Berkah dan Kutukan Kebun Pisang di Pelosok Provinsi Bokeo, Laos

13 Mei 2017 16:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pencelupan pisang ke bahan kimia. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pencelupan pisang ke bahan kimia. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Warga Bokeo Laos Selatan tersenyum saat mengetahui kedatangan seorang investor China ke kampungnya, pada tahun 2014.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters (12/5), investor China itu ingin menyewa lahan mereka seharga 720 dolar AS per hektar atau setara dengan Rp 9,6 juta. Mereka ingin menyewa lahan itu untuk menanam pisang.
Kebun Pisang di Bokeo, Laos. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Kebun Pisang di Bokeo, Laos. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Untuk ukuran kampung pedalaman, tawaran sang investor ini terasa sangat menggiurkan.
Karena, menurut Kongkaew Vanusak yang merupakan kepala desa setempat, sebagian besar tanah tersebut memang terbengkalai selama bertahun-tahun.
"Mereka bertanya apakah kami senang dengan tawarannya, kami menjawab ya kami senang," kata Kongkaew.
Kongkaew Vonusak. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Kongkaew Vonusak. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
“Mereka datang membawa kemudahan dalam mencari uang,” kata Kongkaew. Selain itu, sang investor memperbaiki akses tepi sungai untuk membuat pendapatan menjadi dua kali lipat.
Tiga tahun kemudian, investor China dengan ledakan panen pisangnya telah membuat beberapa penduduk lokal memiliki pendapatan tetap. "Investasi China telah memberikan kami kehidupan yang lebih baik," kata Kongkaew.
ADVERTISEMENT
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Bagi penduduk pegunungan Bokeo, panen pisang berarti upah yang lebih baik, karena mereka menawarkan pekerjaan yang stabil sebagai penyemprot pestisida, pemetik pisang, dan pengepakan.
Pada saat panen, mereka bisa mendapatkan setidaknya 10 dolar AS per hari setara dengan Rp 150 ribu dan terkadang mendapat bayaran dua kali lipat. Jumlah ini terbilang besar jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata di Laos sebesar 1700 dolar AS atau setara dengan Rp 22 juta.
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Panen pisang dan penghasilan yang lebih baik untuk warga ternyata tidak serta-merta membuat semua tersenyum.
Meski sang investor memang memberikan gaji tinggi kepada pekerjanya, namun pestisida dan bahan kimia berbahaya yang mereka gunakan telah memberikan dampak buruk bagi kesehatan pekerja dan lingkungan, terutama pencemaran air.
ADVERTISEMENT
Para pekerja tidak berani mendekati perkebunan saat dilakukan penyemprotan pestisida.
Bahkan saat ini sudah tidak ada lagi yang memancing ikan di sungai, karena sungai itu telah tercemar oleh bahan kimia dari perkebunan pisang.
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Akibat terpapar pestisida beberapa pekerja pisang terlihat lemah dan kurus, timbul bintik-bintik ruam di kulit mereka. Masalah lainnya adalah pekerja tinggal di dekat bahan kimia, yang mencemari air minum.
Para pekerja juga tidak memahami bahaya besar dari paparan pestisida. Sebagian besar produk pestisida yang mereka gunakan berasal dari China atau Thailand yang memberikan instruksi dengan bahasa yang tidak dipahami oleh pekerja.
Saking tidak sadarnya akan bahaya pestisida, di salah satu perkebunan pisang ada pekerja yang memandikan anaknya di samping tong yang digunakan untuk fungisida atau penyemprotan pestisida.
ADVERTISEMENT
Mereka dengan santainya bahkan menaruh botol pestisida bersama dengan peralatan makan.
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Sebenarnya tahun lalu, setelah sebuah lembaga penelitian melaporkan dampak buruk bahan kimia ini, pemerintah Laos mengeluarkan larangan bagi investor ini untuk membuka lahan pertanian baru.
Setelah masa kontrak habis para investor ini dilarang memperpanjang izin.
Pekerja di kebun pisang.. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di kebun pisang.. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Beberapa pemilik dan pengelola perkebunan China menyatakan frustrasi atas larangan pemerintah tersebut.
Mereka mengatakan penggunaan bahan kimia itu perlu, dan tidak setuju dengan anggapan bahwa pekerja jatuh sakit karena mereka.
"Jika Anda ingin bertani, Anda harus menggunakan pupuk dan pestisida," kata Wu Yaqiang, seorang pengelola situs di perkebunan milik Jiangong Agriculture, salah satu petani pisang China terbesar di Laos.
"Jika kita tidak datang ke sini, tempat ini hanya akan menjadi pegunungan kosong," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Zhang Jianjun, yang juga salah satu pemilik kebun mengatakan bahwa dampak lingkungan terhadap Laos adalah jalan yang harus dilalui setiap negara terbelakang dan masyarakat setempat seharusnya berterima kasih kepada investor ini, katanya.
"Mereka tidak berpikir, 'Mengapa hidup kita membaik?' Mereka mengira itu adalah sesuatu yang telah diberikan surga kepada mereka, bahwa kehidupan secara alami akan menjadi lebih baik," tambahnya
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan bahwa dia tidak mengetahui masalah spesifik seputar petani pisang China di Laos.
"Pada prinsipnya kami selalu mewajibkan perusahaan China, saat berinvestasi dan beroperasi di luar negeri, mematuhi undang-undang dan peraturan setempat, memenuhi tanggung jawab sosial mereka dan melindungi lingkungan setempat," kata Geng Shuang pada sebuah briefing reguler pada hari Kamis (11/5).
ADVERTISEMENT
Kebun Pisang di Laos. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Kebun Pisang di Laos. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Kementerian Pertanian Laos tidak segera menanggapi saat diminta untuk memberikan komentar atas artikel ini.
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
Persoalan kebun pisang di Laos ini menjadi sangat ironi. Saat ditanya tentang bahaya kepada para pekerja, mereka mengatakan bahwa mereka menerima kondisi ini.
Menurut para pekerja, pertukaran antara upah dan risiko kesehatan ini setara.
Karena dengan upah yang mereka terima dari hasil kuli di pertanian pisang itu, anak-anaknya bisa sekolah dan bisa mengonsumsi makanan yang cukup enak.
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di kebun pisang. (Foto: Reuters/Jorge Silva)