dipersiapkan untuk menjadi perawat.
ADVERTISEMENT
"Kalau kontennya iya (melanggar etika). Karena sebetulnya dalam kode etik sudah disampaikan bahwa intinya bahwa ketika kita memberikan pelayanan itu kan ada rahasia pasien yang tak boleh diungkapkan. Intinya seperti itu," kata Tri saat dihubungi.
Pihaknya mewakili organisasi profesi pun turut prihatin dengan kondisi ini. Terlebih selama ini pihaknya selalu mengingatkan soal hal etik ini. Bahwa di dalam memberikan pelayanan harus senantiasa memegang teguh etika profesi.
Cerita pengalaman memasang kateter ini bisa disebut edukasi apabila diceritakan ke sesama orang yang satu profesi. Kateter ini merupakan salah satu serangkaian peningkatan kompetensi yang harus dicapai.
"Bisa saja saya diskusi dengan teman-teman tapi tidak untuk publikasi di media sosial tapi antar-saya dengan teman saya diskusi karena kita satu kelompok. Tadi saya mendapatkan pengalaman pemasangan kateter gini-gini. Kondisinya seperti itu," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara apakah yang dilakukan mahasiswi itu bisa disebut sebagai pelecehan, Tri berpendapat bahwa sebenarnya mahasiswa itu sedang merasa antusias karena baru pertama kali melaksanakan kateter.
"Saya kira enggak juga. Kalau pelecehan harusnya ada kontennya siapa yang dilecehkan dan bunyi bagaimana. Itu sebenarnya ungkapan dia saja. Kalau kita lihat pelecehan dan sebagainya itu ada unsur kesengajaan. Coba kalau kita perhatikan anak ini, saya yakin yang bersangkutan pasti sangat menyesal. Jadi menurut saya kok ini saya sebagai orang tua dia exciting pertama kali mungkin memegang menyaksikan melakukan yang pertama kali. Itu jadi kaya diungkapkan. Dia lupa hak dan kewajiban itu (etika)," katanya.
Terkait hal ini, pihak kampus Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta membenarkan bahwa yang bersangkutan merupakan mahasiswinya.
ADVERTISEMENT
"Benar itu mahasiswa Unisa Yogya. Pada prinsipnya, prodi sudah melakukan beberapa langkah," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Unisa Yogyakarta Sinta Maharani.
"Pertama memperingatkan/menegur mahasiswa tersebut terkait dengan konten yang telah dibuat," bebernya.
Selanjutnya, mahasiswi tersebut juga telah ditarik dari tempat praktiknya. Pihak kampus juga meminta maaf ke rumah sakit tempat praktik klinik secara non formal.